Mohon tunggu...
Richard Wu
Richard Wu Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bunglon Dunia Mikroskopik

24 Agustus 2018   17:36 Diperbarui: 24 Agustus 2018   17:41 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Andaikan 2 orang memasuki gedung rumah sakit karena hendak mengobati suatu penyakit. Probabilitas pengobatan penyakit mereka sama sangatlah kecil. Pengobatan yang berguna bagi satu orang belum tentu terbukti efektif bagi orang lain. Karena itu, ilmuwan -- ilmuwan kesehatan sekarang mencoba untuk mencari cara pengobatan baru yang bisa disesuaikan dengan keperluan masing -- masing pasien. Dan salah satu teknologi yang sedang mereka telusuri adalah penggunaan Stem Cell / Sel Punca.

Tetapi untuk memanfaatkan teknologi sel punca dengan baik, kita perlu memahami dulu apa itu sel punca. Siapa yang pertama mengemukakan ide untuk menggunakan sel punca untuk pengobatan? Bagaimana cara kerja sel punca di dalam tubuh ? Penyakit apa saja yang dapat disembuhkan oleh teknologi sel punca ? Apakah ada efek samping dari penggunan teknologi sel punca ? Mengapa banyak pendapat pro -- kontra seputar penggunaan sel punca ?

Sel Punca adalah dapat diartikan sebagai sel -- sel yang belum berdiferensiasi. Sel otot bisa berkontraksi, sel kulit bisa melindungi tubuh, sementara sel punca belum memiliki fungsi dan struktur yang tetap dan memiliki potensi untuk menjadi semua jenis sel di tubuh / pluripotent. 

Manusia yang sudah berkembang secara sempurna memiliki kemampuan untuk menghasilkan sel punca. Namun, kemampuan ini berkurang seiring dengan waktu, semakin tua diri kita, maka semakin sedikit dan semakin rendah kualitas sel punca yang dihasilkan. Itulah salah satu alasan mengapa orang lanjut usia, yang mengalami trauma fisik, memerlukan waktu penyembuhan lebih lama disbanding mereka yang masih relatif muda.

Sel punca bekerja di seluruh tubuh kita. Ketika listrik di rumah bermasalah, kita tentu akan menelpon PLN untuk memberi keluhan. Dan, jika semua berjalan dengan baik, beberapa anggota dari tim PLN akan segera datang ke rumah untuk memperbaiki listrik rumah. 

Sel punca berfungsi sebagai anggota tim PLN tersebut. Ketika sebuah organ memerlukan sel -- sel baru, tubuh akan menyampaikan sinyal untuk dikirimi sel punca. Ketika mendekati organ yang memerlukan pembaharuan sel, sel punca akan mulai berdiferensiasi menjadi sel spesifik yang dibutuhkan organ tersebut.

Sel Punca pertama mulai diteliti oleh peneliti ilmuwan dari Kanada, Ernest A Culloch dan James E. pada tahun 1960. Namun, terapi yang menggunakan sel punca dimulai semenjak berhasil digunakan untuk melakukan transplantasi sumsum tulang belakang pada tahun 1968. Penelitian didasari pada tali pusat yang digunakan sebuah keluarga pada tahun 1960-an untuk mengobati berbagai macam penyakit. Ketika darah dari tali pusat tersebut diteliti, tali pusat tersebut memiliki sel induk dari embrio manusia yang dapat berdiferensiasi menjadi sel lain dalam tubuh manusia.

Sel punca yang sekarang digunakan untuk pengobatan dapat dibagi menjadi 3 : Tissue Specific Stem Cells / Adult Stem Cells, Embryonic Stem Cells dan Induced Pluripotent Stem Cells.

Tissue Specific Stem Cells adalah sel punca yang bisa ditemukan di organ -- organ balita, anak -- anak, maupun orang dewasa yang sudah berkembang secara sempurna. Mereka digunakan oleh tubuh untuk memperbaiki dan mengganti jaringan yang rusak di area dimana mereka dihasilkan. 

Contohnya : Sel punca hematopoietik adalah salah satu jenis sel punca yang bisa ditemukan di sumsum tulang. Sel -- sel ini berfungsi untuk menghasilkan sel darah merah, sel darah putih dan sel darah yang lain. Dokter --dokter sekarang menggunakan transplan sel punca / bone marrow transplant untuk mengobati kanker dan mengurangi efek negatif dari kemoterapi. Yang membedakan Adult Stem Cell / Sel Punca Dewasa dengan sel punca yang lain adalah sifatnya yang tidak pluripotent, yang berarti sel punca ini hanya bisa berdiferensiasi menjadi seperti sel -- sel tertentu

Embryonic Stem Cells/ Sel Punca Embrionik berasal dari embrio manusia yang berumur 3 -  5 hari.  Embrio yang digunakan diambil ketika embrio yang sudah dibuahi berada di tahap implantasi atau "penempelan" pada uterus. Penelitian terhadap sel punca kian hari makin diintensifkan pada sel punca jenis ini karena memiliki sifat pluripotent. Namun, Sel punca embrionik juga memiliki kemungkinan terbesar untuk ditolak oleh tubuh karena tidak berasal dari tubuh sendiri dan penggunaan sel punca jenis ini masih diwarnai oleh pendapat pro-kontra.

Induced Pluripotent Stem Cells adalah sel punca dewasa yang sudah dimodifikasi secara genetis untuk bersifat pluripotent, seperti sel punca embrionik. Penemuan ini dapat memutar balik proses diferensiasi dan memberikan ilmuwan -- ilmuwan gambaran yang lebih jelas tentang proses terbentuknya penyakit. 

Mereka berharap bisa membentuk sel punca baru dari sel punca seseorang yang lebih mudah diakses untuk mengobati penyakitnya sendiri. Teknologi baru ini tentu saja dapat mengurangi kemungkinan penolakan sel punca yang tidak cocok dengan tubuh, sesuatu yang masih terkadang terjadi dengan transplan sel punca lainnya. Riset -- riset masih terus dikembangkan untuk mencari cara menggunakan teknologi baru ini dengan cara yang lebih aman.

Untuk sumber dari sel punca yang digunakan untuk pengobatan, kebijakan dari setiap negara berbeda. Di Indonesia, sumber dari sel punca hanya diperbolehkan dari tubuh sendiri. Di Australia dan Jerman, materi sel punca dapat diambil dari binatang, seperti kelinci, rusa, domba, dan kangguru. Dan di Cina, mengambil materi sel punca dari embrio manusia sudah umum untuk dilihat.

Untuk penggunaan sel punca di Indonesia, terapi sel punca masih diawasi dengan ketat dan saat ini, hanya 11 rumah sakit di Indonesia yang menjadi pusat pengembangan pelayanan medis penelitian dan pendidikan bank-jaringan dan sel punca atau stem cell. Terapi sel punca di Indonesia juga hanya diperbolehkan secara resmi untuk mengobati rawan sendi dan serangan jantung. Beberapa orang juga percaya bahwa tranplantasi sel punca juga dapat memberi kesan awet muda, sehingga muncul banyak klinik -- klinik kecantikan yang menawarkan terapi sel punca, baik dalam negeri maupun luar.

Menurut organisasi stem sel resmi Cleveland, masyarakat sebaiknya mulai mendidik diri sendiri dan waspada dengan khasiat yang diiklankan oleh klinik -- klinik tersebut. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun di negeri lain pula, yang sering disebut "Stem Cell Tourism". Mereka mengiklankan hal -- hal bisa dilihat sebagai mukjizat dan melakukan pengobatan dengan harga yang relatif mahal dan belum terjamin kualitas dan keamanannya. Sejauh ini, sel punca hanya terbukti efektif dalam penangobatan efek dari serangan jantung, pengobatan radang sendi, dan transplantasi sumsum tulang belakang.

Banyak yang mengatakan sel punca sebagai obat masa depan, dan antuasiasme mereka dapat dimengerti. Potensi yang dimiliki sel punca sangat luas dan dalam. Sebagai contoh, salah satu teknik pengobatan menggunakan sel punca yang sudah dikonfirmasi efeknya adalah tranplantasi sumsum tulang belakang. Mereka yang memerlukan transplantasi sumsum tulang belakang biasanya disebabkan karena kemampuan tulang belakang untuk menghasilkan sel punca berkurang / memiliki jumlah sel punca di tubuh yang sedikit.

Ketika seseorang terkena kanker stadium akhir, pengobatan yang paling mungkin untuk dianjurkan adalah kemoterapi. Kemoterapi bekerja dengan cara menyuntikkan obat yang berfungsi mematikan sel. Namun, kekurangan dari pengobatan ini adalah sel yang dibunuh tidak bisa ditargetkan sehingga akan membunuh sel kanker dan sel baik, seperti sel punca. Oleh karena itu, biasanya dilakukan ekstraksi sel punca sebelum kemoterapi, yang kemudian dapat diinjeksikan kembali setelah proses kemoterapi di tulang belakang yang dapat mempercepat proses penyembuhan. Sel punca dapat memainkan peran yang sangat penting untuk mempercepat proses kemoterapi.

Dalam penggunaannya, sel punca dapat memberikan efek samping jangka pendek. Salah satunya adalah ketika sel punca yang diinjeksikan kedalam tubuh tidak berasal dari tubuh sendiri. Tubuh kita memiliki sistem imunitas yang luar biasa yang memiliki kecenderungan menyerang apa pun yang tidak "berbau" diri kita. Tubuh tidak memandang fungsi. Jika sel asing ini bersifat berbahaya, akan diserang oleh sistem imunitas, jika sel asing ini tidak bersifat berbahaya, juga tetap akan diserang sistem imunitas tubuh. Jangka panjang untuk penggunaan sel punca masih belum banyak diketahui dan memerlukan riset lebih lanjut.

Namun, penggunaan sel punca masih diselimuti dengan kontroversi. Penggunaan sel punca dewasa tidak dipermasalahkan di kalangan ilmuwan. Tetapi, penggunaan sel punca embrionik dan cara mendapatkannya masih saja menimbulkan pendapat pro dan kontra. Selama proses untuk mendapatkan materi sel punca embrionik, embrio dihancurkan. Proses ini menjadi permasalahan moral bagi mereka yang tidak setuju dengan penghancuran embrio yang menurut mereka memiliki hak.

Sisi kontra dari argumen ini melihat embrio manusia sebagai individu yang hidup. Mereka menganggap bahwa percobaan pada manusia tidak etis. Dan sebagai manusia yang hidup, embrio memiliki hak yang sama dan setara dengan semua manusia lain yang wajib dilindungi.

Sisi pro tidak menganggap embrio sebagai manusia yang hidup. Mereka juga menekankan bahwa embrio yang digunakan untuk riset digunakan dengan izin dan persetujuan dari kedua orang tua yang melakukan pembuahan. Untuk kasus pembuahan in -- vitro, embrio yang tidak berpotensi menjadi anak juga akan dibuang, maka menurut mereka lebih baik digunakan untuk riset ilmiah.

Menurut pendapat penulis, penggunaan teknologi sel punca yang berasal dari embrio manusia yang sudah diberi izin untuk digunakan oleh kedua orang tua sangat dianjurkan. Untuk menggunakan embrio dan menggunakan janin adalah cerita yang berbeda. Kebanyakan embrio yang digunakan masih berada dalam tahap -- tahap awal perkembangan. Sementara janin dapat dikatakan sebagai kandungan yang hampir jadi. Penulis secara pribadi tidak menganggap embrio memiliki hak yang setara dengan manusia.

Pengobatan menggunakan sel punca yang masih diriset oleh ilmuwan -- ilmuwan memiliki potensi yang besar apabila benar -- benar diimplementasikan secara meluas. Namun, untuk melakukan hal tersebut, perlu dilakukan riset yang membuktikan bahwa penggunaan sel punca bisa digunakan secara efektif untuk mengobati.

Untuk menyimpulkan kembali, sel punca merupakan sel yang belum berdeferinsiasi. Sel punca dapat dibedakan menjadi 3 jenis ; Adult Stem Cells, Embryonic Stem Cells dan Induced Pluripotent Stem Cells. Sel Punca dapat digunakan untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit, mulai dari radang sendi hingga serangan jantung. 

Namun, dengan maraknya publikasi mengenai sel punca, banyak yang berdatangan untuk "panen" di bidang baru tersebut, sehingga diperlukan kebijaksanaan dalam pemilihan dan penggunaan sel punca. Sel punca yang berasal dari donor berkemungkinan ditolak oleh tubuh, oleh karena itu, penulis melihat masa depan yang cerah di sel punca jenis Induced Pluripotent Stem Cells. Namun, jenis apa pun yang akan dikembangkan dan digunakan, penulis berharap sel punca dapat memberikan sebuah jalan alternatif bagi mereka yang mengalami penyakit yang bisa dikatakan kompleks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun