Negatifnya. Menjadi sangat fatal bagi kehidupan demokrasi di Indonesia jika konflik kedua kubu Golkar tak kunjung berakhir, hal ini terjadi jika Golkar hasil Munas Ancol menolak untuk bergabung dengan Munaslub Golkar Munas Bali. Terlebih lagi Nurdin Halid yang menantang kubu Agung Laksono untuk tidak menjadi pengecut dnegan beratrung di Munaslub juga adalah sebuah bentuk provokatif yak tak perlu dilakukan. Nurdin Halid harus paham bahwa apa yang dilakukannya tersebut bukan malah menyelesaikan masalah namun makin menambahi masalah di tengah konflik dua kubu Golkar yang tak kunjung usai ini.
Dan yang menjadi menyedihkan lagi bagi Golkar pasca putar haluannya Aburizal Bakrie dan Golkar Munas Bali ke pemerintahan Jokowi adalah menyangkut soal penyelenggaraan Munaslub. Kubu Aburizal bergeming Munaslub harus diselenggarakan sebelum bukan puasa atau bulan Mei sedangkan Golkar Munas Ancol melalui putusan rapat pimpinan Golkar Munas Ancol juga telah menetapkan Golkar Munas Ancol akan menyelenggarakan Munaslub lebih cepat dari jadwal kubu Munas Bali, yakni bulan Maret, dan diselenggarakan oleh tim transisi yang diketuai Jusuf Kalla.
Tentu jika kedua kubu kembali menyelenggarakan Munas, yang mana Munas Ancol bulan Maret, dan Munas Bali bulan Mei, maka Munas tandingan yang akan kembali diselenggarakan oleh dua kubu Golkar jelas tak akan menyudahi masalah Golkar dan tak dapat pula menyatukan dua kubu yang berkonflik tajam ini.
Dan hal inilah yang akan menyeret Golkar masuk ke dalam jurang kematian secara politiknya. Ini terjadi akibat tidak adanya salah satu dari kedua kubu yang harusnya mengalah. Karena jalan satu-satunya untuk menyelamatkan Golkar dari kematiannya adalah tetap menyelenggarakan Munas rekonsiliasi bentukan tim transisi yang diketuai Jusuf Kalla dan yang dibentuk oleh Mahkamah Partai Golkar (MPG) pimpinan Muladi.
Karena berdasarkan UU No 2/2011 atas perubahan UU No 2/2008 tentang parpol, penyelesaian konflik internal partai politik haruslah melalui mekanisme Mahkamah Partai yang dibentuk sebagai mediator untuk mengakhiri konflik partai politik. Dan jika Aburizal Bakrie tetap ngotot untuk menyelenggarakan Munaslub berdasarkan Golkar kepemimpinan Riau 2009 adalah tidak mendasar, dan malah memperuncing konflik Golkar, sebab jika melalui Munas Riau 2009 bisa dipastikan akan ditolak oleh kubu Agung Laksono, jika demikian maka masuknya Golkar ke dalam pemerintah menjadi tak baik karena ‘’Singa masih terus mengamuk’’.
Perlu diketahui bahwa saat ini sudah ada keputusan Mahkamah Partai Golkar yang secara hukum bersifat final dan mengikat, artinya final tak ada celah untuk membatalkan keputuan tersebut dan mengikat antara kedua kubu yang masih bersitegang hingga saat ini, yakni keputusan penyelenggaraan Munas rekonsiliasi pada Maret mendatang.
Dan dengan belum usainya konflik Golkar terlebih lagi akan ada Munas Ancol yang kemudian akan disusul Munaslub alias Munas tandingan, Maka terhadap Presiden Jokowi diharapkan agar lebih berhati-hati akan manuver-manuver baru yang dapat dlakukan oleh Aburizal Bakrie, karena resiko memasukan anak harimau akan sangat berbahaya. Kecil terlihat imut-imut, lucu, dan mulai dewasa akan menjadi musuh. Karena sebelumnya pada era Susilo Bambang Yudhoyono, Golkar sukses berubah dari harimau kecil menjadi harimau besar yang siap menggangu kenyamanan pemerintah sebagaimana SBY pernah mengalaminya saat SBY masih berkuasa.
Yang terakhir yang sangat perlu ditekankan sekaligus ditegaskan kembali adalah pelaksanaan Munaslub harus dilakukan oleh tim transisi Golkar yang diketuai oleh Jusuf Kalla, yakni mengacu pada keputusan Mahkamah Partai Golkar hasil Munas Riau yang akan kembali dihidupkan kembali oleh Yasonna Laoly.
Karena jika Jusuf Kalla gagal menggagalkan rencana Aburizal Bakrie untuk menyelenggarakan Munaslub melalui Munas Bali, Maka masa depan Golkar akan makin suram dan makin terpuruk. Yang mana pada ujungnya yang akan memenangi pertarungan dalam Munaslub tersebut adalah dari kubu Munas Bali, dan jika ini terjadi maka tidak menutup kemungkinan perpecahan Golkar kali ini akan kembali melahirkan partai baru sebagaimana Surya Paloh yang mendirikan NasDem, Wiranto membentuk Hanura, Prabowo Subianto membentuk Gerindra.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H