4. Penyebab kegagalan keempat adalah kurang antusias pemimpin. Jika pemimpin tidak bersemangat tentang apa yang akan dilakukanyan, jangan berharap orang lain juga. Setiap pemimpin dapat memberikan perintah dan memberi tahu orang-orang apa yang harus dilakukan. Itu tidak berarti tim berada di halaman yang sama dengan pemimpin. Antusiasme itu menular. Jika pemimpin ingin timnya antusias, pahami itu dimulai dari anda seorang pemimpin.
5. Penyebab kegagalan kelima adalah tidak terbuka dalam menerima kritik dan saran. Banyak pemimpin berhasil menjadi pembicara yang baik tetapi tidak bisa menjadi pendengar yang baik. Ini biasanya terjadi karena keengganan mereka menghadapi anggota yang melawan arahan mereka ketika tim sedang menjalankan proyek yang sudah mendekati tenggat waktu. Tapi ingat, karena tidak ada kesempatan untuk memberikan masukan, mereka akan selalu menunggu waktu untuk menyerang dan memberikan saran.
6. Penyebab kegagalan keenam adalah adanya tindak kecurangan yang dilakukan pemimpin perusahaan, seperti korupsi keuntungan perusahaan, memanipulasi data demi kepentingan pribadi, menyelewengkan anggara perusahaan yang sangat disayangkan sekali sosok pemimpin yang harusnya menjadi panutan bagi bawahannya malah melakukan tindak kecurangan yang merugikan banyak pihak tersebut.
Pada kesempatan kali ini saya akan memberikan contoh kegagalan pada kepempipinan perusahaan Uber Technologies, Inc.
Deretan skandal dan pemberitaan buruk mengenai kelakukan Chief Executive Officer (CEO) Uber yaitu Travis Kalanick rupanya membuat deretan direksi Uber gerah. Kelakuannya bahkan disebut-sebut sebagai toxic perusahaan. Kalanick telah memimpin Uber Technologies, Inc sejak pertama didirikan pada 2009. Namun, banyaknya pemberitaan buruk dari publik mengenai kepemimpinan Kalanick mendorong investor Uber bersama-sama untuk meminta perombakan kepemimpinan di Uber. Desakan ini lantas berujung pada mundurnya Kalanick dari kursi CEO Uber yang telah dibangunnya selama 10 tahun yang diumumkan pada 31 Desember 2019.
Serangkaian skandal sekaligus akar masalah berkali-kali terjadi di perusahaan berbasis di San Francisco ini. Mulai dari tuduhan pelanggaran data privasi pengguna, konflik Kalanick dengan supir Uber yang berujung perdebatan hingga videonya viral di dunia maya, pelecehan seksual di lingkungan kantor Uber yang diungkap oleh mantan karyawa Uber yaitu Susan Flower dalam blog yang ia tulis dan ia pun sudah mencoba menindaklajuti kasus pelecahan itu namun tidak ada tanggapan dari Uber, tempat ia bekerja tersebut.
Dalam sebuah email kepada staf Selasa setelah publikasi video konfliknya dengan supir uber yang bernama Fawzi Kamel viral di dunia maya. Kalanick meminta maaf kepada Kamel karena memperlakukannya dengan tidak hormat. “Mengatakan bahwa saya malu adalah pernyataan yang sangat ekstrem,” tulis Kalanick. “Tugas saya sebagai pemimpin Anda adalah memimpin dan itu dimulai dengan berperilaku dengan cara yang membuat kita semua bangga. Bukan itu yang saya lakukan, dan itu tidak bisa dijelaskan. Jelas video ini adalah cerminan saya dan kritik yang kami terima adalah pengingat bahwa saya harus berubah secara mendasar sebagai seorang pemimpin dan tumbuh dewasa. Ini adalah pertama kalinya saya bersedia mengakui bahwa saya membutuhkan bantuan kepemimpinan dan saya bermaksud untuk mendapatkannya".
Dari situlah tercermin kepribadian Chief Executive Officer (CEO) Uber yaitu Travis Kalanick sebagai seoang pemimpin mempunyai sifat yang sangat tempramental hingga berujung konflik dengan salah satu supir Uber sendiri, ia juga tidak mau menerima kritik dan saran dari supir uber terseut terkait kenaikan harga pada uber yang dirasa kurang tepat.
Sebagai seorang CEO, Kalanikck sangat tidak mendengarkan keluhan dan pengaduan dari karyawan-karyawannya, ini terlihat dari laporan mantan karyawannya yaitu Susan Flower yang mengalami pelecehan seksual di kantor uber namun tidak ada tanggapan sama sekali hingga membuat Susan keluar dari Uber.
Pertanyaan saya, sampai kapan para pemimpin merasa dirinya paling berkuasa sehingga dengan mudahnya bersikap buruk pada bahawannya, tidak mau menerima kritik dan saran dari bawahannya, bahkan jarang sekali aware dan care dengan bawahannya. Hanya mementingkan kepentingan pribadinya sebagai atasan, mementingan jabatannya dan bagaimana cara mempertahankan jabatannya tersebut padahal yang terutama harus dipertahankan adalah rasa kepercayaan karyawan kepada pemimpin dan perusahaan yang akan menimbulkan loyalitas karyawan pada perusahaan tersebut sehingga berujung pada kesukesesan baik dari pemimpin dan perusahaanya