Lebih lanjut tokoh kritisisme paling terkenal ini menjelaskan bahwa kedua kemampuan tersebut bersinergi untuk menciptakan pengetahuan. Kemampuan sensibility merupakan pengetahuan apriori intuisi ruang dan waktu.Â
Sementara kemampuan pemahaman (understanding) mensintesiskan pengalaman-pengalaman yang telah terbaca melalui intuisi menjadi keputusan-keputusan rasional. Dengan ini pula sebenarnya Kant ingin mendamaikan pertentangan antara rasionalisme dan empirisme.
Cara berpikir untuk menghasilkan pengetahuan seperti yang dijelaskan Kant sesungguhnya mampu membantu kita untuk keluar dari penjara berpikir. Sebab dengan itu, kebenaran untuk kehidupan tak lagi bergantung pada otoritas atau pihak lain. Pengetahuan yang otonom bisa dihasilkan sendiri tanpa mengabdikan diri pada kemauan pihak lain bila kita menyadari proses berpikir yang ditawari oleh Kant.
Sudah saatnya untuk memerdekakan diri dari proses berpikir yang selama ini didikte oleh sumber lain di luar diri. Dengan berpikir merdeka dan otokhton, maka harga diri, kesejahteraan, sosialitas menjadi niscaya. Hanya dengan demikian sejarah panjang pemalsuan kemerdekaan berpikir bisa dihentikan dan kita menjadi sunguh-sungguh merdeka dalam berpikir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H