Situs makam Buyut Dewi Sayu Atikah berada di Jalan Letkol Istiqlah, Desa Mojopanggung, Kecamatan Giri, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Buyut Dewi Sayu Atikah merupakan keturunan dari Raja Blambangan yatiu Prabu Menak Sembuyu. Dewi Sayu Atikah memiliki nama asli bernama Puteri Dewi Sekardadu.
Pada waktu itu Dewi Sekardadu menderita penyakit kulit yang tidak kunjung sembuh lalu mengadakan sayembara, sayembara tersebut berisi kata bagi masyarakat yang dapat menyembuhkan penyakit yang di derita Puteri Dewi Sekardadu akan dinikahkan.Â
Masyarakat mencoba menyembuhkan ternyata banyak yang tidak sanggup dan akhirnya seorang ulama bernama Maulana Ishak dapat menyembuhkan penyakit tersebut dan beliau dinikahkan oleh Puteri Dewi Sekardadu. Puteri Dewi Sekardadu dan Maulana Ishak tinggal bersama di Kerajaan dan memiliki seorang bayi.Â
Hadirnya Syekh Maulana Ishak dengan dakwahnya beliau mengajarkan agama islam kepada masyarakat menimbulkan kontra oleh Minak Sembuyu serta petinggi Blambangan karena masyarakat masih memeluk agama Hindu sehingga Syekh Maulana Ishak dan isterinya di usir dari Kerajaan Blambangan serta bayi tersebut di ambil dan dimasukan dalam peti lalu di hanyutkan di lautan samudera.Â
Dengan kesedihan Dewi Sekardadu mencari bayinya tersebut kedalam lautan hingga beliau wafat. Konon cerita jasad Dewi Sekardadu di bantu oleh ikan keting untuk dapat menepikan jasad beliau dalam mencari bayinya, lalu terbentuklah desa bernama Desa Ketingan.
Bayi tersebut ditemukan oleh nahkoda kapal yaitu Abu Huroiroh lalu memberikan bayi tersebut kepada Nyai Ageng Pinatih yaitu seorang saudagar dari Gresik lalu memberi nama bayi tersebut bernama Raden Muhammad Ainul Yaqin.
4. Situs Makam Kiyai Saleh Lateng
Situs makam Kiyai Saleh berlokasi di Jalan Riau, Desa Lateng, Kecamatan Banyuwangi, Jawa Timur. Kiyai Saleh merupakan pendiri awal mula jamiyah Nadhaltul Ulama di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Beliau memiliki nama asli bernama Ki Agus Muhammad Saleh, dan ayah beliau bernama Ki Agus Abdul Hadi serta ibu beliau bernama Aisyah. Pada abad ke 19 Ki Agus Abdurrahman yaitu kakek dari Kiyai Saleh yang berasal dari Kesultanan Palembang Darussalam.Â
Kerajaan Palembang pada masa itu dikuasai oleh Belanda, dan beliau mengasingkan keluarga kerajaan ditempat yang aman dari Belanda serta Ki Agus Abdurrahman berkelana ke daerah Jawa Timur.Â