Hal lain yang juga perlu diperhatikan, adalah tentang jarak bahasa. Seperti kita tahu, zaman rupanya cepat berubah. Perubahan ini juga berdampak pada perubahan gaya ungkap dan cara manusia berkomunikasi.
Sebagai misal, masih ingat kan ketika era SMS mulai marak berkembang? Apa yang terjadi saat itu?
Saat itu, orang-orang yang hidup di masa surat-menyurat cukup kerepotan membaca pesan singkat via hp. Apalagi ada banyak kata yang disingkat, tidak ada spasi, dan sebagainya.
Lantas, banyak dari para pembaca surat cinta merasa kerepotan memahami isi pesan singkat anak-anak mereka yang tumbuh menjadi remaja. Maka, generasi surat cinta ini pun akhirnya harus memaksa diri untuk belajar cara berkomunikasi dengan gaya yang sama sekali baru untuk ukuran mereka.
Kira-kira, seperti itulah tujuan dan guna pengkajian fiksi. Tetapi, ada hal yang lebih dalam lagi. Lewat penelitian dan kajian cerita fiksi itu, seseorang akan terbantu untuk mengerti banyak hal. Terutama, fakta-fakta apa yang tersembunyi di balik cerita-cerita fiksi yang ditulis sang pengarang.Â
Pembaca juga akan terbantu dalam usahanya menemukan nilai-nilai apa yang tengah ditawarkan oleh kisah-kisah itu. Dan, masih banyak lagi yang lainnya. Itulah alasan mengapa cerita fiksi perlu diteliti dan dikaji. Setidaknya, seperti yang dituliskan oleh Robert Stanton.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H