Mohon tunggu...
Ricky Brahmana
Ricky Brahmana Mohon Tunggu... Pegawai Swasta -

Calon pengusaha yang sampai sekarang masih terjebak di perusahaan orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Membuang-buang Waktu di Usia Muda

16 Desember 2015   15:00 Diperbarui: 16 Desember 2015   17:43 1082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain kesehatan, satu lagi harta paling berharga untuk manusia adalah waktu. Dua puluh empat jam per hari, sama untuk semua manusia mulai dari ujung utara sampai ujung selatan bumi dan berputar kembali ke utara.

Sayangnya kita orang-orang muda seringkali berpikir kita punya waktu lebih dari dua puluh empat jam sehari, dan kita pun kadang berpikir kita akan hidup selamanya. Kita selalu merasa sibuk dan tidak punya waktu, padahal kenyataannya kita sering membuang waktu untuk hal-hal yang kurang berguna.

Berbeda dengan kita, orang-orang tua lebih mengerti cara menggunakannya dengan baik. Mereka menganggap waktu adalah investasi karena mereka sadar waktu mereka tinggal sedikit. Di umur 50an, orang akan cenderung lebih menghargai waktu dibandingkan ketika mereka masih berumur 20an tahun.

Kita orang-orang muda seringkali menggunakan "YOLO" (You Only Live Once) sebagai pembenaran dari semua kegiatan yang membuang-buang waktu itu. Anda dan saya merasa kegiatan yang bisa dinikmati bukanlah kegiatan yang sia-sia. Tapi apakah benar begitu?

***

Di umur 20 atau 30an tahun, seringkali kegiatan yang kita lakukan adalah kegiatan yang memberikan kenikmatan sesaat. Dugem misalnya. Kita menggunakan dugem sebagai pelarian dari rutinitas kantor. Contoh lain adalah bermain game sampai berjam-jam di depan komputer Playstation/XBox, atau menghabiskan berjam-jam di depan gadget/komputer untuk membuka-buka sosial media yang tidak memberikan manfaat apapun

Selain dari 3 hal itu, ada 2 hal lain yang seringkali tanpa kita sadari sudah menghabiskan waktu kita sia-sia, bukan lagi dalam hitungan jam, tapi kadang sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

1. Berhubungan Dengan Orang Yang Tidak Tepat

Data tahun 2014 akhir menunjukkan ada 959 kasus perceraian setiap harinya. Dengan hitungan kasar, itu berarti ada 40 kasus perceraian per jam. Dan 70% dari kasus perceraian itu terjadi pada pasangan berumur 20 - 30 tahun.

Kalau diasumsikan perceraian itu terjadi di umur pernikahan antara 2 - 5 tahun, berarti dalam rentang itu ada minimal 8700 jam yang terbuang sia-sia karena memaksakan hubungan dengan orang yang tidak tepat.

Orang-orang cenderung memaksakan hubungan yang buruk dan berharap akan ada perubahan setelah beberapa lama. Hubungan ini bukan hanya dalam pernikahan atau berpacaran, tapi juga dalam hubungan bisnis yang buruk, hubungan pertemanan dan sosial yang bernuansa negatif, hubungan keluarga yang cenderung menjatuhkan dan hubungan dengan rekan kerja yang tidak membangun.

Anda dan saya bisa memutuskan hubungan dengan orang-orang seperti itu dengan beberapa pengecualian. Di agama Kristen, perceraian tidak diperbolehkan karena banyak alasan dan salah satunya adalah untuk kebaikan anak. Satu-satunya cara untuk menyelesaikan hubungan yang buruk adalah dengan konseling dan memperbaiki komunikasi. Sebaliknya untuk hubungan yang lain, Anda bisa memutuskan hubungan dengan pacar secara baik-baik semudah memutuskan hubungan bisnis dengan kolega yang Anda anggap hanya membuang-buang waktu dan tidak mendatangkan kebaikan apa-apa untuk bisnis dan kehidupan Anda.

Jangan mau dihimpit oleh hubungan yang tidak baik yang memaksa Anda untuk berusaha sendirian tanpa ada potensi untuk menjadi lebih baik.

2. Mengambil Jalur Karir Yang Salah

Hal ini biasanya terjadi untuk orang-orang muda di awal umur 20an tahun, tapi tidak terbatas bahkan sampai umur 30an. Mereka cenderung mudah dan kadang harus mengikuti keinginan dari orang lain — seringkali orangtua, teman dan lingkungan. Kita jarang mengikuti keinginan sendiri dan enggan untuk "stand up," karena takut dianggap pemberontak dan aneh.

Hasilnya, kita menghabiskan bertahun-tahun kehidupan kita untuk menjalani pekerjaan dan pendidikan yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Saya suka seni dan desain, tapi karena tuntutan "pasar," saya memilih untuk kuliah di jurusan Teknik Informasi karena katanya lulusan IT lebih mudah dapat pekerjaan.

Nyatanya saya memang mudah dapat pekerjaan. Terbukti dari waktu menganggur yang hanya 2 bulan, termasuk 1 bulan karena saya terlalu malas untuk mencari kerja. Tapi ternyata saya tidak bisa menikmatinya. Saya lebih menikmati menulis artikel, menulis draft novel, membuat musik, menggambar dan membuat desain daripada mengerjakan tugas-tugas kantor. (Jangan sampai manager saya membaca artikel ini)

Anda harus sadar, orang-orang berpendapat dengan dasar pengalaman dan penilaian mereka terhadap suatu hal yang belum tentu didukung bukti yang bisa dipercaya. Orangtua dan keluarga saya menganggap IT itu baik, dan mereka menanamkan "opini" itu di kepala saya. Kenapa opini? Karena mereka  pun tidak bekerja di bidang IT.

Jangan gunakan pendapat orang lain sebagai landasan Anda mengambil keputusan dan patokan mengenai cara Anda menjalani kehidupan. Anda bisa menggunakannya sebagai pembanding, tapi bukan sebagai patron.

Untuk Anda yang masih cukup muda untuk berpikir ulang, sebaiknya pikirkan apa yang sebenarnya anda suka dan nikmati setelah Anda mengeluarkan unsur uang dari dalamnya. Kalau Anda menikmati melakukan sesuatu hanya karena uang, berarti Anda sudah mulai salah dan akan terjebak di waktu yang terbuang sia-sia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun