Sebagai sebuah kesenian tradisional, wayang memiliki nilai budaya dan religiusitas yang sangat melekat. Wayang umumnya secara menarik menampilkan cerita hidup manusia, sejak lahir hingga menutup mata. Semuanya tak lepas dari karakter, sifat manusia, termasuk keterlibatan peran perempuan. Perupa Sari Koeswoyo mengamati dan menangkap figur wayang bergender perempuan, lalu mewujudkannya dalam gelar karya tunggal lukisan berjudul "Lakonmu Apa?".
Dalam kisah pewayangan yang berkembang di tanah Jawa, terutama Mahabharata dan Ramayana, tokoh wayang perempuan memang ada dan cukup dikenal masyarakat. Muncul pada lakon yang ditampilkan dalang. dengan diiringi gamelan dan  tembang, yang membuat pertunjukan wayang mempesona.Â
Banggalah Indonesia yang telah memiliki budaya asli lokal ini dan secara resmi telah ditetapkan UNESCO sejak 7 November  2003. Hanya saja, seberapakah kita mengenal tokoh wayang perempuan?  Dalam masyarakat mayoritas petani, yang paling dikenal adalah Dewi Sri yang disebut Dewi Padi pelindung kehidupan. Â
Ada juga Dewi Sinta, yang merupakan istri Rama  dalam kisah Ramayana tapi nahas diculik Rahwana. Ada juga Dewi Anjani, perempuan asal kayangan, bidadari yang berparas sangat cantik. Ada Dewi Kunti dalam Mahabharata yang welas asih, tegar, penyayang, dan berpikiran terbuka.Â
Masih ada lagi beberapa tokoh wayang perempuan lainnya. Namun, tunggu, dalam pameran karya tunggalnya "Lakonmu Apa?" yang digelar di galeri  Ruang Garasi, Jalan Gandaria IV/2, Jakarta Selatan, Sari Koeswoyo yang dulunya penyanyi anak ini  tidak merujuk pada tokoh wayang tertentu.Â
Mengusung wayang bergender perempuan, wayang yang ditampilkan Sari Koeswoyo dalam karya seni lukisnya tidaklah memiliki pakem meski tetap tidak melupakan pakem. Karenanya, Sari lebih suka menyebutnya sebagai Wayang Sari.Â
Wayang Bergender Perempuan Karya Sari Koeswoyo
Lukisan wayang yang dibuat Sari seluruhnya bergender perempuan, tetapi bukanlah tokoh-tokoh wanita dalam pewayangan yang dikenal selama ini.
Sari lebih berkisah mengenai perempuan.
Peran perempuan dalam keseharian yang dilihat dan dicermati secara mendalam.
Bagi Sari yang memaknai ulang cerita wayang, ternyata  begitu besar peran perempuan.Â