Lagi-lagi ketidaktahuan Benny Wenda dan Vanuatu tentang etika dan protokol diplomasi internasional mempermalukan diri mereka di mata dunia internasional.
Baru-baru ini, beberapa media melaporkan adanya Penyerahan Petisi Rakyat Papua Barat oleh Beny Wenda kepada Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia. Petisi tersebut diklaim sepihak oleh Benny Wenda telah ditandatangani oleh 1,8 juta orang-orang Papua. Sampai saat ini Benny Wenda tidak pernah secara detail menjelaskan isi petisi tersebut.
Perlu diingat, bahwa Benny Wenda adalah pelaku kriminal. Pada tahun 2002, di pengadilan Benny terbukti secara sah menjadi otak pembunuhan seorang polisi dari etnis Sentani dan aksi pembakaran sebuah kantor polisi di Abepura setahun sebelumnya. Ia kemudian kabur dari penjara, menyeberang ke PNG dan mendapat suaka dari Inggris.
Ternyata hidup mewah dalam pelariannya di Oxford, Inggris, tidak membuat ia lepas dari perilaku kriminal. Melakukan manipulasi dan aksi tipu-tipu sepertinya sudah mendarah daging dalam diri Benny Wenda.
Kali ini ia melakukan permufakatan jahat dengan delegasi Vanuatu untuk menipu Komisioner Komisi Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, Michelle Bachelet. Mereka menyusupkan Benny Wenda dalam rombongan delegasi Vanuatu saat pembahasan laporan penegakan HAM tahunan (Universal Periodic Review) Vanuatu oleh Dewan HAM PBB di Jenewa pada Jumat (25/1) lalu.
Alih-alih mendapat simpati internasional, justru aksi manipulatif yang dilakukan Benny Wenda "dengan bantuan" Vanuatu semakin membuka mata PBB dan publik internasional bahwa Benny Wenda dengan organisasi United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) adalah manipulator besar yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.Â
Aksi menipu Komisioner KT-HAM ini jelas melecehkan PBB dan sangat bertentangan dengan etika dan protokol internasional.
Sesungguhnya Benny Wenda dan Vanuatu telah menunjukkan "kelas" nya dalam berdiplomasi, bahwa mereka tidak menghargai PBB dan tataran diplomasi di level internasional. Namun pesan yang paling jelas ditangkap oleh publik internasional dari peristiwa ini adalah : Benny Wenda adalah seorang manipulator !!!
Tentunya insiden memalukan ini membuka mata publik internasional bahwa Benny Wenda bukanlah seorang yang dipercaya. Angka 1,8 juta tandatangan pun mulai banyak dipertanyakan publik. Mengingat saat ini jumlah penduduk Orang Asli Papua dewasa yang diklaim Benny sebagai penandatangan petisi belum mencapai angka 1,8 juta orang.Â
Proses pengumpulan tandatangan 1,8 juta orang yang disampaikan Benny berlangsung selama beberapa bulan pun sangat diragukan kebenarannya, mengingat wilayah Papua yang sangat luas dengan alam yang sangat sulit ditempuh. Terlebih lagi Benny Wenda tidak pernah diakui sebagai seorang pemimpin oleh elite Organisasi Papua Merdeka.
Bagi pendukung Papua Merdeka, tentunya aksi memalukan yang ditempuh Benny Wenda justru semakin membuat nama organisasi mereka semakin terpuruk. Belum hilang dari ingatan masyarakat internasional, pada awal bulan Desember 2018 lalu, sayap militer OPM mengklaim membunuh 19 masyarakat sipil pekerja PT Istaka Karya yang sedang mengerjakan pembangunan jembatan pada proyek strategis nasional Trans Papua.Â