Alasan ini pula yang membuat studi sastra menjadi kewajiban untuk diajarkan di pesantren salaf. Sebab, sebagaimana diungkap Gus Haidar, studi sastra ini diperlukan tidak sekadar untuk mengkaji kandungan makna dan berbagai macamnya. Akan tetapi, juga ditujukan untuk menjaga kemurnian bahasa Arab itu sendiri. Khususnya, bahasa Arab yang terdapat di dalam Al Qur'an dan hadis.
Jika demikian, patutlah saya menduga, bahwa alasan mengapa sastra erat kaitannya dengan khazanah keilmuan yang dibawa dan diajarkan oleh Islam. Sebab, Islam sebagai sebuah nilai tidak bisa diartikulasikan sebagai perihal yang parsial. Islam adalah perihal yang universal.
Studi sastra yang diajarkan di pondok pesantren salaf ditujukan untuk menggali, mengkaji, dan menemukan jawaban-jawaban yang tersembunyi di balik ayat-ayat Al Qur'an dan hadis.Â
Sehingga, pada gilirannya akan dapat diejawantahkan ke dalam kehidupan sehari-hari, di semua aspek kehidupan. Agar, kehidupan berjalan dengan baik. Dan, manusia dapat menjalankan keyakinannya dengan lebih baik guna menjaga keselarasan hidup yang dibingkai dengan keindahan demi menggapai kebahagiaan yang hakiki.
Ini pula yang kemudian membuat saya berpikir, betapa perguruan tinggi umum di kota kelahiran saya terlampau jauh tertinggal dari apa yang dilakukan oleh pesantren salaf. Meski dikesankan sebagai lembaga pendidikan tradisional, nyatanya pesantren salaf memiliki kekhasan, karakternya begitu kuat. Sehingga, tidak mudah goyah oleh terpaan badai zaman, seperti yang saat ini terjadi. Bahasa kerennya era disrupsi.Â
Dan, berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, saya dipertemukan dengan seorang santri yang luar biasa. Sehingga saya mendapatkan penjelasan yang demikian kompleks. Sampai-sampai saya takjub. Membuat saya yang tidak pernah menjadi santri di pesantren ini mengakui dan menghormati setinggi-tingginya keberadaan pondok pesantren salaf.Â
Pandangan saya, seketika dibukakan pada realitas yang belum pernah saya lihat, belum pernah saya sentuh. Jazakumullah Khairan Katsiran Wa Jazakumullah Ahsanal Jaza, Gus Haidar. Saya benar-benar masih perlu banyak belajar dari panjenengan, Gus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H