Mohon tunggu...
Ahmad RickyHuzaini
Ahmad RickyHuzaini Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Moderasi Beragama

23 Mei 2022   20:46 Diperbarui: 23 Mei 2022   21:01 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

NEGARA INDONESIA

Negara kepulauan terbesar di dunia adalah indonesia. Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau, di mana hanya sekitar 7.000 pulau yang berpenghuni. Jawa,kalimantan,papua,

Sulawesi dan Sumatra merupakan pulau utama di Indonesia. Selain itu Indonesia juga memiliki pulau-pulau kecil seperti Karimunjawa, Gili,bali dan Lombok yang merupakan tujuan wisata lokal maupun internasional. Jakarta adalah ibu kota negara indonesia, yang terletak di Pulau Jawa.

Dilihat dari segi geografis, kepulauan Indonesia terletak antara 5 54 08 bujur utara hingga 11 08 20 bujur selatan dan 9500'38" sampai 14101'12" bujur timur. 

Beberapa pulau terletak di garis ekuator. Karena itu, siang dan malam memiliki waktu yang hampir sama, yaitu 12 jam. Atas dasar letak geografis yang luas, wilayah Indonesia dibagi menjadi 3 zona waktu yaitu WIB (Waktu Indonesia Barat), WITA (Waktu Indonesia Tengah) dan WIT (Waktu Indonesia Timur). Dari satu pulau  ke pulau lainnya dapat terjadi perbedaan waktu hingga 8 jam.

Selain pulau-pulau yang indah, iklim tropis yang dimiliki Indonesia juga menjadikan Indonesia menjadi tujuan wisata yang utama.

"Bhinneka Tunggal Ika" yang bermakna "berbeda-beda namun tetap satu jua" merupakan logo nasional Repulik Indonesia. Logo ini menggambarkan masyarakat Indonesia yang majemuk namun tetap satu, dan juga menjadi pedoman hidup masyarakat Indonesia. Selain itu, kemajemukan dalam kehidupan beragama juga dimiliki oleh negara indonesia. Sebagian besar penduduk Indonesia memeluk agama Islam. Kurang dari 10 % masyarakat Indonesia terbagi dalam beberapa kelompok agama seperti Katolik,konghucu, Kristen, Hindu dan Budha. Sebagian kecil masyarakat Indonesia juga masih memeluk agama tradisional seperti misalnya kejawen yang sering ditemui di Pulau Jawa.

PENDIDIKAN DI INDONESIA

Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Pendidikan di Indonesia didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian,pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Melalui proses pembelajaran, peserta didik mendapatkan beragam manfaat. Manfaat-manfaat tersebut meliputi pengembangan potensi dan pengetahuan, serta pembentukan watak dan karakter. Pembentukan watak yang dimaksud adalah kreatif, cakap, mandiri dan bertanggung jawab. Saat ini, proses pembelajaran banyak mengalami perkembangan, salah satunya adalah metode belajar di rumah (daring).

PENDIDIKAN MODERASI BERAGAMA

Kata "moderasi" memiliki korelasi dengan beberapa istilah. Dalam bahasa Inggris, kata "moderasi" berasal dari kata moderation, yang berarti sikap sedang, sikap tidak berlebih-lebihan. Juga terdapat kata moderator, yang berarti ketua (of meeting), pelerai, penengah (of dispute). 

Kata moderation berasal dari bahasa Latin moderatio, yang berarti sedang (tidak kelebihan dan tidak kekurangan) dalam bahasa arabnya disebut tawassut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "moderasi" berarti penghindaran kekerasan atau penghindaran keekstriman. Kata ini adalah serapan dari kata "moderat", yang berarti sikap selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrim, dan kecenderungan ke arah jalan tengah. 

Sedangkan  kata "moderator" berarti orang yang bertindak sebagai penengah (hakim, wasit, dan sebagainya), pemimpin sidang (rapat, diskusi) yang menjadi pengarah pada acara pembicaraan atau pendiskusian masalah, alat pada mesin yang mengatur atau mengontrol aliran bahan bakar atau sumber tenaga.

Jadi, ketika kata "moderasi" digabungkan dengan kata "beragama", menjadi "moderasi beragama", maka istilah tersebut berarti merujuk pada sikap mengurangi kekerasan, atau menghindari keekstriman dalam peraktik beragama. 

Gabungan dari dua kata itu menunjukkan kepada sikap dan upaya menjadikan agama sebagai dasar dan prinsip untuk selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrim dalam bahasa ilmiyahnya disebut radikalisme, dan selalu mencari jalan tengah yang menyatukan dan membersamakan semua elemen dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa Indonesia.

Sikap moderat dan moderasi adalah suatu sikap dewasa yang sangat baik dan juga sangat diperlukan. Radikalisasi dan radikalisme, kekerasan dan kejahatan, termasuk ujaran kebencian/caci maki dan  hoaks, terutama atas nama agama, adalah kekanak-kanakan, jahat, memecah belah, merusak kehidupan berbangsa dan bernegara, patologis, tidak baik dan sangat tidak perlu.

Moderasi beragama merupakan usaha kreatif untuk mengembangkan suatu sikap beragama di tengah berbagai desakan ketegangan, seperti antara klaim kebenaran absolut dan subjektivitas, antara interpretasi literal dan penolakan yang arogan atas ajaran agama, juga antara radikalisme dan sekularisme. 

Komitmen utama moderasi beragama terhadap toleransi menjadikan sebagai cara terbaik untuk menghadapi radikalisme agama yang mengancam kehidupan beragama itu sendiri dan, pada gilirannya, mengimbasi kehidupan persatuan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Memperhatikan sikap beragama dalam dinamika berbangsa dan bernegara akhir-akhir ini, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, pada berbagai kesempatan mengajak seluruh tokoh-tokoh agama untuk menjadikan agama sebagai sumber nilai-nilai yang merawat kebinekaan. 

Presiden mengajak seluruh tokohtokoh agama dan seluruh umat beragama untuk memberi wawasan keagamaan yang Iebih dalam dan luas lagi kepada umat masing-masing, karena eksklusivisme, radikalisme, dan sentimen-sentimen agama cenderung bertumpuh pada ajaran-ajaran agama yang terdistorsi. Tidak dapat disangkal bahwa agama menjadi roh utama bangsa ini sehingga para tokoh agama berperan penting untuk menjaga kemajemukan sebagai kekayaan dan modal sosial Indonesia.

pendidikan moderasi beragama seharusnya harus dimulai dari lembaga pendidikan baik lembaga formal maupun non formal, baik dari tingkat sekolah dasar, menengah, atas , sampai ke perguruan tinggi, mulai dari musolla,diniah,serta pondok pesantren.

karena perinsipnya lebih baik mencegah dari pada mengobati.

biarlah yang sudah terjadi, terjadi. karena untuk mengobati yang sudah terjadi itu sangat sulit.

karena masa depan negara itu berada pada pemuda dan pemudi bangsa sendiri.

dulu sukarno pernah berkata beri aku 1000 orang tua,niscaya akan ku cabut gunung semeru dari akarnya, dan bawakan aku 10 pemuda akan aku goncangkan dunia.

dari perkataan sukarno itu kita tahu betapa berpengaruhnya pemuda dan pemudi bangsa

PRAKTIK PENDIDIKAN MODERASI BERAGAMA

Memabangun pemikiran moderat

Membangun pemikiran moderat harus di bangun dari sejak dini,karena kita tahu sesuatu yang dibangun sejak dini itu bertahan lama, cara membangunnya tidak ada lain yaitu dari lembaga pendidikan baik formal maupun non formal karena lembaga pendidikanlah yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak didiknya. Baik dari segi pemikiran,sosial dan juga kreatifitas.

Pendidikannya bagus maka hasilnya juga bagus begitu pula sebaliknya. Masa depan pemuda dan pemudi bangsa terletak pada pendidikannya. Maka jelas pendidikan itu sangat berpengaruh.

Membangun pemikiran moderat harus dimulai dari sejak dini dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Dari pendidikan musolla sampai pada pendidikan pesantren.

Penerapannya harus mengenalkan negara indonesia beserta ideologinya dan juga menjelaskan agama itu fungsinya apa dan juga jumlah agama serta budaya yang ada di indonesia.

Memperkenalkan negara dan agama itu merupakan salah satu upaya untuk membangun pemikiran moderat, keberhasilan membangun pemikiran moderat dilihat dari sikapnya toleran apa tidak, kalau sikapnya toleran berarti berhasil membangun pemikiran moderat begitu pula sebaliknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun