Kebiasaan disiplin ketiga yaitu bertindak selaras dengan tujuan jangka panjang, terlepas dari apa yang Anda rasakan saat ini. Tak ada yang menyenangkan tentang itu. Butuh banyak usaha, dan pilihan mudahnya adalah berhenti berusaha sama sekali.
Anda tak ingin bangun Sabtu pagi setelah melakukan kerja selama 50-60 jam seminggu. Itulah hal terakhir yang ingin Anda lakukan. Tapi Anda harus mengingatkan diri sendiri, bahwa tak ada alasan untuk bangun pada hari Sabtu pagi jika tak ada urusan bisnis.
Itu karena Anda tak mau, karena Anda ingin terus membangun visi itu. Bagi Anda, inti dari menunda kesenangan jangka pendek adalah untuk memiliki masa depan yang cerah, sehingga Anda berharap banyak, bahwa Anda ingin bekerja tiap hari untuk menuju tujuan itu.
Mengelola waktu secara religius
Kebiasaan kelima dari orang disiplin adalah manajemen waktu secara religius. Apa yang Anda temukan bahwa orang disiplin benar-benar teliti dan religius tentang bagaimana mereka menyusun waktu. Jika dibuat jadwal, Anda akan melakukannya, karena selalu melihatnya di kalender.
Anda tak akan pulang jam 7:00 malam sambil bertanya-tanya, "Apa yang harus saya lakukan?" Tanpa disiplin dalam mengendalikan waktu, sangat sulit saat Anda pulang dengan sisa waktu banyak dan tak yakin apa yang harus Anda lakukan.
Bahkan jika Anda paling disiplin, tapi tak ada fokus, bagaimana Anda bisa mencapai titik akhir yang menjadi tujuan. Anda bisa menerapkannya pada kesehatan, apa yang Anda makan, menulis buku, memiliki hubungan yang lebih baik, atau hanya menjadi orang yang bahagia.
Mengambil tanggung jawab 100% untuk semua hasil
Kebanyakan orang sukses, paling disiplin, mengambil tanggung jawab pribadi untuk hidup mereka. Sulit memperbaiki diri dan mengubah diri jika menyalahkan dunia atas semua masalah. Anda bisa menyalahkan sepanjang hari, menangis dan mengerang, tapi di penghujung hari, hidup akan sama.
Kebiasaan keempat yaitu mengambil tanggung jawab 100% untuk hidup Anda. Ketika bekerja, Anda mengeluh karena dibayar sedikit meski lebih berkualitas, pintar, dan punya kepribadian. Seperti, Anda hebat dalam mengkalkulasi peluang lewat software penjualan, tapi mendapat gaji rendah.
Jika sesuatu terjadi dalam bisnis, jika Anda mendapat umpan balik negatif atau jika ada sesuatu yang terjadi dengan kesehatan, anggap itu salah Anda, karena hal itu bisa memicu kemampuan untuk memperbaiki diri. Jika menyalahkan Tuhan, gen, orang tua, itu akan mudah, bukan?