Mohon tunggu...
Ria Siti Juairiah
Ria Siti Juairiah Mohon Tunggu... Freelancer - Psychology Enthusiast

Menulis adalah tentang memandang hidup dengan sudut pandang yang lebih asyik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Achmad Noe'man: Letnan Asal Garut, Perancang Mimbar Al Aqsha

12 Oktober 2019   09:45 Diperbarui: 12 Oktober 2019   10:07 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Achmad Noe'man memiliki latar belakang keluarga pendiri Muhammadiyah Garut. Dibekali ilmu agama yang kental sejak kecil membuatnya memiliki keinginan besar untuk membangun masjid-masjid di Indonesia. Tak terhitung berapa banyak arsitektur masjid yang pernah ia bangun, toh ia sendiri tak pernah repot-repot mengingat dan menghitungnya.

Perancangan itu sekaligus ditujukannya sebagai jalan untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam. Ia meleburkan kreativitas, kecerdasan ilmu pengetahuan dan keagamaan untuk memperkenalkan Islam pada dunia.

Dan benar saja, dengan masjid-masjid menakjubkan yang ia buat selama ini, Islam jadi terasa sebagai agama yang agung dan indah. Ia juga berhasil menyatukan seluruh kalangan atas, menengah maupun bawah untuk mengarah kiblat yang sama di masjid-masjid yang dirancangnya.

Seorang Letnan Dua

Mungkin sebagian dari kalian sedikit menggumam, ini beneran Letnan Dua? Letnan yang di militer itu? Nyatanya, iya. Sebagai seseorang yang lahir ditengah penjajahan dua negara di Indonesia, tokoh berkacamata bulat ini juga memiliki rasa pengabdian yang tinggi untuk kemerdekaan Indonesia. 

Gelar Letnan Dua disandangnya saat ia ikut serta dalam Corps Polisi Militer (CPM) untuk memperjuangkan penyerahan kekuasaan dari Belanda ke Indonesia.

Tapi ternyata, ia hanya bertahan hingga tahun 1953 di bidang ini, karena seterusnya ia banting stir ke bidang yang menjadi minatnya sejak kecil.

Seorang Arsitek Fenomenal

Minatnya tak lain adalah menjadi seorang arsitek. Hal ini membuktikan bahwa perbedaan profesi dan bidang yang ia geluti tidak pernah menyurutkannya untuk terus belajar mengenai ilmu arsitektur. Di usianya yang menanjak 28 tahun, akhirnya ia kembali kebangku kuliah di ITB untuk mempelajari seluk beluk perancangan bangunan.

Magister di Amerika Serikat


Ketekunannya mengambil kuliah ini terbukti dengan dikirimnya ia untuk melanjutkan program master di Kentucky, Amerika Serikat. Tetapi dimasa ini, karakter tulusnya kembali terlihat dengan pilihan penolakan yang ia lakukan. Saat itu, ia lebih memilih menjadi dosen pengajar di kampus almameternya. Kemudian dari titik inilah, cerita panjang seorang arsitek dari Garut ini dimulai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun