Bahwa Pekalongan sebagai salah satu poros maritim dunia mesti kembali digemakan. Seperti pernah ditulis Abdurrahman Wahid, yang mengungkapkan bahwa pada abad ke-6, Pekalongan sudah dikenal pedagang-pedagang dunia, karena memiliki pelabuhan besar.
Hal senada juga dituangkan Lombard dalam bukunya, Nusa Jawa. Bahwa, pelabuhan Pekalongan dulu pernah menjadi salah satu tujuan perdagangan. Entah itu, jalur rempah maupun jalur sutra.
Wang Dahai, seorang sarjana Tiongkok abad ke-18 juga menuliskan yang tak jauh beda. Ia menyebut Pekalongan sebagai kota pelabuhan yang nyaman. Tak heran jika ia sangat betah tinggal di Pekalongan.
Agaknya pula, sudah waktunya bagi Pekalongan untuk memeriksa ulang penyematan identitasnya. Bukan sekadar berbangga-bangga dengan predikat baru, sebagai Kota Kreatif Dunia.Â
Memang, masih ada persoalan yang belum mampu ditangani berkenaan dengan laut; banjir rob. Tetapi, bukan sebuah kekeliruan juga jika upaya kajian identitas kemaritiman itu terus dilakukan.Â
Ada banyak cara, saya kira. Salah satunya melalui penulisan cerita-cerita tentang laut yang berkembang di masyarakat Pekalongan.
Sekian,
Terima kasih.
Pekalongan, 7 April 2023
Disampaikan sebagai makalah pengantar pada acara Ngaji Sejarah bertema "Pekalongan sebagai Poros Maritim Dunia" yang diselenggarakan oleh SOGAN Institute, di Sokola Sogan, Jumat (7 April 2023)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H