Idzan. Pemuda itu hanya diam terpungkur memeluk kedua pahanya
Yang diam sunyi melintas diseberang jalan
Hanya suara got yang berbincang dengan nya
Pada malam yang melintang bintang bersandar dihadapannya
Idzan. Ia adalah gerombolan pemuda yang berbau angus
Tuhan pun enggan datang mengetuk pintu rumahnya
Tiada siapapun yang mengenalnya. Tuhan yang tak menafkahinya
Hanya desiran angin yang membunyikan klakson didepan rumahnya
Suatu malam ia hanya bisa mendengarkan dengkuran bisingan ayahnya
Idzan. Ia telah kalut oleh waktu
Pada detik jam dinding yang menendangnya sore itu
Ia terpental jauh keluar dari lingkaran waktu & arah yang tak menentu
Suatu saat ketika pemuda itu berpapasan dengan Tuhan di tepi trotoar
Ia mengadu atas celananya yang koyak. Dan Tuhan bertanya "bagaian mana yang koyak?"
Warnanya sudah luntur, dengkulnya koyak, pantannya sobek, tak enak dipakai
Idzan. Ia pergi menyaksikan kakinya berjalan jauh ke ufuk barat
Melukiskan matahari saat senja tiba
Idzan. Pemuda itu hanya diam terpungkur
Melukiskan tangannya, mematok kedua kakinya
Tidak sesekali menemani dengkuran ayah nya disetiap malam
Dwi.Fir
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H