Mahasiswa berprestasi yang memiliki tinggi badan 191 cm ini berhasil mendirikan Komunitas Peduli Kaum Difabel ketika ia menjadi salah satu fungsionaris Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Tahun 2014.
Tak terbatas di lingkungan kampusnya saja, tapi ia juga mengembangkan kiprahnya untuk membantu sesama lewat pelatihan soft skill pijat refleksi bagi tunanetra di Kabupaten Purbalingga.
Mahasiswa semester 5 peraih IPK 3,65 ini ternyata tak hanya membatasi diri pada kegiatan untuk kaum difabel semata, namun ia juga tak segan untuk berbagi pada teman-teman di kampung halamannya.
Pemuda yang memiliki cita-cita menjadi dosen ini menggagas pendirian Taman Baca Masyarakat di desanya. Bersama rekan-rekannya sesama mahasiswa Kabupaten Batang ia juga menggagas dan menyelenggarakan Bimbingan Belajar Gratis untuk seleksi masuk perguruan tinggi bagi siswa SMA sederajat se-Kabupaten Batang.
“Saya dulu masuk ke UNNES lewat jalur SBMPTN, melalui bimbel gratis yg diselenggarakan oleh sebuah yayasan bernama Yayasan Mata Air, dari situlah saya juga ingin berbagi apa yang telah saya dapat dulu dengan menyelenggarakan bimbel gratis bersama teman-teman untuk siswa persiapan SBMPTN,” tutur Agus.
Lewat kegiatan yang dilakukan Agus Ja’far dan teman-temannya ini, banyak siswa di Kabupaten Batang yang bisa lolos SBMPTN sehingga bisa masuk ke universitas-universitas yang diidamkan.
Meski memiliki keterbatasan, Agus Ja’far dapat membuktikan bahwa ia bisa berbagi pada sesama lewat keahlian dan ilmu yang dimilikinya, maka tak salah pula jika Agus Ja’far menerima penghargaan sebagai Mahasiswa Inspiratif 2015 Universitas Negeri Semarang serta menjadi Tokoh Pemuda Inspiratif Peringatan Hari Sumpah Pemuda Koran Suara Merdeka edisi 28 Oktober 2015. Sepak terjang Agus Ja’far juga tertulis di buku “50 Muda Inspirasi dan Berkarya” dalam peringatan HUT Universitas Negeri Semarang ke 50 tahun.
Muara dari Rasa Syukur
“Saya ingin membawa ibu ke Tanah Suci, selain itu saya juga ingin terus berbagi dan melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain.” tutur Agus Ja’far ketika ditanya tentang harapannya di masa depan.
Agus Ja’far memang terlahir dalam ketidaksempurnaan fisik, namun ia telah membuktikan bahwa keterbatasan yang ia miliki bukanlah penghalang untuk menebarkan cahaya kebaikan untuk masyarakat pada umumnya dan penyandang disabilitas tunanetra pada khususnya.
Bagi Agus, berbagi kebaikan merupakan muara dari rasa syukurnya atas segala anugerah Tuhan, oleh karena itu ia ingin bisa terus berbagi meski dengan segala keterbatasan yang ia miliki. (*)