Mohon tunggu...
Richard Atmoharjono
Richard Atmoharjono Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa Universitas Siber Asia

Mahasiswa Universitas Siber Asia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manajemen Konflik dalam Bisnis Keluarga

28 Juli 2021   18:02 Diperbarui: 28 Juli 2021   18:06 2108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi: Shutterstock

Saat ini terkait daya tarik terhadap bisnis keluarga telah mengalami perkembangan yang tergolong sangat pesat dalam beberapa waktu terkahir ini, meskipun demikian  tetapi  perjalanan bisnis keluarga tidak semulus dengan yang diharapkan oleh setiap orang. 

Bisnis ataupun perusahaan keluarga merupakan suatu organisasi yang mana terdapat dua ataupun lebih anggota keluarga yang mengawasi serta mengelola perusahaan baik dari hal jalannya perusahaan maupun keuangan dari perusahaan (Aronoff, C.E., McClure, S.L., & Ward, 2011). '

Selain itu, perusahaan keluarga pun dapat didefinisikan sebagai sebuah organisasi yang mana paling sedikit terdapat keterlibatan dari dua generasi dari keluarga yang menjadi pemangku jabatan dalam perusahaan serta setiap pemangku jabatan tersebut akan memberikan pengaruh terhadap kebijakan perusahaan.

Dalam bisnis keluarga sering kali ditemukan terjadinya konfllik. Hal tersebut disebabkan oleh pengelolaan dari perusahaan yang mana sebagian besarnya merupakan bagian dari anggota keluarga serta sering kali kepentingan pribadi ataupun keluarga serta bisnis selalu saling bertumpukkan atau bertumpang tindih. Umunya dalam bisnis keluarga konflik peran dapat disebabkan oleh kenyataan bahwa anggota keluarga dihadapkan dengan kehadiran dari keluarga dalam pekerjaan serta kehidupan pribadi mereka, hal tersebt pun sering kali menyebabkan adanya ambigu antara pekerjaan serta peran dari keluarga.

Dengan demikian, jenis konflik tersebut pun secara bertahap dapat menimbulkan tekanan pada kesehatan fisik serta psikologis dari pendiri bisnis seperti menyebabkan terjadinya ketegangan dalam lingkungan pekerjaan serta dapat memengaruhi ketegangan dalam hal kemampuan mereka dalam berpartisipasi pada kehidupan bisnis serta keluarga. Konflik yang terjadi pun tentunya dapat menghambat proses dari manajemen sebuah perusahaan.

Dampak negative terjadinya konflik dalam bisnis keluarga dipandang mampu merusak siklus hidup perusahaan. 

Dalam hal ini perusahaan keluarga cenderung menderita masalah yang berhubungan dengan nepotisme ataupun tim manajemen yang kurang dalam memiliki keterampilan serta pengalaman. Konflik tersebut juga termasuk konflik hubungan pribadi di dalam keluarga yakni seperti diakibatkan oleh ambisi agar dapat tetap memegang kendali dari perusahaan, dan konflik yang dapat timbul antara keluarga serta manajer ataupun karyawan yang bukan merupakan keluarga. 

Konflik yang terjadi dalam perusahaan keluarga terdiri atas tiga jenis, yakni pertama ialah konflik antara kepentingan bisnis serta kepentingan keluarga. Hal tersebut dapat terjadi dengan didasari oleh adanya perbedaan antara nilai keluarga serta nilai bisnis. 

Nilai dalam keluarga memiliki karakter melihat kedalam, keputusan pun dilakukan dengan berdasarkan emosi serta penerimaan tanpa syarat dari pihak anggota keluarganya. Namun, nilai bisnis bersifat melihat keluar. Ikatan kerja pun bersifat komitmen serta kinerja. 

Sistem serta model bisnis pun harus mengikuti perkembangan zaman serta perusahaan keinginan pasar.

Kedua ialah konflik antar anggota keluarga. konflik falam keluarga dapat dirangkum dalam 4 hal yakni konflik tujuan, gaya hidup serta kerja, konflik yang berhubungan atas kendali perusahaan, serta meninggalkan rumah. 

Dalam hal ini gaya hidup serta kerja yang mengalami perubahan sepanjang waktu serta berbeda antara satu pihak dengan pihak lainnya memiliki potensi dalam menimbulkan konflik pada keluarga. keenganan dalam mengalihkan kendali perusahaan pada generasi penerus dari pihak pendiri ataupun pemilik yang menyebabkan konflik dalam keluarga serta perusahaan. Ketiga ialah konflik antar keluarga serta karyawan. 

Konflik tersebut yang umumnya terletak pada kepercayaan serta profesionalitas kepercayaan. Konflik tersebut tejadi diakibatkan karena adanya gaya kepemimpinan, miskomunikasi, struktur organisasi serta sistem bisnis. Oleh karena itu maka para karyawan pun dituntut agar bekerja dengan komitmen yang tinggi serta profesionalitas sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan kepada pihak pemiliki ataupun pendiri dari perusahaan (Susanto, 2007).

Terkait mengetahui penyebab dari konflik dengan secara detail. Sehubungan dengan hal tersebut konflik merupakan bidang inti yang menjadi perhatian, para pelaku bisnis hanya mengetahui sedikit mengenai manajemen konflik dalam lingkup bisnis keluarga. Dengan demikian maka dibutuhkan manajemen konflik agar dapat mengidentifikasi konflik, memperoleh solusi atas konflik tersebut.

adapun mengenai manjamen konflik diperlukan agar konflik yang terjadi dalam perusahaan tidak semakin merambat serta menggangu keberlangsungan dari manajemen perusahaan dan bahkan dapat menjadi sulit untuk terkontrol. 

Manajemen konflik pun perlu dilakukan sejak konflik pertama kali tombil dalam perusahaan. Manajemen konflik adalah tindakan konstruktif yang telah direncanakan, doorganisasikan, digerakkan, serta dievaluasi dengan secara teratur atas seluruh usaha agar dapat mengakhiri konflik yang terjadi (Laurence, L. & Mustamu, 2015).

Kemudian, mengenai manajemen konflik perlu pula diketahui strategi dalam mengelola konflik tersebut terdapat lima startegi utama, yakni persaingan, kolaborasi, penghindaran, kompromi serta akomodasi. 

Adapun strategi yang paling ideal ialah strategi kompromi yang mana merupakan stratego dalam penanganan konflik yang tergolong efektif apabila dilihat dari sisi penyelesaian tugas ataupun dalam menjaga serta meningkatkan hubungan interpersonal ataupun sosial. Strategi kolaborasi serta kompromi ialah strategi yang terbaik sebab merupakan bentuk win-win solution untuk kedua belah pihak yang sedang konflik.

Sehubungan dengan konflik yang terjadi terdapat dampak yang ditimbulkan baik dari sisi positif ataupun negative. 

Dalam hal ini dampak positifnya ialah mampu meningkatkan pencapaian sebab adanya gairah ataupun semnagay, pemecahan masalah serta kepekaan dalam mengindentifikasi masalah yang meningkat, ikatan kelompok yang dapat menjadi lebih erat, kreatifitas mengalami peningkatan, agar dapat memodifikasi sistem, mampu membantu mencapai tujuan organisasi, serta penyesuaian diri pada kenyataan. 

Adapun dampak negatifnya ialah produktivitasnya mengalami penurunan, kepercayaan pun semakin berkurang atau bahkan menghilang, timbulmya kelompok kubu, menimbulkan biaya dalam organisasi, timbul masalah moral, kelelahan mental serta fisik, terbaginya perhatian, serta hilangnya sinergi yang ada dalam perusahaan.

Dalam hal ini terkait penyelesaian konflik dapat dilakukan dengan secara sukarela ataupun dengan melalui arbitration atau menyampaikan perselisihan yang terjadi kepada pihak konsultan ataupun settlemeny agrrement atau pernyataan formal secara tertulis, menyelesaikan konflik dengan cara membagi bisnis hingga menjadi ebebrapa bagian, serta menjual saham kepada pihal lain atau pihak ketiga. Adapun dapat dilakukan penyelesaian konflik dengan secara tidak sukarela dapat dilakukan dengan melalui pengadilan.

Berdasarkan fakta yang terjadi hal yang menjadi penyebab konflik ialah dikarenakan adanya perbedaan pemahaman dalam menerima informasi, selain itu disejumlah perusahaan keluarga pun sering menghadapi konflik dengan menggunakan strategi penghindaran. Hal tersebut menyebabkan konflik yang terjadi ialah semakin berlarut-larut.

 Kemudian, terkait konflik yang terjadi dalam perusahaan keluarga ialah mengenai hubungan dengan struktur organisasi serta anggota organisasi. Dimana tidak ada penegasan mengenai hak serta tanggung jawab dalam struktur organisasi tersebut, dengan demikian sering terjadi tumpang tindih atau bahkan dapat berakibat pada double power antara pihak direktur dan finance manager.

Adapun solusi terkait konflik tersebut ialah dengan mengupayakan terjalinnya kerja sama antara direktur dan konsultan bisnis. Selain itu, terkait penyelesaian konflik internal dikembalikan kepada pihak direktur sebagai pemegang peranan serta kedudukan tertinggi atas perusahaan tersebut.

Sumber:

Aronoff, C.E., McClure, S.L., & Ward, J. . (2011). Business Succession: The Final Test of Greatness. Family Enterprise Publisher.

Laurence, L. & Mustamu, R. H. (2015). Manajemen Konflik dalam Perencanaan Suksesi Perusahaan Keluarga di Bidang Ekspedisi di Surabaya. Universitas Kristen Petra.

Susanto, A. . (2007). Family Business. The Jakarta Consulting Group.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun