dosen melintas di hadapan mereka. Sekonyong-konyong mereka mendekati sang dosen.
Di teras sebuah kampus, tampak beberapa mahasiswa sedang berdiskusi. Mungkin, sebenarnya sedang menggunjing juga. Di saat mereka tengah serius mengobrol, seorangSalah satu dari mereka kemudian mengajukan permintaan pada sang dosen itu, "Pak, minta tanda tangannya, Pak. Buat registerasi."
Sang dosen tak langsung memberikan jawaban dan tidak pula begitu saja memenuhi permintaan si mahasiswa itu.
Menyaksikan yang demikian, si mahasiswa itu kemudian mengulangi perkataannya, "Pak, tolonglah Pak, saya minta tanda tangan Bapak. Biar urusan registerasi saya selesai."
Sang dosen masih dengan sikap dingin.
"Bapak kok gitu? Saya serius loh Pak, minta tanda tangan Bapak," si mahasiswa itu semakin mengiba.
"Saya juga sedang serius mendengarkan permintaan Anda," kata sang dosen itu.
"Lalu kenapa tidak langsung ditandatangani, Pak?" tanya si mahasiswa.
"Loh yang diminta dari saya itu apa?" tanya sang dosen.
"Tanda tangan Bapak," jawab si mahasiswa.
"Lah apa Anda nggak mikir, kalau tanda tangan saya diminta Anda, bagaimana nasib teman-temanmu nanti. Mereka bisa tidak dapat jatah tanda tangan saya. Kan tanda tangan saya cuma satu," kata sang dosen.
"Maksud Bapak?" tanya si mahasiswa itu lagi.
"Ya saya tidak mau tanda tangan saya diminta Anda. Itu hak paten saya. Wong tanda tangan kok diminta," kata sang dosen.
"Terus gimana dong Pak?"
"Begini, sekarang Anda saya tanya. Tanda tangan Anda seperti apa?"
Si mahasiswa pun menunjukkan tanda tangannya kepada dosen.
"Kalau tanda tangan Anda saya minta berarti tanda tangan Anda adalah hak paten saya. Jadi, Anda sudah tidak punya hak atas tanda tangan Anda, karena sudah jadi milik saya. Mau saya minta tanda tangan Anda?" tanya sang dosen.
"Nggak lah Pak. Kalau gitu, saya musti bagaimana Pak?"
"Mestinya yang diminta itu adalah kesediaan saya untuk menandatangani berkas-berkas yang Anda bawa itu. Bukan meminta tanda tangan saya."
"Ah Bapak, gitu aja kok repot!" seloroh si mahasiswa.
"Lah Anda juga, repot kok gitu aja!" sergah sang dosen.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H