Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pesantren Salaf Penjaga Tradisi Sastra, Pewaris Tradisi Keilmuan

28 Juni 2023   04:44 Diperbarui: 28 Juni 2023   14:20 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siaran Kojah Sastra di Radio Kota Batik, Pekalongan, bersama Gus Haidar (dok.pribadi)

Alasan ini pula yang membuat studi sastra menjadi kewajiban untuk diajarkan di pesantren salaf. Sebab, sebagaimana diungkap Gus Haidar, studi sastra ini diperlukan tidak sekadar untuk mengkaji kandungan makna dan berbagai macamnya. Akan tetapi, juga ditujukan untuk menjaga kemurnian bahasa Arab itu sendiri. Khususnya, bahasa Arab yang terdapat di dalam Al Qur'an dan hadis.

Jika demikian, patutlah saya menduga, bahwa alasan mengapa sastra erat kaitannya dengan khazanah keilmuan yang dibawa dan diajarkan oleh Islam. Sebab, Islam sebagai sebuah nilai tidak bisa diartikulasikan sebagai perihal yang parsial. Islam adalah perihal yang universal.

Studi sastra yang diajarkan di pondok pesantren salaf ditujukan untuk menggali, mengkaji, dan menemukan jawaban-jawaban yang tersembunyi di balik ayat-ayat Al Qur'an dan hadis. 

Sehingga, pada gilirannya akan dapat diejawantahkan ke dalam kehidupan sehari-hari, di semua aspek kehidupan. Agar, kehidupan berjalan dengan baik. Dan, manusia dapat menjalankan keyakinannya dengan lebih baik guna menjaga keselarasan hidup yang dibingkai dengan keindahan demi menggapai kebahagiaan yang hakiki.

Ini pula yang kemudian membuat saya berpikir, betapa perguruan tinggi umum di kota kelahiran saya terlampau jauh tertinggal dari apa yang dilakukan oleh pesantren salaf. Meski dikesankan sebagai lembaga pendidikan tradisional, nyatanya pesantren salaf memiliki kekhasan, karakternya begitu kuat. Sehingga, tidak mudah goyah oleh terpaan badai zaman, seperti yang saat ini terjadi. Bahasa kerennya era disrupsi. 

Dan, berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, saya dipertemukan dengan seorang santri yang luar biasa. Sehingga saya mendapatkan penjelasan yang demikian kompleks. Sampai-sampai saya takjub. Membuat saya yang tidak pernah menjadi santri di pesantren ini mengakui dan menghormati setinggi-tingginya keberadaan pondok pesantren salaf. 

Pandangan saya, seketika dibukakan pada realitas yang belum pernah saya lihat, belum pernah saya sentuh. Jazakumullah Khairan Katsiran Wa Jazakumullah Ahsanal Jaza, Gus Haidar. Saya benar-benar masih perlu banyak belajar dari panjenengan, Gus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun