Mohon tunggu...
Richardus Beda Toulwala
Richardus Beda Toulwala Mohon Tunggu... Penulis - Dosen STPM St. Ursula, Pengamat Politik dan Pembangunan Sosial

Menulis dari Kegelisahan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menyoal Kebablasan Agama di Ruang Publik

18 April 2023   09:47 Diperbarui: 18 April 2023   09:49 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sadar atau tidak, Indonesia saat ini berada dalam situasi yang disebutkan Seyla Benhabib sebagai efek dari post sekularisasi. Penggunaan agama yang melampaui batas-batas kesuciannya justru menjadi bumerang bagi agama. Tantangan kita pada saat ini adalah mampukah kita menjadikan agama sebagai mesin moral dan sedapat mungkin mematikan daya agama sebagai mesin politik?

Secara historis, bangsa ini pernah melalui masa kelam pertarungan politik berbasis agama. Pilkada Jakarta bagi sebagaian orang adalah contoh yang paling nyata pemanfaatan kebablasan agama di ruang publik untuk kepentingan politik. Fakta tersebut seolah-olah menjadi pengalaman traumatis yang mencekam sampai saat ini.

Hidup dalam pengalaman traumatis kebablasan agama menguras energi bangsa ini. Kita kehabisan waktu dan energi hanya untuk memperdebatkan  ketidakmampuan kita dalam menempatkan agama pada peran yang sesungguhnya. Oleh sebab itu normalisasi peran agama menjadi kata kunci yang solutif.

Dalam menormalisasi peran agama, hendaknya pemikiran dua sosok filsuf di atas menjadi rujukan. Seperti yang diutarakan Habermas, agama boleh ditampilkan ke ruang publik selama agama menjadi mesin moral yang mengontrol perilaku. Sebaliknya seperti Seyla Binhabib, agama tidak perlu dipaksakan menjadi preferensi politik untuk melicinkan kepentingan politik dan pada akhirnya digunakan sebagai simbol perebutan kekuasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun