Beberapa tahun kemudian, setelah Joko Suro cukup dewasa, datanglah ia kepada ayahnya. Tetapi, sang ayah tidak begitu saja menerimanya. Sang ayah memintanya agar ia membuktikan dirinya benar-benar putra dari Mpu Supo. Kala itu, Mpu Supo meminta bukti berupa besi bahan membuat keris.
Namun manakala besi itu diserahkan, besi itu telah menjadi sebilah keris. Rupaya, selama perjalanan mencari ayahnya, besi itu dipijit-pijit dan ditarik Joko Suro. Jadilah, sebilah keris kecil. Keris itu kemudian dinamai keris Suro Pejet.
Setelah berhasil menemui sang ayah, Joko Suro kemudian kembali melanjutkan pengembaraannya. Ia sempat singgah dan bermukim di beberapa daerah, di antaranya Galuh, Pekalongan, dan Tuban. Di tiga wilayah inilah, Joko Suro kemudian mengembangkan pembuatan keris.
Merujuk pada versi pertama, maka dapat diartikan bahwa nama Joko Suro pada kisah tersebut merupakan nama lain dari Mpu Suratman. Sementara pada versi kedua, dilatari oleh cerita tutur yang berkembang di tengah-tengah masyarakat Tuban.
Hal ini dipandang wajar, mengingat keris-keris karya Mpu Suratman juga banyak ditemukan di Tuban. Akan tetapi, ciri-cirinya sama persis dengan keris Mpu Suratman yang ada di Pekalongan.
Sedangkan, versi ketiga dimunculkan melalui bentuk pertunjukan seni drama tari oleh tim kesenian kota Pekalongan. Dalam pergelaran seni drama tari itu ditunjukkan bahwa Mpu Suratman merupakan seorang mpu yang berasal dari luar Jawa. Ia menjelajah dari sungai ke sungai, hingga akhirnya sampai ke Pekalongan. Di daerah tempat ia singgah inilah kemudian ia bertemu dengan seorang perempuan yang kemudian hari disuntingnya.
Setelah menikah, Mpu Suratman tak bisa lepas dari kebiasaannya membuat keris. Ia pun meminta izin kepada sang istri agar diberi keleluasaan untuk membuka tempat pembuatan keris. Melalui tempat ini pula Mpu Suratman selanjutnya dapat mengembangkan pembuatan keris.
Lambat laun, tempat pembuatan keris Mpu Suratman pun mengalami kemajuan pesat. Setidaknya, hal itu dapat dilihat melalui keris karya-karya Mpu Suratman yang banyak dibikin di Pekalongan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H