Dalam penerapan budaya risiko di dalam perusahaan juga membutuhkan sebuah komitmen bersama. Komitmen ini mencakup komitmen manajemen dalam tataran organisasi, dan komitmen karyawan dalam tataran individu dimana keduanya menuju perubahan perilaku.
Penerapan budaya risiko diperusahaan bisa dikatakan berjalan dengan baik apabila adanya sikap konsisten dari pimpinan dan senior terkait mengambil dan menghindari risiko, komitmen terhadap prinsip-prinsip etika, pengelolaan risiko secara berkelanjutan serta akuntabilitas pemilik risiko, transparan dan informasi risiko tepat, adanya perspektif keragaman dalam budaya risiko, adanya sistem komunikasi yang baik, serta keselarasan pengelolaan risiko, dan sebagainya.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam mensosialisasikan budaya risiko oleh manajemen perusahaan, yaitu:
- Apakah budaya risiko saat ini di perusahaan sudah berjalan baik dan bagaimana meningkatkan manajemen risiko ke dalam budaya perusahaan?
- Bagaimana merubah budaya tidak perduli dengan risiko menjadi budaya perduli dengan risiko?
- Bagaimana budaya risiko perusahaan menjadi kekuatan perusahaan dalam menghadapi persaingan?
Dalam menerapkan kerangka kerja budaya risiko, perusahaan dapat memulainya dengan langkah awal memberi pemahaman mengenai risiko dan manfaatnya, setelah itu  membentuk etika karyawan, lalu membentuk lingkungan kerja yang mendukung, kemudian meningkatkan penerapan budaya perusahaan, dan langkah terakhir adalah dengan membentuk dan menerapkan budaya risiko.
Untuk mengubah perilaku dalam membentuk budaya risiko, maka terdapat langkah yang dapat di lakukan, yaitu:
1. Tahu
Untuk membuat setiap orang menjadi tahu, maka diperlukan sosialisasi. Sosialisasi ini penting, karena tanpa adanya sosialisasi mereka tidak pernah tahu akan adanya risiko yang ada di organisasi tersebut, dan tidak akan pernah ada yang namanya suatu perubahan.
2. Sadar
Setelah semua orang menjadi tahu, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah membentuk kesadaran. Untuk membuat setiap orang dalam organisasi memiliki kesadaran, maka membangun kesadaran ini dapat dilakukan perusahaan dengan memberitahu bahwa selalu ada manfaat dan bahaya akan risiko yang dihadapinya.
3. Mampu
Setelah semua orang sadar, maka dibutuhkan sebuah kemampuan melalui pelatihan. Hal ini dikarenakan dalam upaya peningkatan budaya manajemen risiko, perusahaan harus memastikan sumber daya manusia yang ada memiliki kapabilitas yang memadai terkait pemahaman dan kemampuan terkait risk based thinking dalam melakukan pengambilan keputusan atas suatu kegiatan yang tidak lepas dari adanya peluang dan ancaman.
4. MauÂ
Setelah semua orang dalam organisasi tahu, sadar, dan mampu maka langkah puncak dalam perilaku untuk membentuk budaya risiko adalah dengan membentuk sebuah kemauan. Tanpa adanya kemauan untuk berubah maka perubahan dalam bentuk action tidak akan pernah terjadi secara nyata dan semua langkah yang sebelumnya sudah dilakukan hanyalah sebuah kesia-siaan belaka. Agar semua orang mau menerapkan apa yang telah terbentuk maka perusahaan perlu memberikan dorongan. Dorogan ini dapat berupa penghargaan bagi yang menjalankannya dan hukuman bagi yang melanggarnya. Â
Dari serangkaian langkah diatas yang membentuk perubahan pola pikir dan perilaku dalam perusahaan tersebut, barulah budaya risiko dapat terjadi. Sebuah manajemen yang menempatkan pentingnya budaya risiko memiliki tujuan untuk menciptakan dan menerapkan manajemen risiko dengan benar dan tepat di seluruh perusahaan. Jadi, Sudah seharusnya setiap perusahaan menempatkan budaya risiko menjadi bagian penting dari budaya perusahaan, sehingga kedepannya akan memudahkan dalam menerapkan manajemen risiko di perusahaan secara efisien dan efektif.Â