Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membaca dan Menghayati Tubuh Kita

22 April 2023   00:30 Diperbarui: 22 April 2023   00:26 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: K.H. M. Saifudin Amirin duduk di sebelah Syekh Fadhil (Turki) dalam sebuah majelis pengajian di Majelis Taklim Al Maliki (dok.pribadi)

Jadi, dengan berzikir, selain kita menyalakan saklar gen, kita juga memberi asupan yang baik untuk makhluk renik yang hidup dan menghuni di dalam tubuh kita. Sel-sel kita menjadi teratur dan lebih terang, sehingga terasa ringan pikiran kita. Kandungan air dalam tubuh juga menjernih. Segala racun yang ada di dalam tubuh dapat difilter dan dikeluarkan. Perasaan kita pun menjadi lebih bahagia.

Jika diibaratkan, mengikuti majelis zikir dan ilmu seperti kita sedang mandi hujan cahaya. Dalam hitungan fisika, cahaya diperkirakan memiliki kecepatan hingga 1.080.000.000 km/jam atau setara dengan 300.000.000 meter/detik. Maka, jika kita duduk selama satu jam saja di majelis ini, tak terhitung sudah pancaran cahaya yang kita peroleh. Kira-kira, setara dengan 1.080.000.000.000.

Kita asumsikan angka 1.080.000.000.000 adalah jarak tempuh yang kita lalui. Apabila kita tempuh jarak itu berjalan kaki dengan kecepatan rata-rata 5 km/jam, maka langkah kita baru akan sampai pada hitungan 600.000 tahun kemudian.

Tersebab itu, pengasuh Majelis Taklim Al Maliki-Pekalongan ini mengungkapkan, ketika kita duduk di dalam sebuah majelis zikir dan ilmu selama satu jam, bersama guru dan orang-orang saleh, nilainya setara dengan ibadah selama enam puluh tahun. Meski demikian, beliau menggarisbawahi, bahwa di dalam majelis itu yang dibahas adalah ilmu, zikir, dan kisah orang-orang saleh.

Dengan kisah-kisah mereka, kita akan banyak memetik hikmah dan ilmu. Lebih-lebih jika kita sungguh-sungguh mempelajarinya dan mempraktikkan apa yang telah dipetik sebagai pelajaran itu.

Tentu, kebaikan-kebaikan dalam bermajelis itu tidak lepas dari niat dan maksud kita. Jika niat dan maksud kita adalah menyempurnakan ibadah kita, kebaikan itu akan menjadi obor bagi kita di dalam menapaki jalan hidup yang semakin ruwet seperti sekarang ini. Namun, jika niat dan maksud kita belum sampai pada ikhtiar kita untuk menyempurnakan ibadah, maka hal yang mesti dilakukan adalah hadirkanlah hati kita dengan sungguh-sungguh. Sebab, hati adalah pintu bagi malaikat agar mereka menjaga kita dari segala macam gangguan pada tubuh, pikiran, dan perasaan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun