Mohon tunggu...
Ricko Blues
Ricko Blues Mohon Tunggu... Freelancer - above us only sky

Sebab mundur adalah pengkhianatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

George Orwell dan Peringatan Supaya Kita Jangan Jatuh Miskin

9 Agustus 2022   10:44 Diperbarui: 9 Agustus 2022   10:45 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Secara tersirat, dia menggambarkan kenyataan bahwa hidup di Kota Paris tanpa pekerjaan yang bisa mendatangkan uang adalah kesialan dan seketika kita akan menjadi orang tolol di mata siapa saja yang melihat.

Yang pertama kau alami adalah titik terendah yang khas dari kemiskinan, pergeseran-pergeseran yang terjadi padamu, kekejian yang rumit, makan seirit-iritnya. 

Saking miskinnya dan butuh duit, Orwell harus menyelundupkan beberapa potong pakaiannya dari penginapan, dan menggadaikannya di pegadaian Prancis. Dia mendapat uang tujuh puluh franc untuk pakaian seharga sepuluh pound. Dengan begitu, dia hanya punya pakaian di badan; jasnya sudah rusak di bagian siku-sebuah mantel yang masih cukup untuk digadaikan, dan selembar baju cadangan.

Selama tiga minggu, Orwell luntang lantung tanpa pekerjaan meski dia sempat dapat kiriman honor dari tulisan artikelnya di koran lokal. Dengan susah payah, dia dan sahabat karibnya, Boris, akhirnya memperoleh pekerjaan di Hotel X. Orwell bertugas sebagai tukang cuci piring di hotel mewah tersebut. Bekerja dari pukul tujuh pagi sampai pukul sembilan seperempat malam.

Down and out in Paris and London adalah buku yang penuh drama kehidupan. Riwayat pribadi Orwell dikisahkan dengan polos dan jenaka sekaligus menyingkap salah satu bagian paling mengkhawatirkan dalam hidup manusia yakni melarat karena tidak punya uang. Bagi dia, ini titik terendah dalam hidup.

Sepotong kalimat ikonik dari memoar yang ditulis Ernest Hemingway sepertinya tidak berlaku bagi Orwell, "Kamu cukup beruntung jika pernah tinggal di Paris saat muda karena kemana pun kamu pergi seumur hidupmu, perasaan itu akan tetap tinggal bersamamu karena Paris adalah pesta yang  berpindah-pindah."

Sebaliknya, dari Paris, Orwell menulis tanpa embel-embel metafora yang menggelegar dan mengecoh pikiran;

Ketika kau sudah mendekati kemiskinan, kau mendapatkan sesuatu yang bisa menyeimbangkan hal-hal lainnya. Kau mendapatkan kebosanan dan berbagai keruwetan yang buruk, dan awal dari kelaparan. Tetapi, kau juga mendapat semacam 'kebebasan' dari kemiskinan ini; yakni bahwa kemiskinan melenyapkan masa depan. 

Orwell kemudian pindah ke London. Di kota ini, nasibnya ternyata tak lebih beruntung. Justru semakin mengkhawatirkan. Tak kunjung mendapatkan pekerjaan, Orwel terpuruk di jalanan. Bergaul dengan para gelandangan, orang-orang jalanan dan tinggal berpindah-pindah di rumah-rumah penampungan.

Dengan pengalaman ini, dia memotret dari dekat kehidupan para gelandangan di jalanan Kota London, menguak isi hati mereka, menyibak persoalan hidup mereka hingga terlempar ke jalanan dan stigma-stigma masyarakat urban pada gelandangan. Semuanya terjadi hanya karena mereka tak punya uang.

Dengan keyakinan-keyakinan filosofis dan kepercayaan yang sifatnya religius, kita bisa saja tersenyum sinis jika orang berkata, 'uang adalah segalanya. Segalanya-galanya uang.'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun