“Tapi bikin sesek ati, Dul!”
“Memang, yang nama kejujuran itu kadang menyakitkan, Kang. Nggak semua kejujuran itu menyenangkan, walau jujur itu baik,” balas Dulkenyot.
Seketika, Dulmangap tergelagap. Ia tak sanggup membalas kata-kata Dulkenyot. Ia menyadari bahwa duduk persoalannya ada pada dirinya. Bahwa ia sangat ingin bisa mengajukan lamaran pekerjaan di perusahaan pemasang iklan itu. Ia juga menginginkan posisi yang ditawarkan dalam iklan itu.
Sudah sangat lama ia mengidam-idamkan kesempatan itu. Tetapi, ketika iklan lowongan kerja itu muncul, ada persyaratan yang sungguh-sungguh sangat membebaninya; berpenampilan menarik. Ia tak tahu, siapa lagi yang mesti dimintai pertanggungjawaban. Menggugat Tuhan? Tidak mungkin ia lakukan. Ia takut kuwalat.
Menggugat kedua orang tuanya? Mana mungkin? Karena ia tahu, murkanya orang tua adalah murkanya Tuhan. Dan itu akan membuahkan petaka baginya. Ia tak menginginkan itu terjadi padanya.
Kalaupun ia mesti mengajukan somasi, tentu butuh ongkos. Mahal. Sementara, ia masih belum memiliki pendapatan tetap. Belum punya cukup uang yang tersimpan di rekening bank. Belum lagi perlu dukungan dari banyak orang. Ya, kalau banyak yang sepakat dan mau berjuang bersama. Kalau tidak? Bisa-bisa ia sendiri yang mesti menanggung malu.
“Mm... atau gini aja, Kang. Aku punya usul,” seloroh Dulkenyot.
Dulmangap lekas-lekas memiringkan badannya, mendekatkan telinga ke arah Dulkenyot duduk. Ia bersiap menerima usulan Dulkenyot.
“Sampean bikin saja iklan tandingan. Di situ sampean tulis, DIBUTUHKAN LOWONGAN PEKERJAAN KHUSUS BAGI PARA PELAMAR KERJA YANG PENAMPILANNYA TIDAK MENARIK. AKAN TETAPI, MEREKA DIWAJIBKAN BERPENAMPILAN MENDORONG! Gimana?” seloroh Dulkenyot.
Seketika, teras rumah Dulmangap dipenuhi tawa. Sepasang sahabat itu terbahak-bahak. Seolah, apa yang tadi menjadi masalah terhempas begitu saja. Luntur dalam ingatan. Menjadi kabur. Dan, lowongan pekerjaan itu seperti terhapus dari benak Dulmangap. Pagi yang bermuram-muram, seketika berubah menjadi cerah kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H