Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sastra Jawa Kuno dalam Relief Candi

5 September 2021   04:06 Diperbarui: 5 September 2021   05:41 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal serupa terjadi pula pada relief cerita Bhubuksah-Gagangaking yang penggubahnya anonim. Beberapa adegan dalam kisah itu dipahatkan pada candi-candi tertentu, dan menjadi ikon yang mengacu pada karya sastranya. Kisah Bhubuksah-Gagangaking merupakan karangan pujangga Jawa Kuno sendiri. Setting dan tema cerita benar-benar asli gubahan lokal, bukan saduran dari suatu cerita India.

Dalam proses penandaan selanjutnya, Agus Aris Munandar juga menemukan adanya simbol pada relief-relief itu. Meski begitu, kemunculan ikon dan indeks juga ada. Namun, sebagai simbol---terutama pada kisah Arjunawiwaha---tokoh Arjuna merupakan simbol yang dinyatakan layak dijadikan contoh oleh manusia. Arjuna menjadi simbol berbagai kebaikan.

Fragmen relief Garudeya, mengacu karya sastra Jawa Kuno Adi Parwa, jilid pertama Mahabharata. Melalui fragmen ini tersingkap pula bahwa relief cerita Garudeya melahirkan simbol, ikon, indeks, dan simbol lagi. Makna yang dapat ditafsirkan dari cerita ini, baik berupa karya sastra atau pun dalam bentuk relief adalah (1) anjuran agar manusia bersungguh-sungguh dalam melaksanakan kebaikan, serta (2) perjuangan untuk membebaskan kutukan dan perbudakan. Kedua makna tersebut terlihat melalui apa yang dilakukan Garuda dalam kisah itu.

Pada fragmen relief kisah Panji, konsep fisik fragmen relief cerita Panji mengacu pada karya sastranya sebagai sumber cerita. Kisah Panji sebagai karya sastra mengacu pada tema penting tentang kesatrya Jawa Kuno. Tokoh Panji digambarkan sebagai tokoh yang setia pada tugasnya, lemah lembut, sakti, menghayati kesenian, memahami ajaran keagamaan, dan lainnya lagi.

Ada dugaan, konsep ideal ini mengacu pada perilaku tokoh sejarah tertentu---mungkin tokoh seorang putra mahkota, seperti Raden Inu (Panji)---atau raja di masa silam. R.M.Ng.Poerbatjaraka pernah berpendapat bahwa kisah Panji digubah sekitar tahun tahun 1400 M. Hal yang nyata terlihat dalam cerita-cerita Panji adalah digambarkannya dunia keraton dengan suasana Jawa-Bali, bukannya suasana keraton-keraton India yang tidak dikenal oleh para pengarangnya (Zoetmulder 1983). Maka, bisa jadi kisah Panji sebenarnya mengacu pada suatu kehidupan nyata dunia keraton Jawa kuno.

Meski begitu, konsep kesatrya ideal yang ditampilkan pada tokoh Panji sangat sukar untuk dilaksanakan. Segala nilai positif yang hadir dalam kisah-kisah Panji dapatlah dikembalikan pada sifat-sifat baik dari dewa-dewa tertentu dalam Hinduisme. Tokoh Panji identik dengan sifat Bhattara Guru (Siwa Mahadewa), Wisnu, Saraswati (dewi kesenian), Indra, dewa Kamajaya, dan masih banyak yang lainnya. Dengan demikian kisah Panji bermakna kisah tentang kebajikan-kebajikan para dewa yang mengejawantah pada tokoh pangeran dari Kahuripan, yaitu Raden Inu Kertapati (Panji).

Pada dasarnya, setiap karya sastra Jawa Kuno yang digubah sudah tentu mempunyai makna tersendiri dalam lingkungan masyarakat pendukungnya. Dengan demikian setiap karya sastra Jawa Kuno jangan lagi hanya dipandang sebagai karya yang bernilai keagamaan saja, apalagi jika ada pandangan yang menganggap hanya sebagai "karya seni bahasa" saja, karena dari beberapa contoh pembicaraan dengan proses semiosis karya sastra itu dapat ditafsirkan secara lebih dalam lagi maknanya. Demikian, ditulis Agus Aris Munandar, pada bagian akhir artikel yang diterbitkan Jurnal Makara, Sosial Humaniora, Vol.8, No.2, Agustus 2004, yang membuat saya terkesan. Terima kasih Pak Agus Aris Munandar, atas ilmu yang dibagikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun