Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Menelusur Kisah Mpu Suratman, Pencipta Keris Khas Pekalongan

3 Juni 2023   17:47 Diperbarui: 5 Juni 2023   11:04 1946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Keris (sumber: kompas.com)

Sastra lisan, khususnya cerita rakyat yang berkembang di masyarakat Pekalongan, masih menyimpan beribu misteri. Salah satunya tentang ketokohan Mpu Suratman. Oleh para penggiat Tosan Aji Pekalongan, ahli keris ini diyakini sebagai pencipta keris Suratman yang konon adalah keris khas Pekalongan. Lalu, siapa sebenarnya Mpu Suratman?

Kisah tentang Mpu Suratman rupanya tak semata satu versi. Akan tetapi, memiliki beberapa versi. Pertama, sosok pandai keris ini dikaitkan dengan ketokohan Mpu Supo, yaitu seorang mpu andalan Kerajaan Majapahit di era kepemimpinan Kertabhumi (Brawijaya V).

Menurut versi ini, Mpu Suratman adalah putra dari Mpu Supo. Kedua, Mpu Suratman merupakan mpu yang berasal dari Tuban. Ketiga, ada pula yang beranggapan jika Mpu Suratman berasal dari luar Jawa.

Versi pertama, kisah tentang asal-usul Mpu Suratman kerap dihubungkan dengan kisah Joko Suro, yaitu seorang mpu yang masyhur dari Kerajaan Blambangan pada abad ke-16. Joko Suro sendiri tak lain adalah putra dari seorang Mpu kenamaan kerajaan Majapahit di era Kertabhumi, Mpu Supo.

Sebagaimana dalam tradisi lisan, kisah Joko Suro bermula dari peristiwa hilangnya keris Kiyai Sengkelat dari Majapahit. Keris Kyai Sengkelat yang menjadi piyandel bagi Kerajaan Majapahit kala itu merupakan keris buatan Mpu Supo. Oleh sebab itu, Mpu Supo merasa sangat bertanggung jawab atas hilangnya keris itu. Alhasil, ia sendiri yang harus mencari dan merebut kembali keris itu.

Upaya Mpu Supo mencari dan merebut kembali keris Kyai Sengkelat ini dilakukan dengan cara menyamar menjadi pandai besi yang ahli membuat alat-alat pertanian, tombak, pedang, dan keris. Keahlian Mpu Supo inilah yang akhirnya membawa Mpu Supo menghadap adipati Blambangan yang kala itu tengah mencari seorang mpu yang sanggup membuat tiruan dari keris Kyai Sengkelat.

Di hadapan adipati Blambangan inilah, Mpu Supo lantas diberi mandat untuk mengerjakan sebuah keris yang harus sama persis dengan keris Kyai Sengkelat. Tentu, tugas ini disanggupi Mpu Supo. Apalagi, keris Kyai Sengkelat adalah hasil karyanya sendiri. Tak begitu sulit bagi Mpu Supo untuk membuat duplikasi dari keris Kyai Sengkelat ini.

Singkat cerita, dengan mudah Mpu Supo merampungkan pekerjaan itu. Bahkan, tidak hanya satu buah, melainkan ada dua buah keris Kyai Sengkelat tiruan yang ia buat. Sementara yang asli, ia sembunyikan dan ia simpan dengan rapi.

Keberhasilan Mpu Supo amat membuat adipati Blambangan sangat senang. Sejak saat itu, Mpu Supo dianugerahi gelar kebangsawanan, tanah perdikan, dan seorang istri yang tidak lain adalah adik dari adipati Blambangan, bernama Dewi Lara Upas.

Tetapi, semua hadiah itu tak membuatnya terlena. Sekalipun Mpu Supo menerimanya, ia masih merasa memiliki beban moral kepada Majapahit. Ia selalu berupaya untuk mencari cara yang tepat agar bisa kembali ke Majapahit tanpa harus diketahui oleh penguasa Blambangan, kakak iparnya sendiri.

Pucuk dicita ulam tiba, harapan Mpu Supo untuk pulang ke Majapahit dengan misi menyerahkan kembali keris Kyai Sengkelat pun terwujud. Ketika itu, di tengah-tengah masa kehamilan sang istri, Mpu Supo berpamitan meninggalkan Blambangan. Namun, sebelum meninggalkan istrinya, Mpu Supo berpesan agar kelak ketika anak mereka lahir laki-laki diberi nama Joko Suro. Selain itu, Mpu Supo juga meninggalkan besi bahan membuat keris.

Beberapa tahun kemudian, setelah Joko Suro cukup dewasa, datanglah ia kepada ayahnya. Tetapi, sang ayah tidak begitu saja menerimanya. Sang ayah memintanya agar ia membuktikan dirinya benar-benar putra dari Mpu Supo. Kala itu, Mpu Supo meminta bukti berupa besi bahan membuat keris.

Namun manakala besi itu diserahkan, besi itu telah menjadi sebilah keris. Rupaya, selama perjalanan mencari ayahnya, besi itu dipijit-pijit dan ditarik Joko Suro. Jadilah, sebilah keris kecil. Keris itu kemudian dinamai keris Suro Pejet.

Setelah berhasil menemui sang ayah, Joko Suro kemudian kembali melanjutkan pengembaraannya. Ia sempat singgah dan bermukim di beberapa daerah, di antaranya Galuh, Pekalongan, dan Tuban. Di tiga wilayah inilah, Joko Suro kemudian mengembangkan pembuatan keris.

Merujuk pada versi pertama, maka dapat diartikan bahwa nama Joko Suro pada kisah tersebut merupakan nama lain dari Mpu Suratman. Sementara pada versi kedua, dilatari oleh cerita tutur yang berkembang di tengah-tengah masyarakat Tuban.

Hal ini dipandang wajar, mengingat keris-keris karya Mpu Suratman juga banyak ditemukan di Tuban. Akan tetapi, ciri-cirinya sama persis dengan keris Mpu Suratman yang ada di Pekalongan.

Sedangkan, versi ketiga dimunculkan melalui bentuk pertunjukan seni drama tari oleh tim kesenian kota Pekalongan. Dalam pergelaran seni drama tari itu ditunjukkan bahwa Mpu Suratman merupakan seorang mpu yang berasal dari luar Jawa. Ia menjelajah dari sungai ke sungai, hingga akhirnya sampai ke Pekalongan. Di daerah tempat ia singgah inilah kemudian ia bertemu dengan seorang perempuan yang kemudian hari disuntingnya.

Setelah menikah, Mpu Suratman tak bisa lepas dari kebiasaannya membuat keris. Ia pun meminta izin kepada sang istri agar diberi keleluasaan untuk membuka tempat pembuatan keris. Melalui tempat ini pula Mpu Suratman selanjutnya dapat mengembangkan pembuatan keris.

Lambat laun, tempat pembuatan keris Mpu Suratman pun mengalami kemajuan pesat. Setidaknya, hal itu dapat dilihat melalui keris karya-karya Mpu Suratman yang banyak dibikin di Pekalongan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun