Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bangsa yang Kehilangan Sejarah (Bagian 01)

7 Agustus 2022   12:16 Diperbarui: 7 Agustus 2022   12:35 1228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai di sini, tombol jeda yang terpampang di sudut kanan bawah kotak layar tayangan video YouTube saya pencet dengan pointer. Saya mesti mengangkat cangkir kopi dan sedikit menyeruputnya. Sembari menyeruput, saya pun berusaha mencerna apa yang dimaksud dengan istilah regenerasi yang diajukan Prof. Manu. 

Sebab, kalau berdasarkan istilah perkamusan, regenerasi semakna dengan peremajaan alias pergantian generasi tua kepada generasi muda. Secara khusus, istilah ini juga bertalian dengan bidang biologi yang diartikan sebagai penggantian alat yang rusak atau yang hilang dengan pembentukan jaringan sel baru.

Jika merujuk pada peristilahan bidang biologi, maka regenerasi terjadi tidak mengubah sistem. Tidak pula mengubah bentuk. Regenerasi juga terjadi secara alamiah. Akan tetapi, regenerasi hanya sebuah upaya memperbaiki kerja organ supaya berjalan sesuai kodratnya melalui proses pembentukan jaringan sel baru. 

Dengan pengibaratan seperti itu, anggaplah kerajaan adalah organ tubuh manusia. Maka, peralihan kekuasaan pada masa itu saya imajinasikan sebagai proses pergantian kekuasaan yang tidak mengubah bentuk dan sistemnya. Pergantian itu hanya dilakukan pada elemen-elemen dasar yang mendorong perbaikan-perbaikan kerja dan menjaga keseimbangan dan keselarasan.

Meski begitu, kalau masih merujuk pada peristilahan bidang biologi, regenerasi terjadi secara periodik. Sebagaimana yang terjadi pada sel darah puih. Regenerasi sel darah putih terjadi tiap dua hari sekali. Sel darah putih lama mati, digantikan dengan sel darah putih yang baru. Maka, 9 raja boleh jadi adalah hitungan periodik yang menjadi dasar dari proses peralihan kekuasaan itu.

Saya kembali melanjutkan tontonan saya di layar. Tombol play saya pencet lagi. Romo Manu melanjutkan tuturannya.

Seperti diungkapkan Romo Manu, pergantian atau peralihan kekuasaan pada masa itu dilangsungkan secara damai. Tidak sampai menimbulkan kekisruhan di masyarakat. Tidak pula melibatkan masyarakat bawah untuk ikut dalam peralihan itu. Maka, perpecahan di antara rakyat pun dapat dihindarkan. Bahkan, oleh Romo Manu disebutkan, perpecahan di antara para raja sendiri pun tidak terjadi. Semua dilaksanakan dengan tingkat kesadaran yang setara, sama-sama tingginya.

Tak heran jika perspektif orang masa kini yang menganggap bahwa pergantian kekuasaan di masa itu dilakukan dengan menumpahkan darah di antara para raja dibantah pula oleh Romo Manu. Katanya, tidak ada aksi bunuh-membunuh di antara para raja. 

Saya tergelegak mendengar keterangan itu. Sebab, kisah-kisah peralihan kekuasaan para raja, oleh guru-guru sejarah saya dulu, selalu dikisahkan dengan pertumpahan darah di antara mereka seperti yang terjadi pada Ken Arok. Atau seperti pada kisah Raden Patah saat meminta kemerdekaan atas Kesultanan Demak dari Majapahit. Meski tak ada darah raja yang tertumpah, kisah-kisah tentang Demak kerap dikaitkan dengan penggulingan kekuasaan Majapahit.

Saya makin kepo. Bagaimana bisa hal-hal semacam itu dilewatkan dan dianggap tidak pernah ada? Ah! Saya sempat berprasangka, apa yang disampaikan Romo Manu tak cukup kuat. Tetapi, prasangka itu buru-buru saya ringkus dari pikiran. 

Saya tak ingin menyimpulkan terlalu dini atas apa-apa yang belum tuntas diungkapkan Romo Manu. Begitu juga dengan tulisan ini, masih belum tuntas. Namun, saat ini saya mesti memungkasi tulisan ini sampai di sini. Untuk memberi jeda, memberi masa istirahat sejenak pada pikiran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun