Mohon tunggu...
Ricky Pratama
Ricky Pratama Mohon Tunggu... -

Kue dan Cookies.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Close - Rewind (Scene 2)

13 November 2011   06:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:44 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama Buku : Close
Season : Pertama

arranged by Ricky Pratama

----------------------------------------

Rewind
Putar Ulang

--------------------------------------------------

Badannya tersandar, perbaringan seakan tidak mampu menghapus pemikirannya dari “Nya”, “nya” seorang Aditya... seorang pria yang kebetulan ditemuinya di chatting tiga bulan yang lalu, Aditya... pria itu sedang tersenyum, tersandar disebuah layar handphone, matanya menatap keatas, senyumnya merekah gembira... tapi Aurel... pikirannya seakan terpecah... Aditya, pria itu mengungkapkan isi hatinya, “I Love You” bukan kata itu yang terucap, atau bahkan kata itu tak pernah terpikir olehnya, hanya bahasa tubuh yang menunjukan.... tidak berhenti sampai disitu...

“Tapi mau gak kamu backstreet”. Kata itu terhenti dengan sebuah pertanyaan... sebuah pertanyaan... tapi mengapa... semua ini serasa seperti... terkait,

sayang ini, suka ini, cinta ini, perasaan ini... haruskah ku jawab? Akankah “Iya” menjadi sebuah jawaban yang terbaik... apakah “Iya” akan memberikan sebuah masa depan yang cerah... apakah... pertanyaan itu... tak pernah terjawab, pertanyaan itu hanya terlanjut dengan sikap saling memberi, saling kasih... pertanyaan itu belum sempat terjawab, atau memang tak ingin dijawab... ianya... hanya...

Aurel, sekali lagi dia jatuh kedalam pelukan seorang pria yang... dia sendiri tidak dapat menggambarkannya... para pria yang terlihat pendiam, sedikit “cool” sedikit kharismatik, sedikit berbicara, hanya menggambarkan sesuatu lewat tindakan... sosok yang sebenarnya ia sendiri kurang mengetahuinya, sosok yang ia nilai sendiri, sebuah penilaian dimana kenyataan dan angan bercampur menjadi suatu hal “semi-realistik”... Aurel... pikirannya terkadang berusaha menggugat hatinya... terkadang hatinya mulai menerjang balik pikirannya... semuanya rasa sayang, pengakuan dan kenyataan... kenapa itu seakan sulit untuknya... kenapa? Kenapa?

Handphone itu diletakan, tidurnya seakan tidak bermakna, Aditya, nama itu seakan menyita... malam ini, semua seakan tidak terasa, dingin itu gak ada, hening itu kian kosong, ruangan ini seakan tidak bersahabat... apa ini karena aku, atau hanya karena perasaan yang... “ah sudahlah” pikirnya sesekali berusaha menepis...

Badannya terebah... pikirannya terebah... rasa ”nya” terebah... hembusan nafas itu seakan tanpa paksaan, berhembus seakan dipaksa tanpa arti... ianya... pikir ini...

“itu” seakan memberinya sedikit semangat, sebuah kepercayaan yang berusaha dia bangun, rasa sakit akan yang pertama, rasa sakit itu yang berusaha ia hilangkan... bibirnya tersenyum, “ia”-nya tertidur, sementara lantunan itu terus berlalu menemaninya, berusaha menghilangkan sepi... guling itu terdekap sempurna, berusaha menggantikan “dia” yang jauh... matanya tertutup perlahan... sementara kuning itu baru saja terbangun... kuning itu tidak tergerak... kuning itu tidak melayang... kuning itu hanya tergantung... kuning itu... memori itu... “dia”...

Aditya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun