Seorang anak dilahirkan ke dunia ini dengan begitu banyak kelebihan yang dimilikinya daripada semua Mahluk ciptaan Allah. Dengan kebesaran-Nya, Allahpun menciptakan si anak dengan berbagai macam kepribadian dan sifat. Ada yang ceria, ada yang pendiam, ada yang sederhana dan lain-lainnya. Sebuah kesyukuran besar yang perlu dipanjatkan karena penciptaan manusia dengan berbeda untuk membuat dunia ini menjadi lebih indah dan seimbang.
Seorang anak adalah anugerah terindah dalam sebuah pernikahan. Tanggung jawab orang tualah yang harus mendidik dan memberikan warna bagi dirinya kelak. Namun, terkadang beberapa orang tua memaksakan si anak untuk dewasa sebelum waktunya. Bahkan seakan ingin mengubahnya menjadi "robot" orang tua. Terlalu over protektif, sering juga terlalu memudahkan..
Saat pembicaraan orang tua melihat perkembangan anak yang menurut segala kemauan orang tua, melihat si anak kemudian jarang berbicara dan bersifat pasif,,,itupun segera diacungi jempol sebagai anak yang sabar. Disisi lain saat ada anak yang hyper aktif, kemana-mana kerjaannya melompat dan berteriak, itupun segera di tandai sebagai anak yang nakal....
Entah apakah kebanyakan orang tua pernah membaca cerita nyata seorang Psikolog anak yang juga penulis bermana Torey Hayden, terlalu banyak ia memaparkan kondisi psikologis anak yang sering dipuji sebagai "anak sabar"Â ternyata lebih cenderung memiliki sifat Psikopat. Entah apakah para orang tua pernah menyempatkan diri mereka untuk membaca sejarah nyata para pembesar dan orang-orang hebat di dunia ini, rata-rata mereka di cap nakal sewaktu kecil dan mereka adalah anak-anak yang berbeda dari kebanyakan anak-anak lain.
Terlalu mudah bagi sebagian orang tua untuk mencap anak sebagai "nakal" saat anak mulai memberontak. Pernahkah terfikir ketika orang tua mulai sering tidak jujur pada hal kecil kepada anak, si anakpun akan mulai belajar untuk menjadi pembohong. Atau saat orang tua sudah terlalu sering berkata-kata kasar kepada anak dengan semua larangan-larangan dan petuahnya, kemungkinan besar si anak akan belajar memaki.
Jadi sebenarnya sangat sederhana untuk memaknai kata " Durhaka", sepenuhnya tidak berada pada sisi anak. Terkadang "durhaka" itu tanpa sengaja diciptakan sendiri oleh orang tua dengan proses didikan mereka terhadap anak. Bukankah adil ketika Allah mengatakan bahwa di akhirat nanti si ayah akan ditagih tanggung jawabnya atas didikan dan bentukan anaknya ketika di dunia.
Wassalam....
Ria Supratman
Wednesday, 16 March 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H