Mohon tunggu...
Richardus Beda Toulwala
Richardus Beda Toulwala Mohon Tunggu... Penulis - Dosen STPM St. Ursula, Pengamat Politik dan Pembangunan Sosial

Menulis dari Kegelisahan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Terkubur 69 Hari; Contoh Solidaritas Masa Pandemi

9 Mei 2020   17:20 Diperbarui: 9 Mei 2020   17:24 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tangkapan layar dari akun youtube Bioskop Tube

(Samber 2020 Hari 13 & Samber THR)

Selama 69 hari terkubur hidup-hidup dalam tanah, bukanlah perkara yang gampang. Sebanyak 33 orang karyawan pada sebuah tambang di Chili terperangkap di bawah tanah dengan kedalaman 2.300 meter yang disebabkan runtuhnya tempat pertambangan.

Terjebak dalam runtuhnya pertambangan emas San Jose Kolaps, membuat mereka kesulitan makan dan minum selama 69 hari. Sementara makanan yang tersedia hanya cukup untuk 3 hari. Jadi bisa dibayangkan bagaimana mereka bertahan dengan makanan yang hanya cukup untuk 3 hari.

Namun dengan segala keterbatasan itu tidak serta merta membuat mereka saling membunuh dan memakan sesamanya. Justru dalam keterbatasan itu, solidaritas tumbuh dan berkembang dengan baik di dalam komunitas bawah tanah itu.

Mario Sepulda, seorang yang dipercayai oleh 32 orang lainnya sebagai pemimpin mereka, mengunci makanan dalam peti kemudian membagi dalam takaran yang sangat sedikit sehingga mereka bisa bertahan hidup sampai datangnya pertolongan.

Memang sempat muncul ide-ide untuk membunuh salah seorang penambang muda dan pemula karena berasal dari ras yang berbeda untuk dijadikan sebagai makanan. Namun ide gila tersebut diredam oleh Mario Sepulda.

Menghadapi karakter yang berbeda dari semua teman-temannya, Mario selalu memberikan arahan tentang pentingnya solidaritas di antara mereka, sebab baginya, hanya dengan solidaritas mereka mampu bertahan hidup.

Injeksi moral yang dilakukan Mario Sepuda ternyata berbuah manis. Mereka tak lagi mengancam dan mencela satu sama lain, melainkan mereka menanam perasaan setia kawan, saling menguatkan ketika ada yang putus asa karena merasa senasib. Solidaritas terus tumbuh dan berkembang di antara mereka.

Solidaritas juga tak hanya muncul di antara 33 orang itu, melainkan solidaritas juga muncul di pemerintah negara Chili, para insinyur dan keluarga para korban dari atas permukaan tanah. Upaya penyelamatan oleh pemerintah sudah dilakukan berkali-kali namun sia-sia.

Untuk memastikan bahwa para korban tersebut masih hidup maka dibuatlah jalur arteri. Jalur itu sungguh sangat membantu para korban mendapatkan makanan dan pakaian sebelum bantuan masif tiba.

Singkat cerita, akhirnya ke-33 pria tersebut dapat diselamatkan berkat bantuan alat canggih yang dirakit oleh para ilmuwan Chili.

Film yang berjudul 'The 33' bukan sebuah rekaan sutradara atau pengarang novel semata melainkan sebuah kisah nyata pada Agustus 2010 di Chili. Kisah tersebut dilukiskan kembali dalam bentuk film yang sangat kental akan nilai solidaritas. Para korban tersebut tidak lagi bekerja di penambangan dan masih hidup dengan masing-masing pekerjaan hingga kini.

Wabah virus corona terus menghantam seluruh belahan bumi  dan sudah merenggut ratusan ribu nyawa manusia. Data per Jumat 8 Mei 2020 terkonfirmasi, 270. 312 kematian akibat virus corona (sumber: worldometers).

Di Indonesia, selain mengikuti protokol yang dianjurkan pemerintah tetapi kita juga mesti membekali diri dengan kekuatan nilai solidaritas. Sesungguhnya sebagai makhluk sosial kita tetap saling membutuhkan satu sama lain meskipun sekat social distance membatasi kita.

Akan tetapi social distance tidak berarti mematikan nurani kita sebagai makhluk berbudi. Rasa senasib dan kesetiakawananan tetap harus tumbuh di antara kita. 'No man is an island'.

Justru dalam semangat solidaritas kita dapat membantu sesama yang lain tanpa membedakan suku, agama, ras dan budaya. Terpaparnya seorang oleh virus corona bukan merupakan alasan bagi kita untuk menjauhinya.

Stigmatisasi terhadap tim medis dan para korban virus corona seefektif mungkin dihindari. Hal ini dapat ditempuh dengan menumbuhkan semangat solidaritas di antara kita.

Solidaritas adalah harga mati dan tak bisa ditawar-tawar lagi. Situasi masa pandemi covid-19 menuntut sikap solidaritas yang kental di antara kita. Keutamaan nilai solidaritas sebenarnya mampu menguatkan kita di tengah keputusasaan ini. Saling menguatkan, saling membantu, saling menerima adalah hal yang perlu kita lakukan saat ini.

Pada akhir tulisan ini, penulis memunculkan sebuah pertanyaan reflektif untuk kita renungkan bersama.

Bayangkan, 33 orang penambang di Chili yang terkubur hidup-hidup dalam tanah saja mampu menumbuhkan solidaritas di antara mereka. Mengapa solidaritas tidak kita tumbuhkan di atas tanah dengan ratusan jutaan orang di dunia yang hanya disekati dengan social distance?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun