Memang, secara sepintas, cara itu akan dipandang tidak menguntungkan. Akan tetapi, melalui anjuran itu Rasulullah bermaksud menyampaikan, jika seorang pedagang itu mesti pandai-pandai memikat hati pembelinya. Tentu, dengan cara-cara yang benar dan baik. Ungkapan imbuh tidak semata-mata melebihkan timbangan. Akan tetapi, bisa juga berupa pelayanan yang membuat pembeli merasa nyaman dan senang.
Mulai dari penampilan yang baik. Wajah yang dipenuhi senyum ramah. Tidak segan-segan untuk berkomunikasi dengan baik dan cerdas. Menunjukkan semangat dan etos yang tinggi di hadapan pembeli. Tidak memonopoli. Juga bersikap melayani dan menghindari perdebatan dengan pembeli saat tawar-menawar harga. Sementara keuntungan, pungutlah secukupnya. Tidak terlalu banyak, juga tidak terlalu sedikit.
Cara-cara itu, apabila dilakukan dengan kesungguhan, insya Allah akan mendatangkan berkah. Selain itu, dalam istilah marketing masa kini, cara itu akan menaikkan citra diri pedagang atau personal image branding. Namun, perlu ditekankan pula, bahwa kegiatan ekonomi sejatinya mesti dilandasi nilai rasa. Dengan begitu, etika atau akhlak pun akan terjaga.
Sebagai catatan, selain sebagai bagian dari cara memperoleh penghasilan, berniaga pada dasarnya merupakan sarana manusia untuk saling mengenal satu sama lain. Melalui perniagaan, seseorang akan memiliki kesempatan untuk menambah jalinan pertemanan dan persaudaraan. Dengan begitu, akan ada banyak peluang pula untuk menjalin kerja sama di antara sesama.Â
Sebab, prinsip dasar ekonomi adalah mengupayakan persebaran kesejahteraan di antara umat manusia melalui usaha pemenuhan kebutuhan hidup. Dengan demikian, ekonomi bukan sekadar menghitung laba dan rugi. Melainkan, mengupayakan terwujudnya tatanan yang gemah ripah loh jinawi tata tentrem kertaraharja, baldatun thayyibun wa rabbun ghafur.
Wallahu a'lam bish-shawab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H