Mohon tunggu...
Richa Miskiyya
Richa Miskiyya Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Perempuan biasa dengan kehidupan biasa, namun selalu menganggap jika kehidupannya itu luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[FFA] Bapakku Pahlawanku

20 Oktober 2013   23:02 Diperbarui: 8 Agustus 2015   00:09 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Mendengar pertanyaan Didit, emak pun tersenyum. “Kita harus bersyukur dengan semua rezeki yang sudah diberikan Tuhan pada kita. Meskipun Bapak hanya tukang tambal ban, yang penting halal,” ucap emak seraya tersenyum.

Didit terdiam, membenarkan ucapan emaknya, tapi ia juga takut kalau teman-temannya akan mengolok-oloknya, dan menjauhinya karena ia hanya anak seorang tukang tambal ban.


“Sudah selesai belajarnya, Dit?” tanya emak.

“Sudah, Mak,” jawab Didit seraya menutup buku pelajarannya.

“Kalau begitu bantu Bapakmu di depan rumah, sepertinya ada yang berhenti untuk menambalkan ban,” ujar emak.

 

Didit pun segera beranjak dan menyusul bapaknya di depan rumah. Didit memang terbiasa membantu bapaknya, meskipun tidak membantu menambal, tapi Dion seringkali membantu yang lebih ringan, mengambilkan obeng atau mencelupkan ban ke dalam air untuk mencari bagian yang bocor.

 

Namun, saat sampai di depan rumah, Didit kaget ketika melihat Fajri ada di depan rumahnya bersama papa dan mamanya. Ternyata ban mobil papa Fajri bocor dan harus ditambal.

 

“Lho, rumah kamu disini, Dit?” tanya Fajri.

 

Didit yang ditanya seperti itu hanya mengangguk ragu-ragu, ia malu karena Fajri tahu bapaknya hanya seorang tukang tambal ban.


“O, adik ini teman kamu, Fa?” tanya papa Fajri.

“Iya, Pa, ini Didit, dia selalu dapat rangking satu lho di kelas,” ujar Fajri.

Didit lalu mencium tangan papa dan mamanya Fajri, tak berapa lama ban mobil milik papa Fajri sudah selesai ditambal, papa, mama, dan Fajri pun permisi setelah sebelumnya membayar biaya tambal ban pada bapak Didit.

***

 

Pagi harinya, Didit merasa malas untuk berangkat ke sekolah, ia takut jika Fajri memberitahukan pekerjaan bapaknya pada teman-temannya.

 

Sesampainya di sekolah, Fajri memanggil Didit.

 

“Dit, ini dari Papaku untuk Bapakmu,” ujar Fajri seraya mengangsurkan sebuah bungkusan tas kertas pada Didit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun