Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cukup Togog Mbilung Saja yang Mengalami

20 November 2024   19:41 Diperbarui: 20 November 2024   20:22 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya kira, saya tak perlu menceritakan bagaimana murid-murid Geng Semar. Akal kita tentunya mampu menjangkau seperti apa gambaran mereka. Sebab, itu pula yang menjadi gambaran ideal mengenai pendidikan. Muridnya pinter dan bertata krama. Lalu, bagaimana gambaran murid-murid Geng Togog? Itu yang saya kira patut kita baca ulang. 

Pembaca yang alim, seperti saya sebut sebelumnya, murid-murid Geng Togog bukanlah orang-orang bodoh. Sebaliknya, mereka orang-orang cerdas. Bahkan, saking cerdasnya mereka begitu membangga-banggakan kecerdasan itu. Tak pelak bilamana guru mereka tengah menasihati, mereka akan membalah. Tak jarang pula beradu argumen. Apa-apa yang dikatakan guru, mereka bantah dengan dalil-dalil yang logis dan rasional. Hitung-hitungan mereka juga tokcer, sehingga pijakan-pijakan kebijaksanaan guru mereka dapat saja dipatahkan. 

Tentu, bukan lantaran Togog dan Mbilung kurang akal, melainkan dinding batok kepala murid-murid mereka terlalu tebal untuk ditembus. Pun hati mereka mampu mengalahkan kerasnya baja yang masih mungkin dilelehkan. Mulut mereka mudah saja menangkis ungkapan-ungkapan bijak.

 Tak ayal jika mereka kemudian memandang, bahwa kebijaksanaan adalah kelemahan. Suara hati hanyalah bisikan yang akan melumpuhkan kekuatan dan melenyapkan kewibawaan seorang ksatria. 

Sungguh, wahai pembaca yang saya takzimi, tabiat murid-murid Geng Togog ini tentu tak kita kehendaki bukan? Walau begitu, itu belum seberapa. Tabiat lainnya sangat mungkin tidak kita inginkan. Yaitu, pongah, angkuh, bengah, dan segala sejenisnya. 

Adalah kekuasaan dan kekayaan yang merupakan murid-murid Geng Togog ini demikian. Mereka suka umuk. Juga pengamal snobisme, yaitu orang-orang yang gemar menghina dan meremehkan orang lain. Menganggap rendah orang. Tidak terkecuali, pandangan mereka terhadap dua sosok yang dikirim sebagai guru mereka, Togog dan Mbilung.

Tak hanya itu, mereka sangat lihai memanfaatkan kekuasaan yang digenggam. Dengan sedikit bumbu kecerdasan, mereka gunakan kekuasaan dan kekayaan untuk mengubah segalanya, semau-mau mereka. Tatanan hukum dipreteli, diubah seselera mereka. Tatanan ekonomi diotak-atik demi meraup laba sendiri. Begitu pula tatanan sosial, birokrasi, dan semuanya. 

Bahkan, dengan jemawa mereka ingin merampas singgasana para dewa untuk mereka duduki. Seberani itu mereka. Seolah tak ada sesosok pun yang bisa menaklukkan. Maklum, murid-murid Geng Togog memang dikenal sakti. Mungkin, kalau diadu dengan Sun Go Kong atau Thor mereka masih bisa menang. 

Ajian pancasona, rengkah gunung, waringin sungsang, lembu sekilan, brajamusti, dan sebagainya mereka kuasai. Begitu pula penangkal-penangkal daya serang senjata-senjata sakti macam cakra atau seruling mautnya dewa-desa, mereka punya. Sampai-sampai istana Kahyangan diresahkan oleh kedigdayaan mereka. Para dewa tak sanggup menghadapi sendiri. Dewa-dewa terpaksa memanfaatkan agen rahasia. Kurang sakti apa mereka?

Alangkah, kesaktian mereka merupa jadi teror pada gilirannya. Sesiapa yang dikenal sakti akan dilumpuhkan, dibuat bertekuk lutut dan patuh. Jika tidak, nyawa tebusannya. Semakin banyak orang-orang sakti terbunuh, semakin bertambah kesaktian mereka, semakin tinggi pula hati mereka hingga nyaris menyentuh langit.

Belum lagi, catatan buruk mereka berkenaan dengan perilaku asusilanya, mabuk-mabuknya, hobi judinya, dan segudang lainnya. Bahkan, tak semata-mata mengabaikan kebijaksanaan guru, mereka tak segan pula mencampakkan guru mereka. Lebih-lebih, ketika hasrat berperang mereka memuncak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun