Dan di Jakarta, Evan berhasil menggapai apa yang ia cita-citakan sejak dulu.
Kebahagiaan bagi saya adalah membuat orang lain terhibur.
Berawal sebagai seorang extrass, yang bahkan tidak ada yang menyadari kehadiran dirinya di layar kaca, kemudian ia mengembangkan sayapnya sebagai seorang VJ MTV. Sampai kemudian ia muncul di layar lebar, dan kini, ia menunjukkan konsistensinya sebagai seorang aktor dalam sebuah sinetron, bahkan juga seorang host untuk sebuah acara memasak di TV, yang sejatinya masih berkaitan dengan kesukaannya di bidang kuliner. Belum lagi karirnya dalam dunia tarik suara, setelah album pertamanya ‘Sebelah Mata’ yang kurang meledak di pasaran, Evan masih memiliki keinginan untuk kembali bernyanyi.
Bagi Evan, fokusnya yang terpecah dalam berbagai bidang ini adalah sebuah keharusan, dimana seorang anak muda harus memiliki banyak talenta. Itu sebabnya ia tidak pandang bulu dalam bekerja, dari aktor, penyiar, reporter, penyanyi, VJ, hingga menjadi seorang koki, Evan mampu menjalaninya dengan baik. “I will be someone, with many abillities. masak bisa ngapain bisa. Jadi orang jangan terpaku satu. Banyak orang bilang kalau terlalu banyak bidang yang dijalanin gak akan bikin fokus. Justru, itu hanya sebuah pepatah lama, yang tidak lagi berlaku untuk jaman sekarang,” tutur pecinta travelling ini.
Saya sedikit terkejut tentang kesukaan Evan dalam meramu bumbu-bumbu masakan menjadi sebuah makanan. Inilah bakat yang jarang ia tunjukkan kepada khalayak. Kecintaannya akan memasak, terbentuk dari ia masih kecil. Tugasnya dalam menyajikan makanan untuk tamu losmen kala ia masih tinggal di Papua, menyisakan talentanya sebagai seorang koki. Bahkan kini, ia memiliki sebuah restoran di Eropa, “udah empat tahun, fokusnya di masakan Indonesia, dan namanya Indonesian Food,” tutur Evan.
Kini, 12 tahun sudah ia berada di dunia entertain, dan ia mengaku sudah mendapatkan pencapaian tertingginya. Sambil tersenyum, penyuka aktor Al Pacino ini mengatakan, “Kebahagiaan di dunia entertainment adalah membuat orang lain terhibur, sampai saat ini alhamdulillah banyak orang yang terhibur. Karena Penghargaan terbesar bagi saya adalah orang tersenyum ketika melihat kita.”
Dan di final nanti, aktor yang juga mengidolakan Soekarno ini, mengaku akan berakhir sebagai seorang pebisnis. Yang akan menikmati hidup dan mengendalikan kerajaan bisnisnya dari kejauhan.
Buat saya, hidup terus berjalan, terserah orang mau bilang apa.
Bukan hal yang mudah untuk tetap konsisten dalam berkarir sebagai aktor. Regenerasi dan mengatur citra diri agar tetap disukai penonton dan pembuat film, adalah hal-hal yang kerap membuat beberapa aktor menghilang. Namun, Evan Sanders sudah memiliki strateginya sendiri.
“Banyak orang berhasil mendapatkan piala citra, setelah itu gone, hilang. Tapi kalau seorang aktor bisa stabil dalam membuat orang tersenyum, itu abadi,” kata Evan. Bukan piala yang ia cari, tapi atensi dan senyum orang banyak yang selalu ia kejar.
Belum lagi soal saling menghargai, Evan hampir kehilangan hal ini. Namun ia tetap berusaha untuk menunjukkan bahwa menghargai satu sama lain adalah hal yang utama. Bukan hanya dalam kehidupan sosialnya, ia menerapkan ini ketika memainkan peran. Ia mengatakan, ada sebuah kunci untuk menjadi seorang pemain sinetron yang baik, yaitu harus mampu menghargai dan menyesuaikan diri dengan lawan main, ia tidak akan lupa bahwa dirinya tidak sendiri saat ber-acting, karena itu ia selalu berusaha agar lawan mainnya juga terlihat bagus.