Tak peduli lagi petuah-petuah bijak guru, yang mungkin kalau di era media sosial telah disematkan sebagai kata-kata hari ini di akun mereka. Bagi mereka, kata-kata hari ini hanya hiburan receh atau bahkan sekadar ujaran orang-orang yang kalah. Sambil meledek, mulut mereka mudah saja menyemburkan ludah. Cuh!
Lantas, sakit hatikah Geng Togog? Untungnya tidak. Mungkin lebih tepatnya tidak sempat. Dalam situasi seperti itu, Togog dan Mbilung memilih menyingkir dari keriuhan. Yang penting, tugas telah mereka laksanakan. Soal hasil, bukan mereka penentunya.Â
Pembaca yang berhati penuh cahaya, tak terbayang sungguh kepahitan nasib Togog dan Mbilung. Bagaimana perasaan mereka yang selalu gagal mengajarkan kebijaksanaan, kira-kira? Tak cukup sekali, berkali-kali. Diulang dan terus berulang.Â
Saya---dan tentu saja Anda, pembaca yang budiman---tidak menghendaki yang demikian. Cukuplah gambaran kisah pewayangan itu menjadi pengajaran dan pengingat, agar tidak terjadi yang demikian pada kita, pada pemimpin-pemimpin kita. Siapa pun itu nanti.
Sebab, dalam sebuah catatan yang ditulis Seno Gumira Ajidarma (2012) menyebutkan, Panakawan merupakan representasi dari rakyat kalangan bawah. Perannya, menghibur, mengasuh, membimbing, dan menjaga para ksatria yang berkuasa, yang pada masa krisis rupanya panakawan ini dianggap sahih menggunakan cara-cara eksterm.Â
Atau, meminjam istilah Bing Bedjo Tanudjaja (2022), Panakawan merupakan dialektika kultural sekaligus kesadaran kolektif rakyat pinggiran yang tidak memiliki akses kepada jalur birokrasi kekuasaan. Sehingga, memungkinkan bagi ruang kritik karikatural atas ketidakpatuhan dan dorongan bagi sikap kekuasaan yang diarahkan pada bentuk egalitarian.Â
Tentu, kita semua berharap yang terbaik dari hasil Pilkada 2024. Seperti yang juga diharapkan mas Ketua KPU Kota Pekalongan saat membaca naskah sambutan dari gawainya. Bahwa, kita semua mesti mampu mengambil gambaran tokoh-tokoh protagonis dari kisah-kisah pewayangan. Tujuannya, demi mewujudkan cita-cita bersama atas Kota Pekalongan yang kita cintai.Â
Yuk, kita jaga bersama penuh kasih sayang dan rasa cinta yang membawa damai. Bijaksanalah dalam bersikap. Cerdaslah dalam menentukan arah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H