Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Istiqlal", Hangatnya Pesan Toleransi dan Relasi Ayah-Anak

7 April 2024   00:35 Diperbarui: 7 April 2024   00:47 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ngabuburit Fin Pendek 'Istiqlal" di Museum Penerangan (dok.windhi) 

Menyebut kata Istiqlal, yang langsung terbayang adalah masjid termegah se-Asia Tenggara yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Saat bulan suci ramadan tiba, masjid yang didirikan sejak zaman Presiden Soekarno ini selalu menjadi salah satu tujuan tempat ibadah, termasuk mencari takjil! 

Tentu tidak salah. Berbuka puasa dengan menikmati takjil di Istiqlal merupakan impian banyak orang dari berbagai penjuru negeri. Rela datang dan antri meski rumahnya tak berlokasi di Jakarta. Tidak berkeberatan menginap selama ramadan ataupun sekedar datang pergi untuk iktikaf sepuluh hari terakhir.

Lantaran pernah juga menikmati takjil sekaligus merasakan beribadah bulan ramadan di Istiqlal, senyum langsung muncul saat menyaksikan langsung film pendek Istiqlal yang diadakan komunitas penggemar film Kompasiana (KOMiK).


Sabtu 30 Maret 2024 bertempat di Museum Penerangan (Muspen TMII), berkaitan dengan peringatan Hari Film Nasional, pandangan mata tertuju pada tayangan film pendek "Istiqlal". Deretan penjual takjil di pinggir jalan Ciputat, Tanggerang Selatan, membuka adegan film pendek yang berdurasi 15 menit.   

Menggunakan sepeda motor bebek tua punya engkong, Babe mengomentari wajah anaknya Sobari. "Sob, kenapa muka lo dilipat aje kayak dompet nggak ada isinya lo, Heran, Babe. Senyum dong, kan kita mau bukber di Istiqlal," ucap Babe.

Masjid Istiqlal merupakan tujuan Babe Sukri dan Sobari untuk berbuka puasa. Babe yang dulunya warga Jakarta dengan penuh semangat mengajak Sobari untuk berbuka puasa di Istiqlal.

Sepanjang perjalanan menuju Istiqlal, Babe bercerita mengenai masa lalu. Saat Babe tinggal di Pecenongan, Jakarta Pusat, Engkongnya Sobari sering pergi ke Istiqlal. "Tapi Babe nggak pernah diajak kecuali kalau Babe dapat nilai bagus," kata Babe.   

Dengan penuh senyum, Babe bilang kalau Engkong jago untuk ngumpetin makanan berbuka puasa. Niatnya, buat disimpan makanan sahur. "Kalem sob, ntar buka puasanya di Istiqlal mantap," kata Babe.

Sobari hanya mengangguk-angguk dan mengiyakan perkataan-perkataan Babe. Namun, perjalanan menuju Istiqlal dari Tanggerang Selatan ke pusat kota Jakarta memiliki kisahnya sendiri.

Diskusi 
Diskusi  "Istiqlal "

Pesan Toleransi "Istiqlal"

Banyak penghargaan yang diraih film pendek "Istiqlal"  produksi Kinovia dan Bineka Sinema. Salah satunya dalam  Festival Film Pendek Jakarta 2018. Bertema "Toleransi", film pendek yang disutradari Razny Mahardhika ini menghadirkan 'Istiqlal' yang memang sudah melekat dan terkenal  di Indonesia dan dunia.

Dari segi lokasi, sejak didirikan Istiqlal memang sudah dekat identik dengan makna toleransi, khususnya toleransi beragama. Di seberang Istiqlal, berdiri gereja Katedral,  yang sengaja untuk memperlihatkan kerukunan dan keharmonisan kehidupan beragama di Indonesia.

Dalam diskusi yang dipandu Ketua Komik Dewi Puspasari, sutradara  Razny Mahardhika mengungkapkan jika pilihan pada "Istiqlal", menyesuaikan tema pitching soal toleransi. Selain juga untuk menunjukkan jika Jakarta itu bukan cuma monas ataupun kota tua. Di Jakarta, ada Masjid Istiqlal yang menarik.

Sejak pertama kali didirikan, Istiqlal dan Katedral adalah selalu disimboliskan sebagai bukti toleransi beragama. Apalagi, arsiteknya F Silaban bukan beragama Islam. Namun, Razny menekankan jika film pendek "Istiqlal" bukanlah kisah tentang "Istiqlal", melainkan sebuah perjalanan cerita ayah dan anak.

Salah satu wujud toleransi lainnya di "Istiqlal" adalah adanya pemuda pemudi dari GPIB Paulus Menteng yang memberikan takjil untuk berbuka puasa pada siapapun yang sedang melintas di jalan, termasuk Babe dan Sobari.


Relasi antara Babe dan Sobari

Babe dan Sobari sudah pasti hidup di zaman yang berbeda. Saat mengajak Sobari untuk berbuka puasa di Istiqlal, Babe yang saat ini sudah tinggal di pinggiran Jakarta, tepatnya, Tangerang selatan, hanya mengandalkan ingatan dan kenangan yang dimilikinya di masa lalu.

Padahal, Jakarta sudah banyak berubah. Meski berulang kali Sobari mengatakan pada Babe untuk menggunakan google map saja sebagai penunjuk arah, Babe tak langsung menerima sehingga berulang kali tersasar kesana kemari saat menuju Masjid Istiqlal.

Salah jalan, be? tanya Sobari. Namun Babe berkilah ingatannya masih tajam dan cuma rada-rada lupa. Malah, Babe mengatakan lama-lama bisa musyrik kalau ketergantungan pada teknologi.

Setelah kesasar kesana kesini dan meminta petunjuk warga setempat, Babe menyerah. Akhirnya Babe menerima saran Sobari untuk menggunakan map mempermudah sampai ke Istiqlal, tapi di tengah jalan tiba-tiba ponsel yang digunakan mati karena habis daya baterai.

Menyimak Diskusi 'Istiqlal'
Menyimak Diskusi 'Istiqlal'

Simbol-Simbol Jakarta

"Istiqlal" merupakan film pendek yang menang pitching dari Dinas Pariwisata DKI Jakarta, jadi film ini sangat lekat dengan simbol-simbol Jakarta.  Sepanjang perjalanan menuju Istiqlal, penonton diajak melihat Jakarta oleh Babe dan Sobari, seperti Persija. Istana Merdeka, Taman Suropati.

Oh ya, gang-gang sempit yang bisa dengan mudah dilalui di antara kemegahan Jakarta juga diperlihatkan. Termasuk terdapatnya logo Persija yang merupakan kesebelasan Sepakbola kebanggaan warga Jakarta. Juga, pangkalan ojek online tempat bertistirahatnya para tukang ojek online yang kini jadi trasnportasi pilihan.


Dua Versi "Istiqlal"

Saat ditayangkan di Muspen, dalam film pendek "Istiqlal, tujuan utama untuk mencapai masjid tidaklah tercapai. Namun, menurut Razny, sebenarnya ada versi lain film pendek "Istiqlal" yang benar-benar sampai ke Masjid Istiqlal.

Dalam versi film pendek "Istiqlal" yang ditayangkan, Taman Suropati dianggap sebagai titik nol Jakarta. Di Taman itu tempat bertemunya beragam bentuk toleransi, salah satunya toleransi beragama. Disitulah Babe dan Sobari akhirnya harus berbuka puasa dengan takjil yang dibagikan secara gratis oleh pemuda pemudi gereja.

Razny Mahardhika, sutradara Istiqlal (dok.windhu) 
Razny Mahardhika, sutradara Istiqlal (dok.windhu) 

Dengan Kesederhanaan, "Istiqlal" Berjaya 

Saat menyaksikan film pendek "Istiqlal" , film yang berhasil meraih sejumlah prestasi ini menyajikan dengan apik kisah berlatar Jakarta dengan pesan toleransi. Ide cerita "Istiqlal" berasal dari  Rasyid Baihaqi yang juga kameramennya.

Bermodalkan kamera A7 dan dana yang diberikan ini jalan ceritanya cukup sederhana. Lebih kepada hubungan antara orang tua dan anak. Razny mengatakan, hal itu didasarkan pada pengalaman seorang anak hidup dalam suasana patriarki. Seorang ayah akan bertindak keras dan memiliki "gengsi" pada anaknya.  

Motor bebek butut dihadirkan sebagai sosok Engkong dalam wujud berbeda. Gunanya, untuk menghadirkan relasi antara orang tua dan anak. Selebihnya jalan-jalan yang dilalui merupakan jalan yang sudah dikenal Razny sejak kecil.

Koleksi Bagian Film. Muspen(dok.windhu) 
Koleksi Bagian Film. Muspen(dok.windhu) 

Tantangan lainnya adalah seputar pengambilan gambar dan izin-izin yang harus dilakukan untuk itu. Ehem, ada juga gambar yang diambil tanpa izin lho, yang dibuat dari balik kaca mobil.

Ngabuburit "Istiqlal" yang menyenangkan

Sebagai penutup, ngabuburit di museum ternyata menyenangkan. Selain berbuka puasa, juga memperoleh ilmu mengenai perfilman di Muspen TMII. Museum ini memang memiliki sejumlah koleksi karya Usmar Ismail yang sudah ditetapkan sebagai tokoh film nasional.

Koleksi kamera, jasa dan keterangan mengenai Usmar Ismail dapat dilihat langsung di Muspen. Bagusnya sih, datang sendiri untuk melihat!

                                                                                                                                    *****

Jakarta,004dhu24

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun