Mohon tunggu...
Ricko Blues
Ricko Blues Mohon Tunggu... Freelancer - above us only sky

Sebab mundur adalah pengkhianatan

Selanjutnya

Tutup

Bola

Bagian yang Hilang dari Sepak Bola yang Membuat Maradona Jadi Pengecut

15 November 2020   21:38 Diperbarui: 15 November 2020   21:52 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konon, buku autobiografi Maradona adalah kitab sucinya dan para pengikut gereja ini wajib memberi nama depan anak mereka yang lahir dengan nama, Diego. Menggelikan bukan? Tetapi saya yakin, bahkan untuk orang yang tak peduli dengan dunia sepak bola sekali pun pasti mengenal Maradona bukan pertama-tama soal kemahiran dia mendribel bola (bayangkan bagaimana Lionel Messi menggiring bola), tetapi soal gol tangan Tuhan itu.

Saya belum lahir ketika Piala Dunia 1986 dihelat di Meksiko. Walau begitu saya masih ingat betul, ketika masih kecil, seumuran Nobita dan Suneo, saya dan teman-teman lainnya sering bermain sepak bola di tanah lapang di samping rumah tetangga. Apabila ada teman yang dengan iseng menceploskan bola ke gawang dengan tangannya, teman-teman (termasuk saya) langsung menyebut tindakan itu sebagai gol tangan Tuhan, merujuk pada gol Maradona.

Saya tak tahu pasti sejak kapan kami menggunakan frasa itu. Namun saya yakin sekali cerita tentang gol tangan Tuhan itu kami dapat dari orang tua kami atau  dari orang-orang yang lebih dewasa. Gol tangan Tuhan melegenda dari generasi ke generasi.

Sejak era emas Maradona itu, sepak bola kini telah bertransformasi menjadi permainan yang sangat taktis dan teliti, secara individu, secara tim dan secara bisnis. Sepak bola era Johan Cruyff dengan spirit total football lahir kembali dalam wujud tiki-taka. Tetapi filosofi total football, 'ketidakteraturan dalam keteraturan', tidak bertahan lama di tubuh klub Catalan. Taktik Pep Guardiola telah usang dan semua pelatih rajin berinovasi.

Bermain pragmatis a la Mourinho salah satunya; menumpuk pemain di dekat garis gawang sambil menunggu waktu untuk menyerang balik kala lawan lengah. Ini juga butuh teknik tinggi. Jadi, tak ada lagi cerita tiki-taka sekarang. Yang ada justru sebaliknya, ball possesion doesn't win the game. Setiap tim berusaha menajamkan lini depan sembari memperkokoh lini belakang. Pemain dituntut untuk menyerang sama baik dengan bertahan.

Pemain sepak bola bukan gladiator yang mengandalkan kekuatan belaka, mereka adalah sejenis Floyd Mayweather jr yang tidak saja mengandalkan skill dan power tetapi juga otak yang cerdas untuk membuat perhitungan matematis; kapan bertahan, kapan menyerang. Mungkin inilah perpaduan ramuan-ramuan klasik kick and rush, Catenaccio dan total football. Terciptalah sepak bola modern.

Seiring dengan itu. Wasit kini tidak bekerja sendiri. Belajar dari puluhan bahkan ratusan kontroversi di sepanjang sejarah kompetisi si kulit bundar, teknologi kini diizinkan masuk membantu para pengadil(meski kalah cepat dari olahraga tenis dan badminton). Sekarang sudah ada goal line technology atau teknologi garis gawang, selain ditambah wasit di belakang gawang.

Dengan teknologi ini wasit utama bisa langsung tahu bola sudah melewati garis gawang atau belum. Seberapa jauh jaraknya dengan bola, sinyal di jam tangannya akan memberitahu bola tersebut gol atau tidak. Meski biaya untuk teknologi ini bernilai milyaran rupiah, beberapa liga domestik di Eropa sudah menggunakan teknologi ini. Tak ada lagi protes pemain dan pelatih atau sejenisnya karena mereka tahu teknologi tak pernah salah, tak pernah menipu, tak pernah bisa disogok. Tiga hal yang rentan terjadi pada seorang wasit.

Bukan hanya itu, sejak Piala Konfederasi 2017di Rusia teknologi Video Asistent Referee atau VAR, yang bisa membantu wasit menonton replay permainan juga sudah diterapkan. 

Bila ada pelanggaran atau insiden tanpa bola yang tidak bisa dijangkau secara kasat mata, sang pengadil yang bimbang mengambil keputusan bisa sejenak memberhentikan permainan, mengambil waktu beberapa menit untuk menonton tayangan ulang dari kejadian yang diperkarakan para pemain.

Sekarang penggunaan VAR sudah menjadi hal yang jamak ketika kita menyaksikan liga-liga Eropa dan kompetisi-kompetisi internasional lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun