Mohon tunggu...
Richard Mandonap Mnsen
Richard Mandonap Mnsen Mohon Tunggu... Lainnya - freelence

Saya lahir di Biak dan besar di Raja Ampat, merupakan alumni Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa "APMD" Yogyakarta, program studi Ilmu Pemerintahan. Saat ini berdomisili di Sorong, dan sedang bergabung menjadi Volunteer di TBM Rumah Baca Suprau.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suara Piano

14 Juli 2024   09:35 Diperbarui: 14 Juli 2024   10:01 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Mama, sa mau bermain piano." ucap anak itu.

Sejak kecil memang dia selalu bermain piano, bahkan dia belajar secara otodidak tanpa guru musik. Setiap hari minggu pagi, dia pasti selalu bernyanyi di dalam pelayanan ibadah minggu.Dengan talenta bernyanyi dan bermain musik, dia selalu melayani, bahkan dalam hidupnya; dia akan selalu bernyanyi bagi sang penciptanya.

Hari-hari berlalu, anak itu tumbuh dewasa dan dia selalu melayani pada setiap ibadah minggu. Suatu waktu di dalam gedung gereja terdengar sebuah pujian rohani yang sangat indah diiringi suara piano yang merdu.

"T'lah kulihat, kebaikanMu, yang tak pernah habis di hidupku, kuberjuang sampai akhirnya Kau dapati aku tetap setia". Pria itu bernyanyi dengan hati yang sungguh.

Setelah ibadah minggu pagi selesai, dia selalu bersama mamanya. Setelah berjabat tangan dengan para Hamba Tuhan. Dia selalu di doakan untuk selalu setia melayani Tuhan. Singkat cerita, dirumahnya tiap malam; mereka selalu berdoa dan menaikan pujian-pujian penyembahan, tentu dia yang melayani bagian bernyanyi dan bermusik (piano).

Kini dia berulang tahun yang ke 30 tahun, kali ini, mereka rayakan di dalam rumah sendirian, hanya dia dan mamanya. Walau hanya berdua, mamanya sangat menyayangi dia. Dia sangat akrab dengan mama. Ya, mama yang membesarkannya dengan cinta. Suara piano kembali terdengar dengan Instrumen "Happy Birthday". Sang mama menyanyikan lagu itu dan memintanya untuk meniup lilin itu. Kata mamanya kepadanya.

"Di depan ko ini lilin dengan angka 30. Ko sudah dewasa, ko telah berhasil menggunakan ko pu hidup untuk melayani Tuhan sejauh ini, teruslah melayani sampai ko melihat Tuhan yang mengirimmu menemani mamamu ini" Ucap mamanya menahan air mata, melihat putranya itu.

Hari minggu, pagi itu dia bersama mamanya beribadah. Dia pun melayani dua pujian yang menyentuh hati setiap orang yang mendengarnya, dipastikan air mata akan menetes jika mendengar pujian itu dengan sungguh. Didalam sunyi dan gelapnya pagi itu, dia bernyanyi dengan iringan piano yang indah dari setiap permainan jarinya pada tools piano itu.

"Membayangkan dunia yang gelap seperti diriku ini." "Sampai kapan sa begini ?"

"Apa salah orangtua ku, atau ini salahku; lahir kedunia ini." Sebuah lirik lagu yang dinyanyikannya.

Diikuti lagu kedua, yang dinyanyikannya. "Walau ku tak dapat melihat, semua rencanamu Tuhan" lagu itu dinyanyikan.

Mamanya tetap mendampingi disampingnya, dan mengingat masa-masa dimana dia lahir, dengan tangisan sedih, karna dia lahir ketika dunia sedang gelap, dan selamanya dia berjalan dan hidup dengan kegelapan itu.

Dia tidak dapat menghafal banyak orang tapi dia mengetahui banyak suara yang dijumpainya. Bahkan dari suara mamanya, dia tahu bahwa mamanya adalah wanita yang sangat cantik, yang sayang kepadanya.

Dia tetap bernyanyi dalam gelap, diiringi pianonya.

Oleh : Richard Mnsen

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun