"Nggak," jawab Umi Aida.
Spontan Opix memeragakan gaya tokek betina dengan suara mendesah. Seketika itu pula, pecah tawa kami dan juga Umi Aida. Gerrr suasana.
"Ya mungkin aja karena nggak ketahuan kalau pas si betina bersuara," seloroh saya setelah melepas tawa, yang disusul tawa ngakak Opix. Pecah lagi tawa kami memenuhi studio.
Di sela-sela tawa, saya bilang, "Ya siapa tahu pas si betina bersuara itu orang-orang di rumah sudah pada pulas tidur. Jadi, ya nggak konangan."
Tawa pecah lagi. Si Opix menimpal, "Iya ya, mungkin nunggu orang pada tidur dulu baru bersuara. Wis turu durung, wis turu durung, njur nembe gelem muni."
Umi Aida tak mau ketinggalan, ia ikut menyela, "Iya ya... bisa jadi gitu. Pas kitanya tidur si betinya baru bersuara. Mungkin malu kalau ketahuan orang."
Kami tambah ngakak.
Begitu selesai ngakak, saya bilang, "Perlu tuh diselidiki. Pas ada suara tokek, diuber tuh tokeknya. Tanyain, itu yang bersuara cowok apa cewek?"
"Iya, seumpama yang bersuara ternyata ceweknya, dibilangin aja, lha katanya kamu nggak bersuara. Lha kok malah bersuara?" timpal Opix.
"Wah malah sok nggak mau bersuara, Mas. Kan malu," kata Umi Aida.
Dhuuuh duh. Bener-bener ini suatu pengetahuan baru buat kami. Sekalipun mungkin nggak ngilmiah, tapi cukuplah menghibur. Ya, bagi saya, pengetahuan itu mestinya bisa memberi hiburan tersendiri. Nggak melulu harus yang bikin spaneng.