Mohon tunggu...
Ricko Blues
Ricko Blues Mohon Tunggu... Freelancer - above us only sky

Sebab mundur adalah pengkhianatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Pria Sejati dan Merdeka Seperti Che Guevara

9 Desember 2020   20:12 Diperbarui: 9 Desember 2020   20:17 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mari kita belajar untuk menjadi seorang pria sejati. Bukan untuk memikat hati wanita, bukan juga untuk mencari popularitas dan uang, tetapi, menjadi seorang pria sejati, hanya untuk satu kata yang mahal: kebebasan. Dan darimana kita bisa belajar menjadi jenis 'pejantan' seperti itu? Ya, Ernesto Che Guevara.

###

Tidak mudah menemukan seorang pria sejati yang punya pikiran yang merdeka seperti seorang Ernesto Che Guevara. Saya sengaja menggunakan kata 'merdeka' dan bukan 'bebas' sebab barangkali kebebasan bisa multitafsir. Selain ada dalih; tak ada kebebasan yang betul-betul absolut. Namun, dari seorang Che Guevara, kita bisa temukan inkarnasi dari kemerdekaan yang absolut, merdeka sejak dari dalam pikirannya, bila agak iseng hendak memelesetkan ungkapan Pramoedya.

Ernesto punya cita rasa merdeka luar biasa dan ini merupakan hasil dari tempaan Don Ernesto Guevara Lynch dan Celia, sepasang suami istri yang---tanpa mereka sendiri sadari---telah mendidik seorang revolusioner sejati. 

Sebelum bertransformasi menjadi seorang 'Che',Ernesto hidup dalam sebuah keluarga yang sangat demokratis yang membuat masa kecil dan masa mudanya penuh dengan petualangan-petualangan luar biasa. 

Meski ia mengidap penyakit asma yang cukup akut sehingga membuat keluarga Guevara harus berpindah domisili di kota kecil Alta Gracia, itu tidak membuat gelora jiwa mudanya ciut sedikitpun; ia berpetualang mengelilingi Amerika Latin dan menjelajah gunung, danau, lembah, hutan dari satu negara ke negara yang lain.

Tidak hanya itu, ia juga bersenang-senang dengan gadis-gadis yang memesona hatinya di sepanjang perjalanan, minum alkohol dan mengisap tembakau sambil menyaksikan pergolakan-pergolakan kecil revolusi yang terjadi di seluruh negara Amerika Latin.Walau demikian, orang-orang selalu mengenang bagaimana semua petualangan itu bermula dari dalam keluarganya. 

Ada sebuah petikan cerita yang melegenda tentang itu: sebelum berangkat meninggalkan Alta Gracia, Don Ernesto, ayah Che, pernah berseru, "Maka berangkatlah seorang tentara Amerika." Lalu, seperti yang semua orang tahu, yang puteranya raih kemudian lebih daripada seorang 'tentara'.

###

Suatu hari, Ernesto menghampiri seorang sahabatnya dan mengajak, "bersiap-siaplah, Calica---kita pergi tahun ini."

Tentu saja ajakan ini membuat Calica terkejut bukan main. Ini bukan ajakan atau undangan biasa. Ini lebih sebagai sebuah tantangan---hal yang memang sering Ernesto lakukan, juga bersama teman-temannya. Ia kembali mengajak Calica untuk berkeliling Amerika Latin lagi. 

Padahal, Ernesto baru saja pulang dari petualangan 'berkeliling Amerika Latin' pertamanya bersama Alberto Granado. Dan yang membuat Calica sedikit kesal, sahabat nekatnya itu belum sampai menyelesaikan kuliah kedokterannya.

 "Kau masih punya dua belas mata kuliah yang harus kau selesaikan," ujar Calica mencoba menolak secara halus ajakan Ernesto. Namun, seperti biasa, di hadapan seorang Ernesto muda, tidak ada yang mustahil untuk dilakukan, "aku akan membereskannya." Kemudian mereka berdua pun akhirnya berangkat untuk petualangan kedua dengan sedikit uang di saku. 

Sekali lagi,mereka berkeliling Amerika Latin dan menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana penderitaan rakyat pribumi yang ditindas secara sistematis dan terstruktur. 

Bahkan, Ernesto punya tekad untuk bisa sampai di Paris bila uang mereka mencukupi. Kisah perjalanan ini diceritakan oleh Calica dengan sangat apik dalam bukunya, Becoming Che.

Ernesto Guevara adalah jenis laki-laki sejati yang langka. Ia punya banyak mimpi dan angan-angan yang melampaui batas. Untuk menunjang kemampuannya meraih mimpi itu, ia sudah dianugerahi semua hal yang seorang laki-laki sejati butuhkan dalam hidup; keberanian (cenderung nekat), kecerdasan sebagai hasil dari referensi bacaannya yang melimpah dan pikiran yang merdeka. 

Anugerah ketiga ini yang membuat sosok seorang Ernesto Che Guevara 'berbeda' daripada yang lain. Memilih untuk memperjuangkan kebebasan rakyat yang didiskriminasi secara rasial dan dibelenggupenyakit klasik kolonialisme dan imperialisme adalah sebuah pilihan yang sulit, tetapi selalu punya dasar yang mulia nan luhur.

Di perjalanan kedua bersama Calica inilah, Ernesto menentukan sendiri nasib hidupnya, mengambil jalan yang berbeda dari kameradnya, Calica. Mereka berpisah. Venezuela, Bolivia, Peru dan Ekuador adalah beberapa negara tertindas yang membuka mata dan nurani Ernesto sekaligus menguatkan niatnya untuk segera 'memberontak' dan memukul palu revolusi bersama rakyat. Sedangkan Calica, karena tekanan ekonomi yang dialami ibunya yang seorang janda, lebih memilih bekerja untuk menyokong sekolah adik-adiknya.

Hingga pada suatu ketika, muncul sebuah tulisan dari Che yang sangat menggetarkan hati.

"Ayah kalian adalah seorang lelaki yang bertindak seperti apa yang ia pikir dan, tentunya selalu setia pada keyakinannya. Tumbuhlah sebagai revolusioner yang baik. Belajarlah dengan keras agar kalian mengetahui bagaimana teknik menguasai alam. Ingatlah bahwa revolusi adalah hal penting dan tiap-tiap diri kita tak ada harganya. Di atas segalanya, berusahalah selalu bisa menyelami setiap ketidakadilan yang dilakukan terhadap siapa pun di seluruh dunia. Ini adalah pencapaian paling indah di setiap revolusi." (Carlos 'Calica' Ferrer, Becoming Che, 2007)

Ini adalah petikan surat Ernesto Che Guevara kepada anak-anaknya sebelum dia mangkat sebagai revolusioner di hutan Bolivia di usianya yang masih terbilang muda, 31 tahun. Itulah Che Guevara. Yang ia butuh adalah kebebasan martabat manusia seutuhnya; sebuah revolusi. 

Jabatan, uang dan popularitas ia tak butuh. Dan apa yang ia tinggalkan untuk generasi selanjutnya? Sebuah kebebasan. Dia tidak butuh waktu tujuh puluh atau delapan puluh tahun hidup di dunia untuk bisa meninggalkan jejak kebebasan dan inspirasi bagi generasi muda Kuba (pada saat itu, hampir seluruh negara Amerika Latin dikuasai junta militer dan rezim yang mendukung kapitalisme)

Ernesto Che Guevara sudah membuktikan bahwa memperjuangkan kebebasan sesama, sudah cukup dan layak untuk membuat kita menjadi seorang pria sejati lagi merdeka. Nah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun