Singkat cerita, akhirnya ke-33 pria tersebut dapat diselamatkan berkat bantuan alat canggih yang dirakit oleh para ilmuwan Chili.
Film yang berjudul 'The 33' bukan sebuah rekaan sutradara atau pengarang novel semata melainkan sebuah kisah nyata pada Agustus 2010 di Chili. Kisah tersebut dilukiskan kembali dalam bentuk film yang sangat kental akan nilai solidaritas. Para korban tersebut tidak lagi bekerja di penambangan dan masih hidup dengan masing-masing pekerjaan hingga kini.
Wabah virus corona terus menghantam seluruh belahan bumi  dan sudah merenggut ratusan ribu nyawa manusia. Data per Jumat 8 Mei 2020 terkonfirmasi, 270. 312 kematian akibat virus corona (sumber: worldometers).
Di Indonesia, selain mengikuti protokol yang dianjurkan pemerintah tetapi kita juga mesti membekali diri dengan kekuatan nilai solidaritas. Sesungguhnya sebagai makhluk sosial kita tetap saling membutuhkan satu sama lain meskipun sekat social distance membatasi kita.
Akan tetapi social distance tidak berarti mematikan nurani kita sebagai makhluk berbudi. Rasa senasib dan kesetiakawananan tetap harus tumbuh di antara kita. 'No man is an island'.
Justru dalam semangat solidaritas kita dapat membantu sesama yang lain tanpa membedakan suku, agama, ras dan budaya. Terpaparnya seorang oleh virus corona bukan merupakan alasan bagi kita untuk menjauhinya.
Stigmatisasi terhadap tim medis dan para korban virus corona seefektif mungkin dihindari. Hal ini dapat ditempuh dengan menumbuhkan semangat solidaritas di antara kita.
Solidaritas adalah harga mati dan tak bisa ditawar-tawar lagi. Situasi masa pandemi covid-19 menuntut sikap solidaritas yang kental di antara kita. Keutamaan nilai solidaritas sebenarnya mampu menguatkan kita di tengah keputusasaan ini. Saling menguatkan, saling membantu, saling menerima adalah hal yang perlu kita lakukan saat ini.
Pada akhir tulisan ini, penulis memunculkan sebuah pertanyaan reflektif untuk kita renungkan bersama.
Bayangkan, 33 orang penambang di Chili yang terkubur hidup-hidup dalam tanah saja mampu menumbuhkan solidaritas di antara mereka. Mengapa solidaritas tidak kita tumbuhkan di atas tanah dengan ratusan jutaan orang di dunia yang hanya disekati dengan social distance?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H