Mohon tunggu...
Ribkakatherina
Ribkakatherina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Always the spirit!

There is no turning back

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Perubahan Krisis Iklim Membuat Manusia Dapat Punah di Tahun 2050? Melihat Seberapa Peduli Kita dengan Lingkungan

29 Juni 2021   12:29 Diperbarui: 29 Juni 2021   12:41 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

      Ada sebuah kabar yang memprediksi kepunahan manusia yang akan terjadi 30 tahun mendatang, atau lebih tepatnya pada tahun 2050 dan semuanya ini adalah laporan serta adanya fakta yang dapat dibuktikan. Dimana hal itu terjadi karena dampak dari perubahan krisis iklim dan adanya pemanasan global yang melanda bumi. 

      Laporan tersebut menyatakan bahwa di mana manusia menghadapi kehancuran dalam tiga dekade jika tidak ada aksi untuk dilakukannya pencegahan.

            Laporan penelitian itu berasal dari Breakthrough National Centre for Climate Restoration, lembaga think tank yang berfokus pada kebijakan iklim dengan judul Existential Climate-Related Security Risk: A Scenario Approach oleh David Spratt dan Ian Dunlop.

            Pada laporan ini, mereka memprediksi dan menggarisbawahi skenario kepunahan dimana manusia tidak mampu lagi untuk bertahan hidup pada akhir 2050. Bahkan mereka berpendapat bahwa manusia sedang berada pada situasi yang unik, dengan suhu tinggi yang belum pernah dirasakan sebelumnya serta jumlah populasi penduduk bumi yang semakin bertambah dan diperkirakan hampir delapan miliar orang.

            Dilansir dari Kabar Besuki dari Daily Mail, menurut penelitian, para ilmuan percaya bahwa masalah perubahan iklim akan sangat mempengaruhi Bumi dalam waktu dekat.  Terlebih lagi terjadi  krisis iklim yang lebih besar bahkan pembuktian itu benar adanya, seperti peningkatan suhu secara global, naiknya suhu lautan, kenaikan tinggi permukaan laut, berkurangnya lapisan lapisan es (gletser) di penggunungan, serta meningkatnya frekuensi kejadian cuaca ekstrem.

            Dilansir dari CNN Indonesia, Bahkan di tengah pandemi covid-19, perubahan iklim masih terjadi. Terutama pada kosentrasi gas rumah kaca di atmosfer yang berada pada tingkat rekor dan terus meningkat.

            Akibatnya Perubahan Iklim tidak hanya berdampak pada kenaikan suhu bumi yang semakin panas tetapi juga mengubah sistem iklim yang mempengaruhi berbagai aspek pada perubahan alam dan kehidupan manusia, seperti berkurangnya dan menurunnya kualitas dan kuantitas air, habitat, hutan, kesehatan, lahan pertanian, kekeringan, ekosistem wilayah pesisir serta bencana alam lainnya yang bisa saja terjadi kedepannya walau sebagian besar sudah terjadi. Bahkan sebagian besar terjadi karena aktivitas manusia sendiri yang masih banyak kurangnya mempedulikan lingkungan, contohnya membuang sampah sembarangan, suatu hal kecil yang bisa berdampak sangat buruk bagi kehidupan manusia.

            Kondisi tersebut akan dapat terjadi dan semakin parah di tahun 2050. Berdasarkan hal itulah para ilmuan kemudian meneliti "Skenario 2050" dimana manusia menghadapi kehancuran dalam tiga dekade, yaitu;

Dekade Pertama : 2020 -- 2030

Pemimpin dunia yang gagal bertindak untuk menjaga Bumi dari kenaikan suhu. Suatu studi menyebutkan bahwa kadar karbondioksida telah mencapai 437 ppm. Planet bumi sendiri sudah menghangat sekitar 1,6 derajat Celsius atau 2,8 derajat Fahrenheit.

Dekade Kedua : 2030 -- 2050

Pada tahun 2030 terjadi puncak emisi kemudian perlahan berkurang. Namun tetap terjadi umpan balik siklus karbon dan penggunaan bahan bakar fosil yang berkelanjutan sehingga diperkirakan suhu akan naik sekitar 3 derajat Celsius dan akan terjadi kurangnya lapisan es, cuaca ekstrem, kebakaran hutan, kekeringan, gelombang panas dan tidak ada musim hujan di Asia bahkan Indonesia.

Dekade Ketiga : 2050

Pada tahun inilah diperkirakan akan ada konsensus ilmiah terkait titik kritis lapisan es di Greenland dan Antartika Barat dengan pemanasan 2 derajat Celsius. Pada dekade ini, dampaknya terhadap manusia sudah tidak bisa disangkal lagi.

Sebanyak 55% populasi global akan menjadi subyek dan panas mematikan selama 20 hari. Selama hari-hari itu manusia akan sulit bertahan dalam kondisi tersebut.

Berdasarkan hal diatas, dapat menimbulkan masalah di setiap negara di dunia dan akan berdampak juga pada keamanan nasional. Adanya wabah penyakit serta kelaparan dan memicu konflik bersenjata antarnegara hingga menjadi perang nuklir.

            Maka demikian, sebelum semua itu terjadi, kita masih bisa dapat merubahnya sekarang dengan mulailah belajar peduli lingkungan dari hal -- hal yang kecil, seperti mengurangi penggunaan barang yang dapat merusak lingkungan dan lain sebagainya agar kita dapat menjaga Bumi untuk di masa depan.

Penulis  : Ribkah Katherina .S

DAFTAR PUSTAKA

 

Hardita, Yayang. (2021). Manusia Akan Punah Pada Tahun 2050 Akibat Krisis Iklim, Akan Terjadi Panas Mematikan di Tahun Tersebut. Diakses pada tanggal 22 Juni 2021.

Ikhsan, M. (2021). Perubahan Iklim yang Masih Menjadi Momok di Tengah Covid-19. Diakses pada tanggal 22 Juni 2021.

Makkatutu, Irhyl. (2019). Mencemaskan, Skenario Kepunahan Manusia Sedang Berlangsung. Diakses pada tanggal 22 Juni 2021.

Day, Bang. (2019). Bukti Bahwa Perubahan Iklim Benar Terjadi. Diakses pada tanggal 22 Juni 2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun