Mohon tunggu...
Ricky A Manik
Ricky A Manik Mohon Tunggu... Peneliti -

belajar untuk menjadi kuat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Fenomena Fiksimini

7 Januari 2019   07:54 Diperbarui: 7 Januari 2019   08:13 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tetapi yang membedakannya dengan "puisi pendek" ada pada unsur naratif atau penceritaan. Puisi pendek seperti haiku memang lebih tepat dikatakan sebagai puisi pendek, bukan fiksi mini. Bila dalam prosa kita menemukan adanya peneritaan seperti penokohan (protagonis dan antagonis), konflik, obstacles atau juga complication dan resolution. Barangkali, pada fiksi mini, justru resolution itu yang dihindari, karena dalam fiksi mini, akhir (ending) menjadi semacam gema, yang terus dibiarkan tumbuh dalam imajinasi pembaca.

Seorang novelis dunia Ernest Hemingway pernah bertaruh dengan temannya bahwa ia mampu menulis novel lengkap dan hebat hanya dengan enam kata.

For sale: baby shoes, never worn.

Tulisan ini ditulisnya pada tahun 1920 dan Hemingway menganggap bahwa itu adalah karya terbaiknya. Menurut Agus, fiksi mini sesungguhnya punya sejarah yang panjang. Fabel-fabel pendek karya Aesop (620-560 SM), adalah sebuah "kisah mini" yang penuh suspens dalam kependekannya. 

Di perancis, fiksi mini dikenal dengan nama nouvelles. Orang Jepang menyebut kisah-kisah mungil itu dengan nama "cerita setelapak tangan", karena cerita itu akan cukup bila dituliskan di telepak tangan kita. Ada juga yang menyebutnya sebagai "cerita kartu pos" (postcard fiction), karena cerita itu juga cukup bila ditulis dalam kartu pos. 

Di Amerika, ia juga sering disebut fiksi kilat (flash fiction), dan ada yang menyebutnya sebagai sudden fiction atau micro fiction. Bahkan, seperti diperkenalkan Sean Borgstrom, kita biasa menyebutnya sebagai nanofiction. Apa pun kita menyebutnya, saya pribadi lebih suka menamainya sebagai fiksi mini. Begitu kata Agus dalam artikelnya yang berjudul Fiksi mini: Menyuling Cerita, Menyuling Dunia di Harian JawaPos, Minggu 13 Desember 2009.

Fiksimini adalah ruang berbagi cerita yang terbuka bagi semua orang yang mengikutinya-biasa disebut sebagai followers. Sesuai dengan namanya, cerita yang ditampung di ruang itu adalah fiksi yang mini alias cerita yang pendek sekali. Setiap satu cerita tak boleh lebih dari 140 karakter, termasuk spasi dan nama pengirim. 

Tetapi dalam kependekannya fiksi mini itu, unsur-unsur cerita dapat ditemukan, seperti tokoh, karakter, plot, ketegangan, dan konflik. Setiap pengirim (yang ditandai dengan @nama) dituntut memainkan semua unsur drama secara efektif sehingga bisa menggugah, bahkan meletupkan ledakan yang mengesankan. 

Biasanya, setiap hari ada moderator yang menyodorkan tema tertentu, seperti surat, ranjang, soto, ciuman, atau soal lain. Pengikut lantas menanggapi dengan membuat cerita mungil dengan tema tadi.

Istilah fiksi mini nge-trend dalam dunia sastra ketika internet begitu mendominasi dalam kehidupan kita. Dunia seolah-olah semakin berkelebat cepat dan waktu dapat dilipat dengan kecil dan praktis. Dan kita merasa semuanya menjadi penting atas segala sesuatu yang serba gegas, sekilas, dan ringkas itu. Kecepatan dan keringkasan adalah ciri tulisan internet. 

Melalui internet kita dapat melihat dunia hanya dengan sebuah telepon genggam. Perubahan pandangan tehadap dunia yang telah ter-multimedia-kan telah membawa sensibilitas yang baru dalam masyarakat dan kebudayaannya. Hal inilah yang membedakannya dari kultur masyarakat tulis yang memandang dunia melalui objektivitasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun