Di luar dugaan! Pertanyaan itu benar-benar tak diduga-duga oleh petugas yang gagah ini. Tetapi, demi menjaga kewibawaan, petugas ini pun segera harus tanggap menjawab pertanyaan itu. "Soal rejeki, itu semua ada pada ketentuan Gusti Allah, Pak. Jadi tidak ada hubungannya dengan tilang-menilang," katanya.
Lega dengan jawaban itu, Canus kemudian menimpal, "Ya sudah, kalau begitu saya ditilang saja."
Jawaban Canus pun disambut gembira oleh si petugas. Ia merasa menang setelah berdebat deng tukang ojek yang satu ini.
"Nanti urusan rejekinya saya minta sama Gusti Allah, semoga dengan tilang itu rejeki saya makin diperlancar dan dipermudah," lanjut Canus.
Mendengar ucapan itu, petugas yang mulai sibuk dengan secarik kertas untuk diorat-oret itu tersenyum geli. Ia merasa konyol dengan jawaban Canus.
"Lho, Pak? Kok nggak diamini? Kata orang-orang kalau ada yang berdoa itu sebaiknya ikut mengamini loh, Pak," tegur Canus pada petugas yang berdiri di hadapannya itu.
Sebentar si petugas itu menoleh sambil berkata, "Ya sudah, saya amini. Amin.... Gimana?"
"Nah, gitu!" seloroh Canus.
Selesai dengan orat-oretannya, si petugas ini pun segera menyodori Canus kertas tilang, "Nah, ini surat tilangnya, Pak."
"Wah, saya sudah tidak lagi butuh surat tilang itu, Pak. Jawaban amin Bapak sudah cukup buat saya. Dan ini kendaraan saya, silakan Bapak bawa saja. Buat Bapak," setelah mengatakan itu, Canus beringsut meninggalkan petugas itu tanpa beban. Tanpa menengok lagi ke arah petugas yang kebingungan dengan sikap Canus. Malah, petugas itu clingukan, nggak ngerti apa yang mesti ia perbuat dengan motornya Canus.
Ya ya, Canus mungkin sedang mencoba membuka mata batin kita. Mengetuk pintu-pintu kesadaran agar kita kembali membuka catatan yang lama telah kita tinggalkan. Membacanya lagi dengan sungguh-sungguh. Bahwa selama ini mungkin saja sedang menjalani kehidupan yang meninggalkan hakikat kehidupan itu sendiri. Kita begitu repot mempertahankan apa-apa yang dirasa sebagai milik kita. Harta benda, jabatan, pangkat, pekerjaan, dan sebagainya betapa telah melenakan kita dari hakikat.Â