Nah, pada bagian inilah, bisa kita simpulkan aksi gol tangan Tuhan milik Maradona tadi. Bila ia melakukannya sekarang di stadion sekelas Old Trafford, dan dengan wajah tak bersalah memprotes keputusan Howard Webb---yang pada saat ia mencetak gol sedang berdiri di tengah lapangan, segera memelototi layar VAR di tepi lapangan sambil berdiskusi dengan seorang asisten wasit yang ada di dekat gawang, maka Maradona tidak lain adalah seorang pengecut sepak bola.
Ia bakal diludahi pemain lawan karena tidak sportif dan dicemooh fans seisi stadion karena diganjar kartu merah akibat tindakan yang tidak terpuji; menggunakan tangan untuk mencetak gol. Lalu tak ada yang dikenang dari sosok seorang Maradona selain tindakan seorang pemain yang kehabisan akal untuk mencetak gol.
Inilah bagian yang hilang dari sebuah permainan. Kehadiran teknologi telah melenyapkan sisi manusiawi dari sepak bola. Tidak akan ada lagi drama, komedi, dan spontanitas. Teknologi telah mengubah human error; dari sekadar sebuah kontroversi menjadi hal tabu untuk dilakukan.
Di bawah kendali teknologi tak ada lagi semboyan nobody's perfect atau error is human. Padahal sepak bola merupakan olahraga manusia yang memang tak luput dari ketidaksempurnaan dan spontanitas. Akibatnya, tak ada yang bisa kita kenang selain rekor transfer saga Neymar, gol spektakuler Modric yang menghancurkan Barca, dan bagaimana kecerdikan Zidane meramu taktik. Tidak ada lagi kontroversi yang diceritakan dari generasi ke generasi seperti gol tangan Tuhan Maradona.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H