Mohon tunggu...
Richardus Beda Toulwala
Richardus Beda Toulwala Mohon Tunggu... Penulis - Dosen STPM St. Ursula, Pengamat Politik dan Pembangunan Sosial

Menulis dari Kegelisahan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Jalan Terjal Kurikulum Merdeka Menuju Kurikulum Nasional

10 Maret 2024   09:52 Diperbarui: 11 Maret 2024   09:13 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepala BSKAP Kemendikbud Ristek Anindito Aditomo saat berkunjung ke Bulungan Kaltara melihat langsung implementasi kurikulum merdeka belajar. (Sumber: Kompas.com/Ahmad Dzulviqor) 

Kemajuan teknologi akan membantu proses keberhasilan implementasi kurikulum merdeka karena kurikulum tersebut dapat disosialisasikan dan diimplementasikan dengan bantuan teknologi moderen.

Ada beberapa sekolah dan perguruan tinggi yang berada di lokasi tersebut baru saja mengimplementasikan kurikulum merdeka. 

Penerapannya terkesan paksa oleh karena tuntutan akreditasi yang memasukan kurikulum merdeka sebagai salah satu unsur penilaian. Demi memenuhi kriteria akreditasi maka siap atau tidak siap harus diterapkan.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim saat pelantikan menteri-menteri Kabinet Indonesia Maju di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/10/2019). (Foto: KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO) 
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim saat pelantikan menteri-menteri Kabinet Indonesia Maju di Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/10/2019). (Foto: KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO) 

Nasib kurikulum ini semakin suram ketika ketidaksiapan tersebut didukung oleh tingkat sumber daya baik sumber daya manusia maupun sumber daya non-manusia. 

Perlu diakui bahwa banyak guru dan dosen di daerah terpencil yang belum memahami secara komprehensif kebijakan kurikulum merdeka. 

Pemerintah nyaris tak pernah hadir secara langsung menemui kampus dan sekolah-sekolah di wilayah tertinggal. 

Pemerintah seakan yakin bahwa 'zoom' bisa mengatasi sekat topografi wilayah yang penuh dengan persoalan budaya, ekonomi, sosial, dan politik. Sementara banyak wilayah yang sama sekali belum tersentuh jaringan teknologi komunikasi.

Kita lupa menyiapkan sumber daya organisasi di daerah semacam ini sebelum menerapkan kurikulum merdeka. 

Alhasil kurikulum merdeka hanya dilihat sebagai persyaratan formil akreditasi dan serentak gagal menimba substansi kurikulum yang katanya membawa banyak berkah.

Dengan kondisi demikian ini maka dapat dipastikan kurikulum merdeka akan menemukan jalan terjal dan cadas-cadas tajam menuju kurikulum nasional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun