Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Datang ke Desa Wisata Pecinan Glodok, Temukan Kreativitas dan Kekayaan Sejarah, Kuliner, dan Budaya

12 November 2022   23:56 Diperbarui: 12 November 2022   23:56 1758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Desa Wisata Pecinan Glodok, Jakarta Barat memiliki daya tarik wisata, sejarah, budaya yang begitu lekat. Tidak akan habis dalam semalam untuk menelusuri jejak kisah ratusan tahun, seraya menikmati aneka kuliner yang tersedia. Tentu, sekaligus berbelanja aneka fesyen ataupun pernak pernik yang ada di Glodok, kawasan yang berhasil meraih salah satu penghargaan di Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022.

Delapan buah teko blirik berwarna hijau tersedia di atas meja yang terletak di depan Pantjoran Tea House. Sebuah kotak tertutup berisi gelas-gelas kertas bersih ada di dalamnya. Semuanya disediakan gratis bagi siapapun yang lalu lalang untuk menikmati minuman teh secara gratis. Segelas teh sudah habis saya minum.

Kebetulan, Jumat 11 November 2022 siang, sinar matahari mulai terasa. Saya menikmati sebuah tradisi patekoan, yang sudah berlangsung sejak puluhan tahun. Sesuai dengan jumlah teko, dalam Bahasa Mandarin, Patekoan berasal dari kata Pat yang berarti delapan dan tekoan yang berarti teko. 

Sebuah tradisi yang dmulai sejak zaman Kapitan Tionghoa Gan Djie, saudagar dan pejabat pemerintah pada tahun 1920-an dan masih dipertahankan hingga kini. Inilah salah satu cerita yang selalu saya ingat bila menyebut Glodok. Saat memandang dan melewati bawah gerbang besar bertuliskan Kawasan Glodok Pancoran, Chinatown Jakarta berwarna abu-abu dan berhias ular naga, kisah-kisah sejarah seakan bermunculan.

Belum masuk pun, Pantjoran Tea House, tempat saya berdiri dan minum teh, sudah ada cerita. Gambar-gambar yang ada di dinding kaca gedung yang dulunya apotik Chung Hwa pada tahun 1930-an, seakan sudah menggiring untuk memasuki kisah Glodok yang menyertai sejak ratusan tahun.  

Tradisi Patekoan (dok.windhu)
Tradisi Patekoan (dok.windhu)

Mengenal Glodok dari Geger Pecinan Hingga Desa Wisata

Menyebut Glodok, orang akan langsung menyebutnya sebagai pusat elektronik. Saya pun pernah membeli televisi disini. Namun sejatinya, Glodok menawarkan banyak hal dan semakin hari, Glodok tumbuh dan berkembang  tak hanya sebagai pusat elektronik dan bisnis.

Ratusan tahun sejak zaman kolonial Belanda, Glodok telah dikenal sebagai Pecinan yaitu lokasi tinggal warga Cina.Saat itu, orang-orang Cina (Tionghoa) memang ditempatkan secara khusus di sebuah kawasan yang berada di luar Batavia (kawasan Kota Tua Jakarta) menyusul terjadinya geger pecinan pada tahun 1740. Sebuah pembantaian berdarah yang dilakukan pada masa Gubernur Jendral Hindia Belanda ke-25 Adriaan Valckenier. Sekitar 10.000 etnis Cina tewas sebagai buntut pemberontakan terhadap Belanda kala itu.

Petak Enam (dokpri)
Petak Enam (dokpri)

Nama Glodok sendiri, menurut buku Ensiklopedia Jakarta, berasal dari kata Grojok. Suara kucuran  dari  pancuran di Kali Besar. Orang Tionghoa  mengucap Grojok dengan Glodok. Versi lain berasal dari jembatan Glodok, yang dalam Bahasa Sunda, Golodok  yakni tangga.

Pastinya, Glodok terus berkembang dari berbagai segi dan menjadi salah satu menjadi kampung tertua di Jakarta. Banyak hal menarik yang bisa ditemukan di Glodok. Sejarah, budaya, kuliner Glodok yang unik menjadi nilai tambah dan membuat Glodok memiliki storynomics tourism yang kuat. 

Menparekraf Sandiaga Uno tegas menyebutkannya. Storynomics tourism adalah pendekatan pariwisata yang dikemas dalam cerita atau konten tentang budaya atau sejarah dari suatu destinasi wisata.

Petak Enam (dokpri)
Petak Enam (dokpri)

Menelusuri Glodok 

Mudah menuju desa wisata Pecinan Glodok. Transportasinya bisa dibilang  komplit Roda empat maupun roda dua.Bila menggunakan Trans Jakarta, bisa turun di halte Glodok lalu keluar ke sebelah kanan, menggunakan KRL dari Stasiun Jakarta Kota, angkutan mikrolet, hingga ojek online hingga melihat sebuah gerbang besar bertuliskan Glodok Pancoran, China Town Jakarta.

Dulu, sebuah transportasi trem sempat melintas di depan Glodok. Saat ini sedang dilakukan pembangunan MRT (Moda Raya Terpadu) fase dua yang akan melengkapi transportasi menuju Glodok. Menelusuri Glodok dapat diawali dari ujung awal gerbang itu. Gapura China Town yang juga punya  cerita karena sudah ada sejak Ratu Belanda Wihelmina, sempat dirubuhkan oleh Jepang, dan kemudian dibangun kembali oleh pemerintah Jakarta.

Pasar Glodok (dokpri)
Pasar Glodok (dokpri)

Kawasan Glodok sejak pagi sudah hidup. Nafas niaga sangat terasa. Barisan toko obat yang berusia puluhan tahun dan flyer sinshe pengobatan herbal terlihat. Alunan musik Tionghoa terdengar dari toko-toko. Warna merah yang menjadi ciri khas pecinan sangat nyata tampak di Glodok.Toko manisan, permen, dan pernak pernik hiasan berjajar.

Secara administratif,  Kelurahan Glodok hanya 37,6 Ha. Terdiri atas 5 Rukun Warga (RW) dan 61 Rukun Tetangga (RT).  Penduduknya sekitar 9431 orang. Mayoritas penduduknya adalah etnis Cina, sisanya etnis Betawi, Jawa, Sunda, dan lainnya. Inilah yang menjadikan Glodok unik karena terjadi alkuturasi budaya. Selain sebagai kawasan permukiman, Glodok merupakan kawasan perekomian dan perdagangan.

Suvenir (dokpri)
Suvenir (dokpri)

Daya Tarik Desa Wisata Pecinan Glodok

Nah, saat menyempatkan diri ke Glodok, banyak hal yang bisa ditemukan dan membuat tak cukup hanya sekali singgah. Apa saja?

Wisata Sejarah 

Gedung-gedung bersejarah banyak terdapat di Glodok. Misalnya, tempat ibadah dan tempat makan. Ada vihara Dharma Bhakti (Jin De Yuan) atau kelenteng petak sembilan. Salah satu vihara tertua ini dibangun tahun 1650, seiring datangnya etnis China ke Hindia Belanda. Vihara yang sempat terbakar pada geger pecinan pada tahun 1740 dan pada tahun 2015 ini merupakan salah satu tujuan wisata. 

Mengunjungi Dharma Bhakti, terutama saat imlek, selain melihat kegiatan keagamaan, bisa menemukan nilai-nilai budaya. Hal serupa juga ditemukan di Kelenteng Toa Se Bio yang berusia ratusan tahun, bahkan sebelum geger pecinan. Aroma asap hio menyebar seiring doa dipanjatkan di depan altar.

Toa Sebio (dokpri)
Toa Sebio (dokpri)

SInggah ke Gereja Santa Maria de Fatima yang dibangun dengan atap unik  menyerupai kelenteng dan sudah menjadi cagar budaya juga menambah wawasan Gereja berusia puluhan tahun ini dibangun untuk para cina perantau di Glodok, sekaligus sekolah dan asrama.  

Datang ke gedung Candra Naya yang dibangun pada tahun 1800-an dan merupakan tempat tinggal Mayor China Khouw Kim An jakan menemukan keunikan dan keindahan. Saksi sejarah yang berusia ratusan tahun.

Pia Glodok (dokpri)
Pia Glodok (dokpri)

Wisata Kuliner

Kulineran di Glodok beragam. Ada yang halal dan tidak halal. Tinggal disesuaikan para wisatawan. Lokasi kuliner yang pertama bisa dikunjungi adalah gedung tua bersejarah Pantjoran Tea House, yang memberikan informasi tradisi minum teh.

Jika ingin suasana beda, mencari kulineran di gang Gloria juga tak kalah lezat. Disini ada kedai kopi legendaris  Kopie Tak Kie yang sudah tiga generasi dan Soto Afung. Ada juga kulineran lezat lainnya, seperti gado-gado, rujak shanghai encim, bakmie, maupun choipan. Pia aneka rasa yang masih hangat seharga Rp.10.000 tak lupa dibeli oleh saya. Gorengan cempedak pun enak. Lebih mantap sekaligus mencicipi makanan vegetarian.

Spot kuliner modern ada di petak enam di Chandra jangan dilewatkan. Beragam sajian menu dengan nuansa gedung yang unik dan nyaman tersedia.

Maknnan vegetarian (dokpri)
Maknnan vegetarian (dokpri)

Wisata Budaya

Glodok kaya dengan wisata budaya.Selain ada festival ronde  Desember, ada juga festival kue bulan. Selain itu ritual kirab Toapekong juga diselenggarakan juga menarik diikuti. Atraksi barongsai tak ketinggalan. Wushu, hingga atraksi silat yang merupakan olah raga bela diri yang biasa dimainkan oleh  

Kulineran Gloria (dokpri)
Kulineran Gloria (dokpri)

Wisata Belanja

Kalau ke Glodok, harus membeli sesuatu. Banyak pernak pernik yang bisa dibawa pulang. Mulai dari pakaian, manisan, hingga keramik dengan harga beragam. Jika ingin belanja  bahan makanan mentah pun bisa didapatkan.

Contohnya teripang, hewan laut berkhasiat, yang  di tempat lain di Jakarta belum tentu ada. Menurut Min Li, salah seorang penjual teripang, harganya mencapai Rp.500.000n lebih per kilogramnya. Teripangnya berasal dari Belitung atau Papua.  

Demo teh (dokpri)
Demo teh (dokpri)

Festival Kreativitas Lokal dan Potensi Desa Wisata Glodok 

Meskipun Glodok terkenal sebagai kawasan perdagangan, saat pandemi Covid-19 datang kawasan ini juga terimbas  secara ekonomi. Aktivitas jual beli berkurang. Melonjaknya penjualan secara daring juga memberi pengaruh.

Kawasan Glodok turut mengandalkan pariwisata atau jumlah kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara untuk meningkatkan perekonomian. Strategi promosi melalui media sosial  dan website untuk menyalakan gen kreatif masyarakat dilakukan.

Dari sektor kulineran misalnya, para pelaku kuliner bekerja sama dengan sejumlah kelompok pemandu wisata untuk membawa turis lokal dan mancanegara untuk singgah mencicipi kulineran atau membeli produk UMKM.

Berdoa di kelenteng (dokpri)
Berdoa di kelenteng (dokpri)

Hal lainnya, saya pun terkesan dengan pembelajaran mengenai tata cara minum teh sesuai tradisi Cina dan mencicipi beragam jenis teh yang diberikan secara cuma-Cuma di sebuah toko penjual teh dan suvenir di lantai dua gedung Petak Enam di Chandra.  

Atraksi budaya yang unik dan dikemas menarik  dengan melibatkan masyarakat tua dan muda turut menyalakan gen  kreatif masyarakat, sekaligus menjaga kearifan lokal.

Menjadikan Desa wisata Pecinan Glodok sebagai tenpat berkunjung  wisatawan lokal dan dunia, tentunya akan berdampak positif pada perekonomian.Pengalaman unik dan mengesankan yang didapatkan saat berwisata akan diingat para turis dan sudi berlama-lama.  

Hal ini sejalan dengan  Festival Kreatif Lokal (FKL) yang menjadi salah satu program untuk memulihkan ekonomi Indonesia melalui sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dari Adira Finance.

Melalui program Fwstival Kreatif Lokal, eksplor potensi wisata dibeberapa wilayah yang ada di Indonesia. Ada empat program yang ditawarkan seperti, Desa Wisata Ramah Berkendara, Festival Pasar Rakyat, Jelajah Desa Wisata dan Adira Virtual Expo 2022. Semuanya ntuk mendongkrak kreatifitas masyarakat Indonesia.

Sebagai desa wisata yang terletak di kota, Pecinan Glodok punya potensi yang komplit selain sumber daya yang ada. Hotel dan penginapan berbagai harga siap menyambut, Storynomic Tourism menjadi keunggulan. Unsur kesehatan dijaga. Terlebih  Pecinan Glodok meraih juara 1  Desa Wisata Terbaik Kategori Toilet Umum ADWI 2022.

Rujukan : (1), (2), (3)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun