Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan dan Pesan Toleransi Beragama dari Film Aisyah, Biarkan Kami Bersaudara

5 April 2023   22:39 Diperbarui: 5 April 2023   22:47 1108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Nah, film religi boleh saja mengangkat tema yang beragam. Namun buat saya, film dengan sentuhan toleransi beragama sangat menarik. Alasannya mungkin saja karena tumbuh dan besar di wilayah dan negara yang heterogen. Terdiri atas beberapa agama dan suku. Indonesia adalah negara mayoritas muslim dengan toleransi beragama dan toleransi antar suku sangat kuat. 

Itu yang harus selalu disuarakan dan dijaga selalu. Sebab, terdapat daerah yang juga memiliki mayoritas agama tertentu.Pemahaman mengenai toleransi harus selalu digaungkan. Film Tanda Tanya yang dibintangi Revalina S Temat dan Reza Rahadian sangat baik mengangkat isu toleransi. Saya pernah mengulas Tanda Tanya. 

Salah satu film religi terkait toleransi yang menarik untuk ditonton dan diambil hikmahnya adalah film Aisyah, Biarkan Kami Bersaudara.Menurut saya, film ini cukup menarik menjadi tontonan saat ramadan. 

Cukup mengena dan membuat yang menonton punya pesan moral untuk menghargai perbedaan.Baik perbedaan suku, agama, adalah, budaya, suku, kebiasaan, maupun tempat tinggal. Apalagi, pemeran utamanya perempuan dan mengangkat kisah perempuan. 


Adalah Aisyah (Laudya Cynthia Bella), perempuan asal Ciwidey, Jawa Barat yang tinggal bersama ibu dan adiknya. Dia menerima tawaran bekerja sebagai guru di wilayah terpencil Dusun Derok, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Tentu saja keputusan ini membuat ibunya (Lydia Kandou) was-was dan keberatan. Lokasi mengajar yang jauh membuat ibunya tak rela tapi tak bisa melawan kehendak Aisyah yang tetap ingin ke NTT untuk mengabdikan dirinya sebagai guru SD.

Adaptasi tak mudah harus dijalani Aisyah di Atambua, NTT. Kondisi dan lokasi mengajar yang berbeda di desa terpencil tanpa penerangan dan sulit sinyal ponsel.

Saat baru pertama kali datang, Kepala Dusun Perok sudah salah menyambut kedatangan dengan menyebutnya suster Maria. Padahal, Aisyah seorang muslimah yang menggunakan jilbab. 

Di desa yang mayoritas beragama Katolik itu, Aisyah juga tidak dapat makan hidangan yang disajikan karena berasal dari daging babi yang diharamkan buat muslim.

Tantangan Aisyah lainnya yang tak mudah adalah murid-muridnya yang tak masuk sekolah. Mereka takut diajar oleh seorang guru muslim, yang menurut salah seorang teman mereka, akan membakar gereja-gereja di desa itu. "Ibu datang kesini untuk membakar gereja-gereja Kami, ' ujar salah seorang murid. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun