Induced Pluripotent Stem Cells adalah sel punca dewasa yang sudah dimodifikasi secara genetis untuk bersifat pluripotent, seperti sel punca embrionik. Penemuan ini dapat memutar balik proses diferensiasi dan memberikan ilmuwan -- ilmuwan gambaran yang lebih jelas tentang proses terbentuknya penyakit.Â
Mereka berharap bisa membentuk sel punca baru dari sel punca seseorang yang lebih mudah diakses untuk mengobati penyakitnya sendiri. Teknologi baru ini tentu saja dapat mengurangi kemungkinan penolakan sel punca yang tidak cocok dengan tubuh, sesuatu yang masih terkadang terjadi dengan transplan sel punca lainnya. Riset -- riset masih terus dikembangkan untuk mencari cara menggunakan teknologi baru ini dengan cara yang lebih aman.
Untuk sumber dari sel punca yang digunakan untuk pengobatan, kebijakan dari setiap negara berbeda. Di Indonesia, sumber dari sel punca hanya diperbolehkan dari tubuh sendiri. Di Australia dan Jerman, materi sel punca dapat diambil dari binatang, seperti kelinci, rusa, domba, dan kangguru. Dan di Cina, mengambil materi sel punca dari embrio manusia sudah umum untuk dilihat.
Untuk penggunaan sel punca di Indonesia, terapi sel punca masih diawasi dengan ketat dan saat ini, hanya 11 rumah sakit di Indonesia yang menjadi pusat pengembangan pelayanan medis penelitian dan pendidikan bank-jaringan dan sel punca atau stem cell. Terapi sel punca di Indonesia juga hanya diperbolehkan secara resmi untuk mengobati rawan sendi dan serangan jantung. Beberapa orang juga percaya bahwa tranplantasi sel punca juga dapat memberi kesan awet muda, sehingga muncul banyak klinik -- klinik kecantikan yang menawarkan terapi sel punca, baik dalam negeri maupun luar.
Menurut organisasi stem sel resmi Cleveland, masyarakat sebaiknya mulai mendidik diri sendiri dan waspada dengan khasiat yang diiklankan oleh klinik -- klinik tersebut. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun di negeri lain pula, yang sering disebut "Stem Cell Tourism". Mereka mengiklankan hal -- hal bisa dilihat sebagai mukjizat dan melakukan pengobatan dengan harga yang relatif mahal dan belum terjamin kualitas dan keamanannya. Sejauh ini, sel punca hanya terbukti efektif dalam penangobatan efek dari serangan jantung, pengobatan radang sendi, dan transplantasi sumsum tulang belakang.
Banyak yang mengatakan sel punca sebagai obat masa depan, dan antuasiasme mereka dapat dimengerti. Potensi yang dimiliki sel punca sangat luas dan dalam. Sebagai contoh, salah satu teknik pengobatan menggunakan sel punca yang sudah dikonfirmasi efeknya adalah tranplantasi sumsum tulang belakang. Mereka yang memerlukan transplantasi sumsum tulang belakang biasanya disebabkan karena kemampuan tulang belakang untuk menghasilkan sel punca berkurang / memiliki jumlah sel punca di tubuh yang sedikit.
Ketika seseorang terkena kanker stadium akhir, pengobatan yang paling mungkin untuk dianjurkan adalah kemoterapi. Kemoterapi bekerja dengan cara menyuntikkan obat yang berfungsi mematikan sel. Namun, kekurangan dari pengobatan ini adalah sel yang dibunuh tidak bisa ditargetkan sehingga akan membunuh sel kanker dan sel baik, seperti sel punca. Oleh karena itu, biasanya dilakukan ekstraksi sel punca sebelum kemoterapi, yang kemudian dapat diinjeksikan kembali setelah proses kemoterapi di tulang belakang yang dapat mempercepat proses penyembuhan. Sel punca dapat memainkan peran yang sangat penting untuk mempercepat proses kemoterapi.
Dalam penggunaannya, sel punca dapat memberikan efek samping jangka pendek. Salah satunya adalah ketika sel punca yang diinjeksikan kedalam tubuh tidak berasal dari tubuh sendiri. Tubuh kita memiliki sistem imunitas yang luar biasa yang memiliki kecenderungan menyerang apa pun yang tidak "berbau" diri kita. Tubuh tidak memandang fungsi. Jika sel asing ini bersifat berbahaya, akan diserang oleh sistem imunitas, jika sel asing ini tidak bersifat berbahaya, juga tetap akan diserang sistem imunitas tubuh. Jangka panjang untuk penggunaan sel punca masih belum banyak diketahui dan memerlukan riset lebih lanjut.
Namun, penggunaan sel punca masih diselimuti dengan kontroversi. Penggunaan sel punca dewasa tidak dipermasalahkan di kalangan ilmuwan. Tetapi, penggunaan sel punca embrionik dan cara mendapatkannya masih saja menimbulkan pendapat pro dan kontra. Selama proses untuk mendapatkan materi sel punca embrionik, embrio dihancurkan. Proses ini menjadi permasalahan moral bagi mereka yang tidak setuju dengan penghancuran embrio yang menurut mereka memiliki hak.
Sisi kontra dari argumen ini melihat embrio manusia sebagai individu yang hidup. Mereka menganggap bahwa percobaan pada manusia tidak etis. Dan sebagai manusia yang hidup, embrio memiliki hak yang sama dan setara dengan semua manusia lain yang wajib dilindungi.
Sisi pro tidak menganggap embrio sebagai manusia yang hidup. Mereka juga menekankan bahwa embrio yang digunakan untuk riset digunakan dengan izin dan persetujuan dari kedua orang tua yang melakukan pembuahan. Untuk kasus pembuahan in -- vitro, embrio yang tidak berpotensi menjadi anak juga akan dibuang, maka menurut mereka lebih baik digunakan untuk riset ilmiah.