[caption caption="Anggota MKD, Akbar Faisal (Dok: Metrotvenews.com)"][/caption]
Posisi Ketua DPR, Setya Novanto dipastikan makin terjepit dan sudah berada diujung tanduk pasca persidangan Mahkamah Kehormatan Dewan yang digelar pada Selasa dan Rabu lalu yang menghadirkan Menteri ESDM, Sudirman Said beserta Presiden Direktur PT.Freeport Indonesia, Maroef Syamsuddin. Posisi Setya Novanto sudah terlihat jelas sangat sulit untuk diselamatkan, Hal ini tercermin dari ketidakhadiran Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Presiden Jokowi dalam acara pernikahan putri Setya Novanto, Dwinna Michaella di Hotel Mulia, Jakarta, Jumat (04/12/2015) malam.
Ketidakhadiran ketiga tokoh penting tesebut bisa dicermati bahwa saat ini Novanto sangat sulit untuk dapat ditolong dari sanksi kode etik yang akan dijatuhkan oleh Mahkamah Kehormatan Dewan. Terlebih lagi sebelumnya, Gerindra termasuk Partai Keadilan Sejahterah (PKS) juga sudah menyatakan dukungan yang solid terhadap Setya Novanto, Namun seiring waktu berjalan semua berubah total, Gerindra dan PKS putar haluan dan tidak ingin terjebak dalam eurofia membela Setya Novanto, Karena hal tersebut adalah sebuah tindakan bunuh diri politik bagi Gerindra dan partai dakwah , PKS.
Balik arah atau perputaran haluan yang dilakukan oleh Gerindra dan PKS tersebut jelas berdasarkan pertimbangan yang matang, Tentunya kedua partai tersebut tidak ingin perolehan suara mereka dalam Pilkada serentak yang tinggal menghitung hari, menghitung menit dan menghitung detik ini harus menelan pil pahit, Lantaran jika masih membela Novanto yang jelas-jelas sudah bersalah secara etik, Akan menggerus perolehan suara bagi dua partai tua dan muda tersebut dalam pilkada serentak 9 Desember mendatang. Dan tentunya Prabowo Subianto dan Sohibul Imam diyakini benar tak akan mengorbankan partainya hanya untuk membentengi Novanto yang secara etik sudah tak bisa dbantah lagi akibat pelanggaran etiknya yang telah diperbuatnya tersebut. dan tentunya ini startegi yang sudah disiapkan oleh Gerindra dan PKS untuk perlelatan akbar Pilkada serentak dan pilpres 2019 mendatang.
Perputaran haluan juga tampaknya ditunjukkan oleh senior PAN, Amien Rais. Sesepuh PAN ini juga tak taak dalam acara pernikaan putri Setya Novanto, Dwinna Michaella. Diketahui sebelumnya dalam pertemuan yang digagas oleh Setya Novanto di kediaman Prabowo Subianto, Ketua Umum Gerindra di kediamannya yang terletak di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Amien Rais yang merupakan sesepuh di PAN ikut hadir dan menyatakan bahwa partainya solid mendukung Setya Novanto karena menurut PAN yang masih berasa ‘’Setengah oposisi, Setengah pemerintah’’ ini , Politisi Golkar tersebut tidaklah salah, dan mereka saat itu menganggapnya sebagai ‘’Jebakan Batman’’ untuk Setya Novanto yang dijuluki penulis sebagai ‘’Manusia Belut’’ , Karena licinya belut sama halnya dengan Novanto yang sangat licin, Karena berhasil lolos beberapa kali dari kasus besar, Sebut saja kasus cessie Bank Bali, Penyelundupan beras 60 ton, Penyelundupan limbah beracun, PON Riau, Proyek e-KTP hingga pertemuan dengan Donald Trump. Namun setelah rekaman tersebut diputar hingga dua kali, Hampir secara keseluruhan partai yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih putar haluan dan hanya melihat waktu lengsernya Novanto, beserta seluruh pimpinan DPR lainnya sudah dekat.
Putar haluan atau balik badannya pada pendukung Setya Novanto ini makin terlihat pada acara pernikahn putri Setya Novanto, Dwinna Michaell, yang Jumat (04/12/2015) malam, digelar di Hotel Sultan, Jakarta. Dalam acara yang super mewah dan super megah tersebut, Tampak hampir keseluruhan pimpinan Koalisi Merah Putih yang awalnya mendukung solid Novanto tidak hadir, yang paling mencolok adalah ketidakhadiran motor dari Koalisi Merah Putih, Prabowo Subianto.
Dan yang paling nampak bahwa tak lama lagi Setya Novanto akan lengser adalah ketidakhadiran Presiden Jokowi dan Jusuf Kalla dalam acara pernikahan putri Setya Novanto, Dwinna Michaella, Jumat (04/12/2015) malam. Jokowi hanya mengirimkan karangan bunga ucapan selamat menempuh hidup baru, sedangkan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang sebelumnya ngotot agar kasus ‘’Papa Minta Saham’’ ini diselesaikan secara politik lalu kemudian secara hukum juga kompak tidak hadir dengan Jokowi, yang lebih menonjol lagi adalah Jusuf Kalla sama sekali tidak mengirimkan karangan bunga ucapan selamat sebagaimana yang dilakukan oleh Presiden Jokowi.
Bahkan melalui karangan bunga yang dikirimkan oleh Presiden Jokowi hanya tercantum jelas, ‘’Jokowi dan Keluarga. Itu artinya Jokowi sangat tegas dan profesional dalam memisahkan hubungan persahabatan dan posisinya sebagai kepala negara, Namun sebuah pesan yang tersirat dari ketidakhadiran Jokowi dan JK adalah bahwa kedua pimpinan tertinggi di Republik ini sudah marah besar terhadap Setya Novanto yang telah berani-beraninya menyebut Jokowi Koppig (Keras kepala) dan mencatut nama keduanya dalam renegoisasi kontrak karya Freeport.
Dan yang paling menarik perhatian dari acara resepsi pernikahan putri Setya Novanto tersebut adalah kehadiran Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, Luhut Binsar Panjaitan. Padahal didalam rekaman yang sudah diputar sebanyak dua kali oleh Mahkamah Kehormatan Dewan melalui dua persidangan terdahulu, Nama Luhut paling banyak disebut oleh Setya Novanto dan Riza Chalid yang sama-sama melakukan permufakatan jahat terhadap Republik ini.
66 kali disebut namanya, Namun Luhut selah tak peduli dan menganggap hal tersebut biasa-biasa saja, lalu kemudian menghadir acara pernikahan putri kedua Setya Novanto, Dwinna Michaella , Makin mengundang kecurigaan publik, Bahwa sebenarnya apa yang sudah ditutup-tutupi oleh Luhut, dan tentunya Luhut mempunyai beban moral karena sudah berkhianat terhadap Jokowi yang sudah percaya kepada sang Jenderal TNI tersebut.
Posisi Setya Novanto memang sudah ibarat bagaikan telur diujung tanduk, Karena bisa dipastikan cepat atau lambat, politisi Golkar yang juga simbol Golkar tersebut akan menjadi tersangka di Kejaksaan Agung, Ini menelisik lebih jauh pernyataan Jaksa Agung, H.M Prasetyo yang menyebut bahwa adalah permufakatan jahat dalam rekaman yang berurasi sekitar 1 jam 20 menit tersebut. Defenisi dari permufakatan jahat jika merujuk pada pasal 88 Kitab undang-undang hukum pidana (KUHP), adalah permufakatan jahat apabila ada dua orang atau lebih sudah bersepakat melakukan kejahatan.
Nah dalam rekaman tersebut sudah melebihi dari definisi mufakat jatah, Karena Riza Chalid yang menyebut Jokowi akan jatuh jika tak memperanjang kontrak Freeport beserta Setya Novanto yang meminta saham listrik bertenaga air di Urumuka, Papua sudah dapat disimpulkan bahwa permufakatan jahat sudah terjadi.
Kedua percakapan yang disebut diatas inilah yang mencerminkan bahwa keadaan negara sudah berbahaya, dan itu artinya mufakat jahat sudah terjadi karena keduanya sudah bersepakat menggarong uang rakyat. Jika sampai rekaman tersebut tak diputar atau tak diserahkan oleh Menteri ESDM, Sudirman Said, kudeta terhadap Jokowi bisa dilakukan mengingat Jokowi pernah menegaskan kepada Barack Obama bahwa pemerintah Indonesia tak akan memperpanjang kontrak Freeport, dan Obama melalui Freeport Indonesia bereaksi, yakni mengancam akan membawa Indonesia ke Pengadilan Arbitrase Internasional di Den Haag, Belanda, Hal inilah yang membuat kesan mufakat jahatnya sangat terlihat dan terbaca jelas tanpa harus menggunakan kaca pembesar, Bahwa Jokowi bisa jatuh oleh Amerika Serikat dan Novanto Cs jika Jokowi berani mengehentikan kontrak Freeport tersebut.
Namun yang jadi pertanyaan besarnya adalah apakah besok Setya Novanto akan memenuhi panggilan Mahkamah Kehormatan Dewan yang sudah memutuskan akan memanggil politisi Golkar itu pada esok hari, Senin (07/12/2015), Atau yang terjadi justru sebaliknya, Setya Novanto kembali menunjukkan bahwa dia tidak bisa dilawan maupun dipanggil-panggil oleh Mahkamah Kehormatan Dewan karena dianggapnya sudah berbeda kelas dengan Setya Novanto yang penulis juluki sebagai ‘’Manusia paling super di Indonesia’’ dan sebagai ‘’Manusia Belut’’.
Namun jika itu yang terjadi, diyakini dalam waktu dekat akan ada tersangka terkait permufakatan jahat sebagaimana yang sudah disampaikan oleh Jaksa Agung, H.M Prasetyo. Karena diyakini betul bahwa Kejaksaan Agung tak akan menunggu pertunjukkan dagelan politik yang berlangsung di Mahkmah Kehormatan Dewan. Dan terhadap Fadli Zon dan Fahri Hamzah yang telah menentang perintah bosnya masing-masing, Prabowo Subianto dan Sohibul Imam, yang kini tetap mati-matian membela Setya Novanto perlu diduga ikut terlibat dalam kasus ‘’Papa Minta Saham’’. Karena pembelaan dua pimpinan DPR yang paling bersuara merdu tersebut sudah sangat bertentangan dengan logika dan cara berpikir rakyat Indonesia.
Dan sebagai kesimpulannya bahwa posisi Setya Novanto sudah benar-benar tak bisa lagi diselamatkan, Karena sudah diujung tanduk, dan posisi Setya Novanto yang sudah tergoyang sangat kuat ini juga akan merembet pada posisi Fadli Zon, Fahri Hamzah, Taufik Kurniawan dan Agus Hermanto. Mengapa demikian, Karena berdasarkan UU No 17/2014 tentang MD3, Pemilihan alat kelengkapan dewan dilakukan berdasarkan sistem paket dan itu artinya jika Novanto lengser, Maka empat pimpinan DPR lainnya ikut lengser pula.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H